ANTARA/Irwansyah Putra/wt
Kepala Desa Petani Rianto, Jumat (11/2), mengatakan aktivitas ronda ini sudah mereka lakukan sejak dua pekan terakhir.
Diperkirakan, sekitar dua hektare tanaman sawit dan karet warga yang rusak dimakan gajah. "Biasanya kawanan gajah tersebut mulai masuk ke perkampungan pada malam hari," kata Rianto.
Gerombolan mamalia besar yang berjumlah enam ekor itu, lanjutnya, berkeliaran memakan tanaman sawit dan karet warga hingga subuh. Setelah itu rombongan hewan berbelalai ini kembali masuk ke dalam hutan.
Warga, lanjut Rianto, menggunakan petasan terbang untuk menakuti kawanan satwa dilindungi tersebut hingga menjauh dari perkampungan dan perkebunan warga.
Paling tidak, kata Rianto, dalam semalam, warga menghabiskan dua lusin petasan untuk mengusir kawanan gajah tersebut. Kawanan gajah berulang kali masuk ke perkampungan karena desa tersebut termasuk dalam wilayah jelajah hewan ini.
Menurut Rianto, pihaknya sudah bosan melaporkan kejadian serupa ke Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau selaku pihak yang berwenang mengatasi masalah ini.
"Laporan ke BBKSDA malah membuat kami repot karena harus mengantarkan petugas instansi tersebut ke titik munculnya gajah di perkampungan. Namun, setelah itu tidak pernah ada penyelesaiannya," lanjutnya.(MI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar