Perjalanan usaha gado-gado Satumin dan Soepik berawal dari tahun 1960-an. Dari gerobak dorong hingga depot dan sekarang dikelola 11 anaknya. Pelanggan lama pun tetap setia sebab bumbu kacang Gado-gado Arjuno tak pernah berubah oleh waktu.
Gado-gado menjadi menu kesukaan karena penyajiannya yang sehat. Semua bahan dikukus atau berupa sayuran segar, sehingga menyehatkan. Meski ada kerupuk yang digoreng, itu pun porsinya hanya sedikit.
Sepertinya urusan gado-gado itu sepele. Namun, di tangan Satumin, sajian sederhana itu bisa mendatangkan rezeki hingga berpuluh tahun. Satumin benar-benar menyandarkan hidup keluarga besarnya pada irisan mentimun, lontong, tahu, dan siraman bumbu kacang. Tidak ada yang istimewa pada mulanya karena siapa saja bisa menyajikan gado-gado. Akan tetapi, justru karena sederhana itu Satumin menemukan resep yang membuat keluarganya mantap melanjutkan usaha itu.
Dari sajian sepiring gado-gado, rasa bumbu kacanglah yang menjadi penentu apakah salad ala Indonesia ini bisa digolongkan enak atau tidak. Seperti di Depot Gado-gado Arjuno Pak Satumin ini. Hampir 50 tahun usaha ini berjalan, toh pembeli lama dan baru tetap berdatangan. Tentu saja itu mengundang tanda tanya besar karena sayurannya tidak berbeda dengan penganan serupa di tempat lain.
Sama-sama memakai lontong, kentang, dan taoge rebus, tahu goreng, selada, dan mentimun segar, taburan bawang merah, serta sambal. Hanya saja, pelengkapnya bukan keripik melinjo, tetapi juga kerupuk udang.
“Gado-gado enak dengan kerupuk udang hanya bisa saya jumpai di sini,” ujar Mathius Hadi Surya, seorang pembeli yang datang bersama istrinya ini.
Warga Tenggilis Mejoyo ini rela ke Jl Arjuno hanya untuk menikmati sepiring gado-gado. “Bumbu kacangnya itu lho sedap dan manis, saya suka,” imbuh Mathius.
Rasa manisnya bumbu kacang pula yang membuat puas Edi Supriyo, 33, lelaki asal Tuban. “Kebetulan pas lapar dan sudah waktunya makan siang, langsung saja belok ke sini. Manis bumbu kacangnya pas, jadi lebih nikmat,” ungkapnya.
Rasa gurih kacang memang begitu terasa di setiap suapan karena proporsi pembuatan bumbunya. Tidak ada yang disembunyikan Agus Rama, 39, salah satu anak Satumin yang kini mengelola Depot Gado-gado Arjuno.
Ukuran yang digunakan juga tidak pernah berubah meski harga bahan baku sedang melambung. Tidak ada yang berani mengurangi ukuran karena taruhannya adalah pelanggan. Lidah pelanggan yang sudah terbiasa dengan rasa bumbu kacang yang khas akan protes bila berbeda. Apalagi sekarang bumbu kacang itu pula yang dibawa ke berbagai cabang di Surabaya.
“Sekitar 70 persen bumbu berupa kacang, sisanya campuran tepung dan bumbu. Sebab itu, rasa kacangnya unggul,” jelas Agus.
Saat menjelang makan siang, satu sisi Jl Arjuno akan dipenuhi jajaran kendaraan. Di luar makan siang pun kendaraan silih berganti parkir menandakan gado-gado yang satu ini memang disuka dan tidak hanya menjadi menu makan utama, juga menjadi menu sampingan ketika jam makan berlalu.
Dengan kualitas yang dijaga, tidak heran bila gado-gado buatan Satumin seharga Rp 12.000 per porsi ini tetap laris manis. Sejak buka pada pukul 08.00-18.00 WIB, sebanyak 300 porsi gado-gado bisa terjual setiap hari. Apalagi mereka juga melayani antar pesanan untuk pembelian minimal 10 porsi di dalam kota di Surabaya. (Surya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar