Jakarta. Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Lukita D Tuwo mengingatkan agar pengembangan food estate atau kawasan pertanian pangan di wilayah Indonesia timur seperti Papua dan Maluku tidak menggusur keberadaan pangan yang sudah ada di wilayah itu seperti sagu dan ubi.
"Diversifikasi pangan juga penting sehingga jangan sampai dengan adanya pengembangan tanaman padi kemudian yang dulu sudah ada seperti sagu menjadi hilang," kata Lukita di Gedung Bappenas Jakarta, Jumat.
Ia menyebutkan, pemerintah saat ini merencanakan pengembangan produksi pangan nasional dan kawasan Timur Indonesia mendapat perhatian cukup besar.
Penduduk di wilayah Indonesia timur, kata Lukita, saat ini sudah banyak yang juga mengkonsumsi beras sehingga pemerintah mulai mengembangkan kawasan itu untuk dapat juga memproduksi beras.
"Sekarang dengan makin banyak penduduk yang makan beras (nasi), maka masalah yang muncul kemudian adalah bagaimana menjaga ketersediaan dengan harga terjangkau sehingga bisa mengendalikan inflasi," katanya.
Ia menyebutkan, kawasan timur memang memiliki potensi menjadi produsen pangan nasional terutama dilihat dari lahan yang masih tersedia.
"Lahan sudah ada, infrastruktur juga, tapi orang yang bisa menanam belum tentu ada sehingga tidak bisa serta-merta," katanya.
Ketika ditanya apakah kawasan Indonesia Timur memang rawan pangan, Lukita mengatakan, hal itu sebenarnya terkait dengan masalah manajemen logistik. "Ini harus semakin diperbaiki, kondisi buruk harus diantisipasi supaya harga bisa lebih rata," katanya.
Menurut dia, pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan di wilayah itu juga dalam rangka agar wilayah itu tidak terlalu tergantung pada kawasan lain.
"Perlu pengembangan produksi di sana, sekarang ini hampir semua dari luar kawasan itu termasuk dari Jawa," kata Lukita. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar