Medan. Sekira 80% dari total daging sapi dan susu yang dikonsumsi masyarakat Sumatera Utara (Sumut) merupakan hasil impor. Padahal Sumut salah satu daerah yang sangat potensial untuk pengembangan peternakan sapi. Secara nasional, Indonesia masih mengimpor sapi mencapai 500.000 ekor untuk memenuhi kebutuhan daging pada tahun 2011.
“Di Indonesia sebenarnya banyak daerah yang sangat potensial untuk pengembangan ternak sapi dan kerbau. Kalau ini dimanfaatkan ke depan Indonesia bisa mengurangi impor daging,” kata Ketua Umum DPP Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana, kepada wartawan di Bandara Polonia Medan, Senin (23/5).Teguh Boediyana tiba dari Jakarta bersama Ketua Dewan Pembina Letjend (Purn) Suyono dan Sekjend DPP PPSKI Rohadi Tawaf, untuk menghadiri pelantikan DPD PPSKI Sumut yang dilaksanakan di Medan, Selasa (24/5). Pengurus pusat itu disambut Ketua DPD PPSKI Sumut H Laidin, Sekretaris Alfi Sahrin Pasaribu, Bendahara Fransin Novita, Ketua Panitia Abdul Halim, Elianor Sembiring dan pengurus lainnya.
Menurut Teguh Boediana, masyarakat peternak sapi maupun kerbau sebenarnya tetap berusaha untuk meningkatkan produktifitas baik jumlah maupun mutu sapi yang dihasilkan. Seperti halnya di Sumut banyak lahan-lahan perkebunan yang bisa dimanfaatkan untuk peternakan sapi secara integral dengan perkebunan.
Namun selaku masyarakat biasa tentu saja para peternak mengalami berbagai macam kendala mulai dari permodalan membeli sapi hingga untuk operasional sehari-hari. Sedangkan salah satu persoalan yang sudah bukan rahasia umum lagi dihadapi petani dan peternak selama ini adalah masih seputar peminjaman kredit dari perbankan.
“Jadi DPP PPSKI berkoordinasi dengan DPD propinsi masing-masing akan menginventaris persoalan yang dihadapi para peternak di daerah masing-masing. Sebagai organisasi PPSKI akan terus memperjuangkan kesejahteraan para peternak,” pungkasnya.(MB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar