Langkat. Tertarik dengan keunggulan domba Waringin, sejumlah peternak asal Propinsi Riau, Jakarta, Kelaten dan Jawa Tengah, melakukan pelatihan (magang) beternak domba Waringin dan kambing di beberapa sentra peternakan di Kabupaten Langkat.
Mereka dipandu dan diberikan penyuluhan langsung oleh penemu domba Waringin, H Tista Waringin Sitompul sejak akhir tahun 2010 lalu. Sebagaimana diketahui, domba waringin memiliki keunggulan tersendiri, diantaranya bisa melahirkan 3-4 ekor anak dalam satu kali melahirkan, meski pada tahap melahirkan dan bunting pertama, domba Waringin terkadang melahirkan 1-2 ekor anak domba.Untuk pejantan, domba Waringin bisa memiliki bobot hingga 160 kg per ekor setelah berumur 3 tahun sedangkan betina mencapai 125 kg per ekor. Domba Waringin ditemukan tahun 1990 yang merupakan hasil persilangan 4 jenis domba,yakni domba barbados asal Caribian (Amerika Latin),domba suffolk (Inggeris),domba stcroix (Australia) dan domba lokal ekor tipis (Indonesia).
Minggu (20/2), peternak dari Kecamatan Tualang Kabupaten Siak, Riau daratan mengatakan ketertarikan mereka dengan domba Waringin karena keunggulan yang dimiliki domba tersebut. “Dari peternak yang ada yang pernah kami lihat, domba waringin memiliki keunggulan tersendiri. Karena itulah kami melakukan magang kepada Pak Tista Waringin untuk belajar dan berlatih memelihara domba dan kambing,” kata Lazuardi Surya Tambunan (40), ketua kelompok ternak dari Perawang, Riau, ketika meninjau peternakan domba Waringin dan kambing peranakan Etawa (PE) di Gebang.
Dikatakannya, kjunjungan mereka bukan hanya cara memelihara saja, tetapi melakukan pemesanan bibit domba Waringin, karena domba ini masih sulit didapat. “Yah, terpaksa kami memesan dulu. Selain itu berlatih memelihara dan cara membuat pakan alami. Apalagi domba Waringin ini sudah bisa dikembangkan dikawasan pesisir pantai dengan bahan makanan daun bakau dan mangrove,” katanya lagi.
Karena itulah mereka langsung berkunjung ke peternakan Budi Cokro di Tepian Gandu Desa Lubuk Kertang Kecamatan Brandan Barat yang mengembangkan domba Waringin deengan pakan daun bakau dan daun cingam.
Sementara pakar domba dan penemu domba waringin H Tista Waringin Sitompul mengatakan, para peternak dari Riau sebenarnya sudah tiga bulan yang lalu ingin belajar kepada mereka, tetapi baru saat ini ada waktu. Karena dari Jakarta, Kelaten dan Jawa Tengah sudah duluan mengunjungi Langkat, mereka juga memesan bibit domba Waringin.
“Tetapi karena keterbatasan bibit, terpaksa ditunda. Yang duluan mesan itu kita layani,dan untuk saat ini hingga November 2011 mendatang bibit domba sudah kosong,karena pesanan orang.Kita memang mengharapkan dari bibit yang dikembangkan plasma peternak seperti Pak Budi Cokro,tetapi mereka juga ternyata mau menambah jumlah populasinya dan belum dijual,” terang Tista Wairingin Sitompul.
Dikatakannya, kunci terpenting dalam memelihara domba Waringin, adalah kandang. Kandang harus bersih dan berlantai yang setiap hari bisa dibersihkan kotorannya. Karena ini bisa mencegah penyakit kurap atau skabies.Selain itu, pakan tambahan berupa konsentrat alami terbuat dari roti basi, dedak halus, bungkil kedelai, kerak tahu, menir jagung, gaplek dan bungkil kelapa merupakan makanan suplimen untuk memicu pertumbuhan bobot domba Waringin dan kambing selain pakan hijauan. (MB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar