PEREMAJAAN KAKAO. Seorang petani menebang tanaman kakaonya di perkebunan kakao desa Sumber Baru, Kecamatan Suka Maju, Kabupaten Luwu Utara, Sulsel, Kamis (10/9). Para petani tersebut melakukan peremajaan tanaman kakao dengan menebang pohon yang tidak produktif lagi akibat serangan hama, sekitar 22 ribu hektare tanaman kakao sulsel akan diremajakan yang berumur 15-20 tahun.
Mamuju. Gubernur Sulawesi Barat, H.Anwar Adnan Saleh, tetap optimistis bisa menjadikan Indonesia sebagai penghasil kakao terbesar dunia menggeser negara Pantai Gading.
"Saya tetap yakin mampu menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil kakao terbesar dunia sejak pelaksanaan kegiatan program gerakan nasional peningkatan produksi dan mutu kakao (Gernas pro-Kakao) digulirkan,"kata Anwar Adnan Saleh di Mamuju, Selasa.
Menurutnya, memang saat ini negara Pantai Gading menempati tempat tertinggi penghasil terbesar di dunia dan Indonesia berada pada urutan kedua.
Karena itu, kata dia, saat mendapat kepercayaan mempresentasikan program Gernas pro-Kakao di Bappenas, dia meminta agar kegiatan yang telah berjalan sejak tahun 2008 itu dilanjutkan hingga tahun 2014 mendatang.
"Program itu memiliki target memperbaiki produksi dan mutu, sehingga dengan target yang ditetapkan itu bisa melebihi produksi negara Pantai Gading di 2014," jelas gubernur pencetus kegiatan gernas itu.
Ia mengatakan, Pemprov Sulbar menargetkan mampu meningkatkan produksi kakao setiap tahunnya terkendala dengan anggaran yang diberikan oleh pusat setelah adanya tambahan enam provinsi penerima dana Gernas sehingga 15 total penerima Gernas di tahun 2010.
Pada tahun 2009 lalu, kata dia, pihaknya menargetkan bisa menghasilkan kakao hingga 40 ribu ton, lalu kemudian ditargetkan di tahun 2010 menjadi 10 ribu ton.
"Target ini menurun karena anggaran pemerintah pusat pun dilakukan pengurangan. Makanya, saat mempersentasekan Gernas di Bappenas dirinya meminta keseriusan pusat untuk tetap menggemukkan provinsi penerima gernas tersebut khususnya sembilan provinsi di kawasan timur Indonesia," jelas gubernur.
Gubernur mengatakan, produksi kakao di KTI selama ini telah mampu memberikan sumbangan produksi nasional sekitar 80 persen dan sekitar 73 persen disumbangkan dari pulau sulawesi.
"Sekitar tujuh persen ini didukung dari provinsi lain seperti provinsi Bali, NTT dan beberapa provinsi lainnya," ungkapnya. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar