Yogyakarta. Lahan pertanian seluas 200 hektare di Daerah Istimewa Yogyakarta setiap tahun beralih fungsi menjadi permukiman, sehingga mengancam produksi pangan.
"Pengalihan fungsi lahan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dari tahun ke tahun memang cenderung meningkat," kata Kepala Dinas Pertanian DIY Nanang Suwandi, di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, jika beberapa tahun sebelumnya sebagian besar alih fungsi lahan pertanian di DIY terjadi di Kabupaten Sleman, namun sejak dua tahun terakhir didominasi Kabupaten Bantul.
"Bahkan, lahan pertanian di Kabupaten Kulon Progo yang semula hanya sedikit yang beralih fungsi, kini mulai banyak digunakan untuk perumahan," katanya.
Ia mengatakan wilayah di DIY yang tetap aman dari alih fungsi lahan adalah Kabupaten Gunung Kidul.
Pengalihan lahan pertanian tersebut berdampak pada menurunnya produksi tanaman pangan, khususnya padi. "Berdasarkan penghitungan, setiap satu hektare lahan yang ditanami padi rata-rata mampu memproduksi 10 ton gabah per tahun. Jika alih fungsi lahan per tahunnya mencapai 200 hektare, berarti produksi gabah yang hilang mencapai 2.000 ton," katanya.
Padahal, menurut dia, target produksi setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Pada 2010 produksi padi DIY sebanyak 823.887 ton, dan pada 2011 ditargetkan meningkat menjadi 826.752 ton.
"Kini yang menjadi tumpuan produksi justru Kabupaten Gunung Kidul dengan melakukan penanaman padi gogo. Padi gogo saat ini menyumbang peningkatan produksi padi di DIY sebesar 35 persen," katanya.
Ia mengatakan luas lahan tanam padi gogo mencapai 39.000 hektare, dan ke depan produksi padi lahan kering itu akan terus dioptimalkan. Apalagi, iklim cukup mendukung karena curah hujan cukup tinggi.
"Kami optimistis target produksi padi sebanyak 826.752 ton pada 2011bisa tercapai karena didukung iklim," katanya. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar