Jakarta. Eksportir gaharu, bahan baku pewangi dan obat-obatan herbal, yang semula harus memanfaatkan perantara kini dapat menembus pasar China. Terobosan ini sangat menguntungkan Indonesia yang merupakan produsen gaharu terbesar dunia karena masyarakat dapat menikmati harga yang lebih baik.
Demikian disampaikan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan di Jakarta, Senin (14/3). Dia didampingi Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Darori, dan pejabat eselon I Kementerian Kehutanan meresmikan ekspor 4 ton gaharu (agarwood) langsung ke China.
”Selama ini ekspor gaharu Indonesia ke China harus melalui negara lain sebagai perantara, seperti Taiwan dan Hongkong. Ekspor perdana ini sangat menguntungkan pedagang gaharu Indonesia yang mendapat nilai jual lebih tinggi dan importir bisa membeli lebih murah tanpa negara perantara,” ujar Zulkifli.
Ekspor gaharu tahun 2006 mencapai 26 juta dollar AS (sekitar Rp 227,76 miliar) dan tahun 2010 sebanyak 85,9 juta dollar AS (sekitar Rp 752,48 miliar). China merupakan pasar gaharu terbesar dunia dengan kebutuhan 500 ton per tahun.
Selama ini ekspor gaharu Indonesia ke China harus melalui Taiwan, Hongkong, dan negara lain untuk menyiasati hambatan dagang yang ada. Berkat komunikasi intensif pemerintah dan pengusaha kedua negara, hambatan seperti persyaratan ekspor yang ketat, nilai invoice ekspor yang tinggi, dan persoalan nonteknis lain bisa diatasi.
Menteri Kehutanan meminta tanaman gaharu dibudidayakan dalam program kehutanan sosial yang melibatkan masyarakat. Harga gaharu yang berkisar Rp 100.000 per kilogram sampai Rp 150 juta per kilogram menyejahterakan masyarakat sekaligus mengonservasi hutan.
Gaharu beraroma wangi karena mengandung resin yang terbentuk dari proses pelukaan batang pohon dari genus Aquilaria sehingga terinfeksi jamur. Gaharu yang biasa digunakan sebagai dupa, obat tradisional, parfum, dan kosmetika, umumnya berwarna coklat terang hingga gelap sampai mendekati hitam sesuai kadar resin.
Dari 15 spesies tanaman genus Aquilaria, enam di antaranya tersebar di seluruh Indonesia kecuali Pulau Jawa dan Sunda kecil. Produk gaharu Indonesia berbentuk serpihan, balok kayu, serbuk, minyak, dan ukiran.
Kekayaan hutan alam dengan keanekaragaman hayati tinggi membuat Indonesia menempati posisi strategis dalam perdagangan hasil hutan bukan kayu internasional. Pasar gaharu terbesar Indonesia adalah Timur Tengah dan China.
Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati PHKA Novianto Bambang W mengungkapkan, ekspor gaharu terus meningkat seiring pertumbuhan kemampuan produksi dan permintaan. Pasar internasional membutuhkan sedikitnya 4.000 ton gaharu per tahun. Produksi Indonesia naik dari 170 ton (2006) menjadi 573 ton (2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar