Medan. District Sales Manager DuPont Crop Protection (DCP)–PT DuPont Agricultural Products Indonesia (DAPI) Sumut – Aceh, Marihot Pakpahan, mengatakan, sudah saatnya para petani di tanah air khususnya di Sumatera Utara (Sumut) diberi pemahaman tentang residu pestisida, pengenalan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan pengenalan agen hayati.
Dengan begitu, para petani dapat memahami efek negatif yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida. ”Salah satu tahapan yang efektif dalam pengendalian hama dan penyakit pada tanaman produksi khususnya padi dan sayuran adalah pemahaman teknik identifikasi terhadap hama dan penyakit itu sendiri. Sehingga dapat ditentukan cara yang tepat pengendalian secara terpadu,” jelasnya kepada wartawan, Jumat (29/4), di Medan.Sekaitan dengan itu juga, lanjut Marihot, pihaknya telah memfasilitasi sekitar 90 orang petani untuk mendalami ilmu hama dan penyakit ke Laboratorium Hama dan Penyakit Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Medan, Dinas Pertanian Sumut, pada tanggal 5 April lalu. ”Di laboratorium itu, para petani diberi pengetahuan tentang residu pestisida, pengenalan OPT dan pengenalan agen hayati,” jelasnya.
Marihot yang saat itu didampingi SSR DCP Naheson Ginting, Tanjung Siahaan, David Manurung, Sabda Eko Paksi, para Field Asisten, Marketing Development, Research & Development, serta beberapa staf lapangan di kabupaten mengatakan, pertemuan yang berlangsung sehari itu diikuti beberapa perwakilan dari beberapa kabupaten di Sumut seperti Kabupaten Langkat, Deliserdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Batubara, Asahan, Tobasa, Humbang Hasundutan, Dairi, serta perwakilan dari Aceh.
”Mereka adalah para petani yang sudah sering menggunakan produk unggulan DuPont seperti insektisida Prevathon 50 SC, Lannate 25 WP, Lannate 40 SP, dan Meothrin. Fungisida Nustar 400 EC, Delsene MX-80 WP, Equation Pro, Kocide 54 WG serta herbisida Ally 20 WG, Ally Plus 77 WP, Sindax 8.6/1.8 WP dan Ally 10/10 WP yang telah dipasarkan di Indonesia sebagai insektisida di padi, kacang panjang, cabai, semangka dan lainnya,” ujar Marihot.
Karena itu, ia berharap para ambassador yang mengikuti pelatihan dapat menjadi penyambung lidah bagi petani lainnya tentang apa yang sudah di dapatkan pada pelatihan tersebut.
Dikatakannya, adapun materi yang disampaikan dalam pelatihan tersebut seperti pengenalan OPT yang di bawakan oleh Ruth Tarigan, pemahaman residu pestisida oleh Ely Martona, dan pengendalian OPT dengan agen hayati oleh Utema.Sedangkan dari pihak DuPont sendiri presentasi produk knowledge dibawakan oleh Market Development Officer Jimmy Purba.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian Sumut M Roem S mengatakan, penggunaan pestisida bersifat ramah lingkungan sangat mendukung program pertanian yang sedang gencar digalakkan untuk mencapai pertanian yang lebih baik.
Dengan harapan PT DAPI dapat menciptakan teknologi baru seiring dengan program saat ini. ”Melihat perkembangan kedepannya, pertanian di Sumut harus bisa menjaga ketersediaan hasil beras yang cukup. Untuk itu sangat diharapkan peranan dari DuPont Crop Protection dalam memberi suport guna meningkatkan produksi hasil pertanian,” kata Roem.
Sementara Kepala BPTPH Medan Gunawan Ajas mengatakan, baru kali ini ada perusahaan pestisida yang membawa petaninya ke Laboratorium BPTPH, yaitu DuPont Crop Protection. Hal ini sangat membantu petani mengenal dan menambah pengetahuan tentang efek residu pestisida terhadap hasil pertanian, serta pengenalan OPT yang lebih jelas.(MB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar