Bisnis buah dan sayur olahan macam manisan, tak pernah lekang oleh waktu. Bisnis ini kian menjamur lantaran prosesnya mudah, bahan bakunya pun bisa buah & sayur apa saja. Keuntungan yang diraup, semanis namanya. Manisan.
Usai melihat tayangan manisan terong di televisi, ketertarikan Alice Havana, (44) muncul. Itu terjadi pada 2005 silam.
“Saya tertarik membuat manisan terong setelah suami membawa makanan itu dari NTB, kebetulan beberapa hari sebelumnya saya juga melihat di televisi. Akhirnya saya coba sendiri,” ujar Alice, saat ditemui di kediamannya, awal pekan ini.
Modal awalnya hanya Rp 15.000, untuk beli terong dan gula 2 kg. Hasilnya, ia bagi-bagikan ke tetangga. Setelah hasilnya enak, barulah terpikir dikomersialkan. Awalnya memang terong ungu, tapi kini usaha manisan buah dan sayurnya makin berkembang.
Kini, ada 15 item manisan yang ia buat. Mulai terong, tomat, pare, cabe, belimbing wuluh, belimbing buah, mangga, nanas, cerme, labu siam, kedondong, wortel, kulit jeruk bali, putihan kulit semangka, hingga blonceng.
Menurut Alice, yang berdarah Padang ini, membuat manisan caranya sangat gampang. Hanya, prosesnya yang butuh waktu lama. Semisal manisan mangga. Buah mangga mentah dikupas dan dipotong sesuai selera, kemudian direndam dengan air kapur selama 12 jam atau seharian.
“Setelah itu, diangkat dan dicuci bersih. Rebus dengan air gula selama 1 jam, lalu ulangi dalam tiga hari berturut-turut. Baru ditiriskan, dioven atau dikeringkan di bawah sinar matahari. Jadi deh manisannya!” jelasnya rinci.
Semua bahan bakunya ia dapatkan dari Pasar Keputran. Per hari, Alice biasanya belanja tomat hingga 100 kg, belimbing wuluh 25 kg, mangga 50 kg bila sedang musim, sedang cabe merah kisaran 10 kg/hari. Untuk gula pasir, ia beli setiap minggu sebanyak 200 kg.
“Cabe tergantung pesanan juga, sementara mangga tergantung musim. Kalau lagi gak musim, biasanya gak bikin. Untuk labu siam, pare dan belimbing buah, tidak mesti buat,” papar Alice, yang pernah 10 tahun bekerja di BII ini.
Ia mengungkapkan, buah yang diolah kelihatannya banyak, tapi setelah dikeringkan menyusut. Misalnya belimbing wuluh 5 kg hanya bisa jadi 0,5 kg manisan kering. Atau cabe 10 kg setelah jadi manisan hanya tinggal 1 kg saja. “Ini karena airnya habis,” kata ibu empat anak yang membuka stan di Dupak Grosir, JMP dan Gresik ini.
Untuk pengemasan, ia buat empat jenis, yakni tabung plastik berisi 1-1,5 ons seharga Rp 10.000-15.000, kemasan box 2 ons Rp 20.000 & kemasan curah Rp 90.000/kg, kecuali cabe. “Cabe sekarang kan mahal, jadi saya bikin hanya kalau ada order. Kalau kemasan box 2 ons khusus cabe Rp 25.000,” ujarnya.
Istri Imam Hanafi ini kini mempekerjakan 12 orang karyawan dengan melibatkan para tetangga. Per bulan, manisan olahannya bisa menghasilkan omzet tidak kurang dari Rp 30 juta.
Sukses dalam usahanya ini tak membuatnya pelit bicara. Ia tak segan berbagi resep via blog dan beberapa website yang ia kelola. “Berbagi ilmu itu sangat menyenangkan, saya juga interaksi dengan teman-teman dari seluruh nusantara. Ada beberapa yang juga sukses mengikuti jejak saya berjualan manisan dengan mempraktikkan resep saya. Ikut senanglah kalau akhirnya bermanfaat,” ujarnya.
Bahkan, kini ia menawarkan kemitraan bagi yang mau jualan produknya, minim bayar Rp 400.000 bisa dapat produk apa saja seharga Rp 500.000.
Sukma Ayu, penggemar manisan mengaku, hobi makan manisan lantaran rasanya enak. “Saya kalau jalan-jalan di mal atau di mana saja setiap ada penjual manisan selalu beli. Harganya murah, rasanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar