Cirebon. Para petani bawang merah di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, akhir-akhir ini mengalami krisis bibit, sehingga harga bawang merah di pasaran cukup tinggi, yakni di atas Rp 20.000 perkilogram.
"Harga bawang merah di tingkat petani yang sekarang mencapai Rp 16.500 sampai Rp 17.000 perkilogram itu, antara lain disebabkan petani kesulitan mendapatkan bibit," kata Ketua Koperasi Serba Usaha Nusantara Jaya H Sunarto Atmo Taryono selaku pembina petani bawang merah di Cirebon kepada wartawan, Kamis (17/2).
Menurut dia, harga bawang merah di pasaran melonjak bahkan menembus Rp19.000 sampai Rp20.000 per kg. Padahal petani hanya menggandalkan bibit lokal, sehingga petani yang tadinya biasanya menyediakan bibit kini dijual karena harganya cukup mahal. “Dua tahun lalu harga bibit hanya Rp 8.000 perkilogram, sekarang sudah di atas Rp 20.000 perkilogram,” kata Sunarto.
Terjadinya krisis bibit bawang merah tersebut tidak terlepas dari anomali cuaca yang terjadi beberapa bulan terakhir, karena biasanya pada musim kemarau petani menanam bibit impor. "Oleh karena hampir sepanjang tahun tidak ada bibit impor, maka petani beralih ke bibit lokal semua, sehingga bibit menjadi langka," jelasnya.
Dikatakannya, bibit impor untuk tahun ini diperkirakan masuk mulai bulam Mei, sehingga harga bawang diperkirakan akan tetap tinggi hingga bulan Juli karena menunggu musim kemaran. Salah satu sifat bawang impor tersebut tidak kuat banyak air.
Ditambahkannya, selain krisis bibit, adanya penyimpangan iklim tersebut telah mempengaruhi produktivitas tanaman bawang merah. "Dalam keadaan normal, produksi bawang merah antara 15 ton hingga 20 ton per hektar, kini produksinya hanya berkisar antara enam dan tujuh ton per hektar.
Menurut dia, harga bawang merah di pasaran melonjak bahkan menembus Rp19.000 sampai Rp20.000 per kg. Padahal petani hanya menggandalkan bibit lokal, sehingga petani yang tadinya biasanya menyediakan bibit kini dijual karena harganya cukup mahal. “Dua tahun lalu harga bibit hanya Rp 8.000 perkilogram, sekarang sudah di atas Rp 20.000 perkilogram,” kata Sunarto.
Terjadinya krisis bibit bawang merah tersebut tidak terlepas dari anomali cuaca yang terjadi beberapa bulan terakhir, karena biasanya pada musim kemarau petani menanam bibit impor. "Oleh karena hampir sepanjang tahun tidak ada bibit impor, maka petani beralih ke bibit lokal semua, sehingga bibit menjadi langka," jelasnya.
Dikatakannya, bibit impor untuk tahun ini diperkirakan masuk mulai bulam Mei, sehingga harga bawang diperkirakan akan tetap tinggi hingga bulan Juli karena menunggu musim kemaran. Salah satu sifat bawang impor tersebut tidak kuat banyak air.
Ditambahkannya, selain krisis bibit, adanya penyimpangan iklim tersebut telah mempengaruhi produktivitas tanaman bawang merah. "Dalam keadaan normal, produksi bawang merah antara 15 ton hingga 20 ton per hektar, kini produksinya hanya berkisar antara enam dan tujuh ton per hektar.
Komentar ini ditulis pada akhir Juli 2011.
BalasHapusPada kenyataan nya, cuaca kemarau yg hampir tidak ada hujan, cukup mendukung tanaman bawang merah, jadi bibit impor pun tidak masalah.
Yang jadi masalah besar petani sekarang adalah masuk nya bawang merah impor untuk keperluan sayur mayur, bukan bibit, mengakibat kan harga bawang merah turun drastis dan petani mendapat kerugian yang sangat besar.
Kalau pemerintah mau memperbaiki taraf hidup petani, harap "STOP IMPORT BAWANG MERAH UNTUK SAYURAN, IMPORT HANYA BIBIT"
Terimakasih