Medan. Penurunan nilai ekspor udang di Sumatera Utara (Sumut) masih terus terjadi akibat tingginya serangan virus. Padahal permintaan masih tetap ada, namun produksi yang menipis mengakibatkan pamor udang terus hilang.
Kepala Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan Subdis Perdagangan Luar Negeri (PLN) Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut, Fitra Kurnia, mengatakan, permintaan udang dari negara luar masih ada namun karena pasokan terbatas Sumut tidak mampu memenuhi semua permintaan buyer. "Kalau untuk ekspor udang memang terus turun, karena produksi lokal saja tidak mencukupi," ujarnya, Selasa (8/2) di Medan.Berdasarkan data surat keterangan asal (SKA) nilai realisasi ekspor udang tahun 2010 mengalami penurunan hingga 8,56% dengan nilai US$10,133 juta dan volume 10.133 ton dibanding tahun 2009 dengan nilai US$ 79,077 juta dan volume 12.123 ton. Sedangkan untuk negara tujuan ekspor masih dikirim ke Amerika, Jepang, Itali, Hongkong, Perancis dan Belgia.
Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, ekspor udang dan ikan Sumut mengalami penurunan sebesar 0,87% dengan nilai ekspor mencapai US$ 181,7 jura, sedangkan tahun 2009 sebanyak US$ 183,2 juta. "Buyer terbesar dari Sumut yakni Inggris dam Amerika Serikat dikhawatirkan akan beralih ke komoditi China. Apalagi, diketahui bahwa China mengandalkan harga murah," ungkapnya.
Kepala Sub Dinas Bina Produksi dan Teknologi Dinas Perikanan dan Kelautan Sumut Robert Napitupulu mengatakan, serangan virus pada udang windu sebenarnya telah dilakukan. Tapi persoalannya semua aspek baik teknis, lingkungan dan sosial juga ikut bepengaruh.
"Penyebab virus dan penyakit nya sudah bisa diatasi, tapi masih diperlukan pencegahan dan perlindungan yang harus dilakukan masyarakat dan pihak terkait," katanya.
Perlindungan produksi dari serangan virus dibutuhkan dari pelaku-pelaku usahanya baik dari awal budidaya hingga masa pasca panen. Jadi, jangan berhenti dijalan, karena biasanya di seperempat perjalanan usaha, pelaku budidaya melupakan pencegahan datangnya virus.
"Dengan perubahan iklim dan lingkungan ini, seharusnya menjadi lebih efektif lagi bagi pelaku usaha untuk melindungi produksi budidaya udangnya terhadap penyakit dan virus yang datang," kata Robert.
Untuk penyebab utama serangan virus, lanjutnya, difaktori adanya pencemaran lingkungan dan masyarakat tidak cepat melakukan antisipasi. Padahal virus sangat sensitif menyerang produk hasil laut seperti ikan dan udang.
"Produksi udang naik, tapi tidak signifkan. Tahun ini kita harapkan produksi ikan dan udang rata-rata bisa naik sekitar 10 hingga 20 persen dari pencapaian produksi tahun lalu sebanyak 26.000 ton," harapnya.
Dimana, pembinaan teknis terus dilakukan di setiap Kabupaten/kota penghasil ikan dan udang. Selain itu, yang sifatnya informasi perbaikan akan disampaikan dan pemberian kredit usaha pada petani skala kecil sehingga bisa mengembangkan produksi budidayanya."Pelaku usaha skala kecil selalu terkendala modal dan ini menjadi prioritas utama pemerintah membantu dalam meningkatkan produksi termasuk udang," pungkasnya. (MB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar