Bermula dari hobi memelihara sepasang kelinci, Galih Ari Wirawan Siregar, mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU), saat ini menjadi peternak kelinci yang tergolong sukses. Saat ini, Galih telah memelihara lebih dari 150 ekor.
"Awalnya, 2008 yang lalu, saya memelihara sepasang kelinci, tapi induknya mati, saya beli ganti, dan berlanjut sampai sekarang," katanya saat disambangi MedanBisnis di rumahnya Jalan Amir Hamzah Medan, Kamis (7/4).Dia mengatakan, ada beberapa jenis kelinci yang sekarang jadi penghuni peternakannya, di antaranya jenis Rex Dolmation, Anggora Inggris, Anggora Prancis, Rex Anggora Giant, kelinci lokal.
Dalam sebulan, satu induk kelinci bisa menghasilkan 4-5 anak. Masa mengandung kelinci hanya sekitar sebulan, dan seminggu setelah melahirkan, induk kelinci tersebut sudah bisa dikawinkan.
Mengenai modal, dia mengatakan, awalnya hanya menggunakan modal sendiri. Dia membeli sepasang kelinci, yang kemudian beranak pinak. "Waktu itu, saya sampai kewalahan memberi makan," tambahnya. Pada 2009, dia memulai usaha peternakan kelinci secara serius, karena pada waktu itu banyak temannya yang memesannya.
Untuk biaya pemeliharaan, biasanya dalam sebulan dia menghabiskan dana Rp100.000-Rp 500.000. "Itu sudah mencakup pakan, biasanya kelinci-kelinci tersebut makan pelet dan rumput Kolon Jono (setaria spahcelata) dan obat-obatan," ujarnya.
Sekarang, dia mendapat bantuan dari Universitas, sebesar Rp 24 juta melalui program Student Enterpreneurship Center (SEC). Dana itu untuk digunakan melanjutkan usaha bersama dua karyawan dan dua temannya dalam satu tahu ke depan. "Waktu itu, ada program SEC di kampus, dananya berkisar Rp 8 juta-Rp40 juta, ya kami dapat pos yang Rp 24 juta itu," kata Galih.
Dana sebesar itu digunakannya untuk operasional di dua lokasi peternakannya, yang satu di rumahnya, sebagai tempat menampung kelinci yang siap dijual, yang lainnya di daerah Kutalimbaru, Pancur Batu. Di daerah tersebut dia memiliki lahan seluas 4 ha yang digunakan sebagai tempat pembibitan kelinci dan penanaman rumput kolon jono.
Dalam sebulan dia bisa meraup keuntungan Rp 1 juta sampai Rp 2,5 juta dari hasil penjualan kelinci. Harga satu ekor kelinci berkisar antara Rp 30.000-Rp 750.000 atau tergantung jenis dan ukurannya. "Biasanya yang paling mahal adalah jenis peranakan," katanya.
Ditanya mengenai pemasarannya, dia mengatakan tergantung pesanan. Ada yang memesan untuk sekadar koleksi ataupun ada yang menggunakannya sebagai bahan percobaan di laboratorium. Banyak pesanan yang datang dari luar Medan, dan biasanya mereka langsung ketempatnya untuk membeli.
"Kami belum berani untuk mengirim ke luar kota, takut kelincinya mati," tambah anak ketiga dari empat bersaudara ini. Selain menjual kelinci, dia juga menjual daging kelinci, kulit, pupuk cair dari urine kelinci, pestisida dan kompos dari kotoran kelinci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar