Jakarta. Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia Piter Jasman mengatakan penerapan kebijakan pengenaan bea keluar (BK) dalam ekspor biji kakao telah mendorong peningkatan kapasitas produksi industri kakao nasional.
"Produksi industri kakao yang tahun lalu 150.000 ton akan meningkat menjadi 280.000 ton tahun ini. Tahun 2012, bisa naik lagi menjadi 400.000 ton," kata Piter yang juga Presiden Komisaris PT Bumitangerang Mesindotama Cocoa Processing, pada peresmian BT Chocolate Academy di Tangerang, Banten, Senin (30/5).
Ia menjelaskan, pengenaan bea keluar ekspor biji kakao sejak 1 April 2011 telah memberikan kontribusi bermakna terhadap pertumbuhan industri pengolahan kakao dalam negeri.
"Setahun setelah penerapan bea keluar biji kakao, sudah terlihat dampak positifnya. Beberapa industri yang semula berhenti produksi saat ini sudah berjalan kembali," katanya.
Saat ini, dia menjelaskan, beberapa industri pengolahan kakao juga melakukan ekspansi dan pabrik-pabrik pengolahan baru mulai dibangun, salah satunya di Batam. "Sekarang sudah ada 14 industri pengolahan," kata dia.
Padahal, ia menjelaskan, industri pengolahan kakao yang tahun 2000 ada 40 pabrik dengan kapasitas 300.000 ton pernah menurun drastis menjadi hanya lima pabrik dengan kapasitas 120.000 ton pada 2009 karena beberapa kebijakan yang kurang kondusif.
Selain itu, pertumbuhan industri pengolahan biji kakao juga terlihat dari peningkatan konsumsi biji kakao oleh industri dalam negeri. Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) memperkirakan konsumsi biji kakao untuk industri pengolahan dalam negeri yang pada 2010 sekitar hanya 150.000 ton meningkat menjadi 220.000 ton pada 2011.
Selanjutnya, Piter berharap, separuh dari produksi biji kakao nasional yang pada 2010 sekitar 600.000 ton bisa diserap industri dalam negeri sehingga lebih banyak nilai tambah yang bisa dinikmati.
Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar dan Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi mengatakan, pemerintah secara berlanjut mendukung upaya untuk meningkatkan pertumbuhan industri hilir kakao.
"Supaya nilai tambahnya tidak malah dinikmati negara lain," kata Bayu. Dukungan, menurut dia, antara lain diberikan melalui penghapusan pajak pertambahan nilai untuk hasil olahan kakao dan pengenaan bea keluar dalam ekspor biji kakao. Pemerintah, lanjut dia, sejak tahun 2007 juga menjalankan Gerakan Nasional (Gernas) Kakao untuk meningkatkan produksi biji kakao nasional. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar