PURBALINGGA. Pengusaha agrobisnis asal Prefektur Iwate, Jepang, menjajaki peluang impor buah stroberi dari Desa Serang, Kecamatan Karangreja Purbalingga, Jawa Tengah. Produksi stroberi dari dataran tinggi di kaki Gunung Slamet tersebut diharapkan dapat memenuhi kekurangan kebutuhan di Jepang yang mencapai 4.000 ton per bulan.
Dalam kunjungannya ke Purbalingga, akhir pekan lalu, Takashi, pemilik Ichigo House (distributor stroberi terkemuka di Jepang) mengatakan, produksi stroberi di Jepang pada bulan-bulan tertentu menurun akibat pengaruh iklim. Untuk mencukupi kebutuhan domestik, para pelaku bisnis stroberi terpaksa mengimpor buah tersebut dari Amerika Serikat, meski kualitasnya kurang bagus.
Takashi mengemukakan, pada bulan Juli hingga Oktober, produksi stroberi di Jepang menurun. Sementara kebutuhan konsumen tetap tinggi. Pada bulan-bulan tersebut, Jepang harus mengimpor sekitar 4.000 ton buah stroberi dari Amerika Serikat.
Anggota Gabungan Kelompok Tani Desa Serang, Buchori, mengatakan, produksi stroberi di wilayahnya sebenarnya masih bisa ditingkatkan. Saat ini, dari lahan 1.500 meter persegi hanya dihasilkan sekitar 650 gram stroberi per hari, atau 4-5 kilogram per hektar. Padahal, di perkebunan stroberi Ciwidey dan Lembang di Jabar produktivitasnya sudah bisa mencapai 20-25 kg per hektar.
Kepala Desa Serang Sugito menuturkan, sejak diperkenalkan pada 2003, tanaman stroberi menjadi komoditas andalan petani di wilayahnya. Saat ini, separuh lebih petani di desa ini menanam buah stroberi dengan luasan lahan total mencapai 50 hektar. Harga jual yang tinggi membuat sebagian petani memilih menanam stroberi sebagai pengganti tanaman sayur-mayur dan jagung. (kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar