Selasa, 05 April 2011

Beet Merah, Hortikultura yang Menggiurkan


Berbicara pertanian khususnya tanaman hortikultura baik buah-buahan maupun sayur-mayur Kabupaten Karo adalah ‘gudang’nya. Tentu saja ini karena kesuburan tanah, dan faktor cuaca yang sangat mendukung untuk pengembangan sektor pertanian di Tanah Simalem tersebut. Faktor itu juga yang membuat para petani tidak henti-henti mencari tanaman yang dicari pasar yang akhirnya membawa keberuntungan tersendiri bagi mereka. Dan, salah satunya adalah tanaman beet (baca:bit) merah.

Buah bit (beetroot) saat ini mulai banyak dikembangkan para petani di Berastagi. Anto Peranginangin adalah salah seorang petani yang mengembangkan komoditas tersebut. Bahkan tanaman itu sudah lama ditekuninya, tepatnya sejak tahun 1996 lalu. “Saya hanya meneruskan tanaman unggulan orangtua saya dan bit ini sudah mereka kembangkan sejak tahun 1996 lalu,” jelas pria berusia 41 tahun ini ketika dijambangi, Rabu pekan lalu di lokasi penanamannya di Desa Raja Payung Kecamatan Simpang Empat.

Ketertarikan Anto dan keluarganya dalam membudidayakan tanaman bit bukan tanpa alasan. Dan, yang jelas karena harga jual dari komoditas tersebut sangat menjanjikan dibanding tanaman kubis, bunga kol, brokoli ataupun hortikultura jenis lainnya. Dan, itu ditambah lagi karena bit tidak memerlukanperawatan intensif selama proses budidaya berlangsung.

“Penyemprotan hama cukup 10 hari sekali, sedangkan untuk tanaman yang lain para petani harus melakukan penyemperotan hama tiga hari sekali, jika tidak maka tanaman itu bisa rusak bahkan gagal panen. Dan, itu berarti kerugian bagi petani. Makanya bagi keluarga kami bit ini sudah menjadi tanaman utama,” akunya.

Tidak hanya itu, kata Anto, bit merah merupakan tanaman muda yang hanya memiliki usia tanaman mulai dari pembibitan sampai panen antara 40 hingga 50 hari. Sementara harga jual, menurut Anto berkisar Rp 4.500 per kg di tingkat petani. “Jadi, dengan penggunaan bibit sebanyak 25 gram dapat menghasilkan sekitar 200 kg umbi bit. Dengan harga jual Rp 4.500 per kg, petani dapat memperoleh uang sekitar Rp 900.000,” ujar Anto.

Sedangkan biaya produksi untuk menghasilkan 200 kg bit hanya berkisar Rp 250.000. Dengan begitu, petani bisa mengantongi keuntungan berkisar Rp 650.000. “Sayang, petani di Desa Raja Payung ini tidak terlalu tergiur dengan keuntungan yang ditawarkan tanaman bit tersebut. Pengembangan bit yang dilakukan petani masih dalam skala kecil,” sebut Anto.

Yang menjadi kendala dalam pengembangan bit tersebut menurut Anto adalah pemasaran. Artinya, permintaan pasar belum sebesar komoditas hortikultura lainnya. Padahal, tanaman ini mengandung khasiat yang luar biasa bagi kesehatan manusia.

Tidak hanya itu, dari segi harga jual tanaman ini lebih stabil dibanding hasil pertanian lainnya. “Kalaupun panen raya tiba, harga jual bit tidak pernah di bawah Rp 1.000 per kg. Bahkan belakangan ini, harga buah bit tidak pernah di bawah Rp 3.000 per kg. Seharusnya harga ini menjadi pemicu petani untuk mengembangkan tanaman bit ini,” ujarnya.

Anto mengakui semenjak dirinya mengembangkan bit 11 tahun lamanya, hingga sekarang belum ada perhatian pemerintah terutama instansi terkait dalam hal pemasaran. Begitupun, ia tidak pernah berputus asa. Sebab, ia yakin bit yang dikembangkannya memiliki pangsa pasar tersendiri meskipun produksi yang dihasilkannya masih sedikit. “Dari pengalaman saya selama menanam bit, tidak ada masalah dalam pemasaran. Artinya, pasar selalu ada bahkan masih terbuka lebar,” aku Anto.

Hanya saja, lanjut Anto, yang perlu diperhatikan petani adalah kualitas bit yang dihasilkan haruslah benar-benar baik. Karena, hal pertama yang ditanya para agen atau pedagang yang datang dari Medan, adalah kualitas bit tersebut, apakah baik atau tidak. Dan, baik tidaknya mutu bit yang dihasilkan menurut dia, biasanya tergantung dari umur tanaman. “Kalau umur tanam sudah cukup untuk dipanen, maka bit yang dihasilkan akan baik. Kalau ini dijaga atau diperhatikan petani, petani tidak usah ragu lagi, harga jual akan tinggi dan petanipun tidak akan rugi,” jelasnya.

Meski kurang familier di tengah masyarakat, namun di kalangan medis tanaman ini sudah tak asing lagi. Bahkan tidak sedikit dokter yang merekomendasikan pasiennya untuk mengonsumsi bit merah. Itu karena beetroot ini memiliki khasiat yang luar biasa.
Informasi yang diperoleh MedanBisnis, dari beberapa situs, buah beet ini sudah sejak abad 16 dikembangkan di Eropa Pusat dan Eropa Timur. Di Eropa, beetroot digunakan untuk mengobati kanker karena mengandung betanin yang tinggi dalam sayur. Di Roma, dahulunya beetroot ini digunakan sebagai zat perangsang.

Banyak nutrisi yang terkandung dalam buah beet, diantaranya mengandung vitamin A, B dan C, calcium, phosphorous, potassium, magnesium, iron, asam folik, folat, betanin, beta-carotene, lycopene, antioksidan dan serat.

Selain itu beetroot juga mempunyai kandungan boron yang secara langsung memproduksi hormon kelamin manusia. Beetroot efektif juga untuk memberantas demam dan memelihara tingkat kestabilan gula darah. Beberapa penelitian menunjukkan beetroot juga membantu untuk menghalangi pertumbuhan tumor, tapi juga mengurangi pertumbuhan kanker.

Banyak lagi kandungan beetroot yang dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit, seperti penangangan tekanan darah tinggi, depresi, alzheimer, dementia, dan penyakit yang berhubungan dengan digestif. Kemudian, bermanfaat untuk pembentukan darah, untuk diet, karena beetroot tidak mengandung lemak, sedikit kalori dan sumber serat yang istimewa.

Sedangkan akar dan daun hijaunya mengandung zat besi, kalium, folat dan vitamin C, sehingga bagus untuk asupan wanita hamil. Jus beetroot mengandung zat yang dapat membuat butir-butir darah merah, sehingga jus ini juga baik dikonsumsi oleh pasien yang terkena penyakit demam berdarah.

Tidak hanya itu, beetroot juga berfungsi sebagai antioksidan alami. Meskipun begitu beetroot jangan diminum terlalu banyak karena sifatnya adalah pembersih tubuh yang agak keras terutama membersihkan hati. Karena itu, dalam sehari-hari jus bit hanya boleh diminum setengah liter saja. Apabila diminum terlalu banyak, beetroot dapat membuat pusing.

Menurut para peneliti dari University of Exeter dan the Peninsula Medical School, kunci meningkatkan stamina cukup sederhana, hanya dengan minum segelas jus buah bit. Bahkan menurut peneliti, dengan mengonsumsi jus bit setiap harinya dapat membantu kita berolahraga tanpa rasa capek. Di samping itu, setengah liter jus bit setiap hari efektif menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kesehatan.

Masih menurut penelitian yang sama, jus bit memperlihatkan hasil yang menakjubkan karena manfaatnya melebihi rutinitas olahraga yang teratur di bawah pengawasan pelatih profesional. Ya meskipun rasanya kurang sedap, tapi pengaruhnya bisa dirasakan oleh banyak orang dari berbagai usia, mulai dari mereka yang masih aktif bekerja ke kantor sampai mereka yang pensiun tak punya kantor lagi.

Namun, ada juga yang beranggapan bahwa jus bit adalah jus yang terbaik untuk kesehatan. Karena kandungan bit menyeimbangkan kadar basa dan asam, sehingga sangat bagus bagi keseimbangan tubuh. Walaupun mengandung karbohidrat, kalorinya rendah. Jadi jangan khawatir, menyantap bit tidak akan menaikkan berat badan.

Hanya saja, dalam mengasup jus bit, sebaiknya akar bit dicampur dengan buah atau sayur lainnya, karena akar bit saja bisa membuat tali pita suara kaku dan sulit bicara dalam waktu tertentu, kecuali minum jus murni dari akar bit organik yang justru akan menyembuhkan kekakuan atau kelumpuhan pada pita suara.

Manfaat lain dari bit adalah sebagai sumber pewarna merah alami. Sebagian pengrajin kue menggunakan bit sebagai bahan pewarna pada beberapa kue-kue Indonesia yang menggunakan warna merah, seperti kue pepe atau lapis sagu.

Bahkan awal pembuatan Red Velvet Cake yang menjadi simbol kue Amerika bagian selatan adalah menggunakan jus bit bukan pewarna merah buatan seperti yang sekarang umum dipakai.

Petani Masih Enggan
Bit atau Beta vulgaris ini masih termasuk dalam keluarga Chenopodiaceae. Varietas dari tanaman ini yang paling terkenal adalah beetroot atau garden beet yang berwarna merah ataupun ungu. Namun, yang banyak dikembangkan petani adalah bit merah.

Tanaman bit yang berwarna merah atau keunguan ini tidak hanya mengandung serat yang tinggi, tetapi juga kaya akan kandungan zat besi. Buat para vegetarian atau vegan, ada bagusnya mengonsumsi bit sehingga tidak kekurangan zat besi yang umum ditemukan pada daging merah.
Itu dikarenakan kandungan serat yang tinggi pada akar dan daunnya dan oleh bangsa Romawi kuno digunakan sebagai obat sembelit.

Bit kaya karbohidrat yang mudah menjadi energi serta zat besi yang membantu darah mengangkut oksigen ke otak. Warna merah pada bit ini disebabkan oleh gabungan pigmen ungu betasianin dan pigmen kuning betasantin.

Dan, kandungan bit sendiri terdiri dari asam folat (menumbuhkan dan mengganti sel-sel yang rusak) 34%, kalium (memperlancar keseimbangan cairan di dalam tubuh) 14,8%, serat 13,6%, vitamin C (menumbuhkan jaringan dan menormalkan saluran darah) 10,2%, magnesium (menjaga fungsi otot dan syaraf) 9,8%, triptofan 1,4%, zat besi (metabolisme energi dan sistem kekebalan tubuh) 7,4%, tembaga (membentuk sel darah merah) 6,5%, fosfor (memperkuat tulang) 6,5%, caumarin (mencegah tumor), dan betasianin (mencegah kanker).

Itu jugalah yang menjadikan bit saat ini menjadi favorit dalam dunia sayuran. Padahal, sebelumnya, bit hanya digunakan untuk acar botolan yang direndam dalam gula dan cuka serta bersembunyi di belakang lemari dapur. Kini, sayuran tersebut mengalami kebangkitan ketika mulai dijual di rak-rak supermarket.

“Pada tanaman bit yang lebih dikenal mempunyai khasiat kesehatan adalah umbinya. Bit mengandung karbohidrat dalam bentuk gula dengan sedikit kandungan protein dan lemak. Banyak cara menyantap akar bit, antara lain dibuat jus, direbus sebentar untuk salad, dan dibuat pure (dlhaluskan) untuk sup,” kata Anto Peranginangin.

Anto yang selalu didamping isteri tercinta mengatakan, meski khasiat dan harga bit merah sangat tinggi, namun gairah petani untuk mengembangkan bit dalam areal yang luas masih rendah. “Itu karena, kurangnya sosialisasi baik dari instansi terkait terutama dalam hal pemasaran,” katanya.

Sejauh ini, bit yang diproduksi petani di Kabupaten Karo masih sebatas pasar lokal, belum ada pengiriman ke luar negeri. Tetapi, untuk kebutuhan dalam negeri ini saja seperti Jakarta dan Medan, para petani sudah kewalahan memenuhi pesanan. “Produksi kita masih sedikit meskipun permintaan besar. Petani tidak mau berspekulasi dalam mengembangkan bit ini,” katanya lagi.

Para petani kata Anto, belum memiliki keyakinan untuk mengembangkan bit dalam skala luas terutama terhadap harga yang terus tinggi. Itu karena antara petani dan pedagang tidak saling terikat dalam satu perjanjian. “Kalau masih mengikuti harga pasar yang terus berpluktuasi, petani enggan untuk mengembangkannya. Kecuali, ada perjanjian mengenai harga antara pedagang atau pengusaha dan petani, yang mengikat petani untuk mengembangkan bit, barulah petani mau,” jelasnya.

Karena itu, ia berharap adanya pengusaha yang bersedia menjadi bapak angkat bagi petani yang mengembangkan bit di Kabupaten Karo, sehingga petani berani mengembangkan bit dalam skala luas. Apalagi, budidaya tanaman bit tidak terlalu sulit. “Dari segi harga, untuk saat ini memang masih tinggi dalam artian tidak ada masalah. Tapi, itu tadi, kami takut harga bisa anjlok sewaktu-waktu apalagi jika produksi berlimpah. Di situlah pentingnya bapak angkat tadi, yang berani membeli bit di atas harga pasar,” kata Anto penuh harap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar