Manado. Cuaca buruk ditandai hujan terus menerus yang terjadi dalam beberapa hari belakangan ini mengganggu olah tanah pertanian sebagian besar petani di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

"Sudah empat hari terakhir ini cuaca sangat ekstrim, hujan turun kemudian berhenti dan turun lagi, dengan intensitas tinggi, menyebabkan petani tak bisa melakukan olah tanah pertanian," kata Johnly, petani di Tondano, Minahasa, Senin.

Johnly mengatakan, baru kali ini menghadapi cuaca yang sangat ekstrim, dimana kondisi alam berubah begitu cepat, dan saat hujan turun deras disertai tiupan angin kencang.

Ferdy, petani Rurukan Kota Tomohon, mengatakan, akibat cuaca yang sangat ekstrim, menyebabkan petani merasa takut untuk mengolah hasil pertanian maupun melakukan penanaman, karena sering disertai bunyi gemuruh petir.

"Khawatir dengan keselamatan, karena itu memilih tidak melakukan aktivitas pertanian dalam beberapa hari belakangan ini,"kata Ferdy.

Para petani, cuaca yang paling ekstrim terjadi sejak Sabtu (10/3) hingga Senin (12/3), dimana hujan terus turun dari pagi hari hingga malam hari.

"Tiga hari terakhir ini, kegiatan sebagian besar petani hampir semuanya lumpuh, karena cuaca yang tidak bersahabat," kata Ferry, petani Kecamatan Tombulu, Minahasa.

Para petani berharap cuaca dalam beberapa hari ke depan bisa membaik, sehingga mereka dapat mengerjakan lahan dan persawahan dengan baik.

"Kami hanya mampu berdoa supaya cuaca dapat kembali normal, sehingga olah tanah pertanian dapat berlangsung seperti biasanya," kata Johanes Karundeng, petani Rumengkor Kecamatan Tombulu.

Bupati Minahasa, Stevanus Vreeke Runtu dalam beberapa kesempatan mengingatkan petani supaya berhati-hati mengolah pertanian ditengah cuaca buruk yang melanda seluruh wilayah Sulut saat ini.

"Peningkatan produksi pertanian tetap kita dorong, tetapi petani juga supaya perhatikan keselamatan mereka sendiri, karena cuaca sangat ekstrim akhir-akhir ini," kata Vreeke.