Medan. Kabupaten Karo dan Pakpak Bharat akan dijadikan sebagai model laboratorium penelitian dan pengembangan (Litbang) Departemen Pertanian (Deptan). Ini disebabkan kedua daerah tersebut memiliki potensi pertanian yang luar biasa baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan di samping dukungan yang besar dari kedua kepala daerah tersebut.
“Potensi yang ada ini belum tergarap secara maksimal baik dari segi kuantitas, kualitas, pasca panen (industri hilir) dan pemasaran. Karena itu, kedatangan kami ke Kabupaten Karo dan Pakpak Bharat ingin melihat secara dekat potensi apa yang bisa kita angkat untuk kemudian kita unggulkan,” kata Kepala Badan Litbang Pertanian kementerian Pertanian (Kementan) Haryono kepada wartawan, akhir pekan lalu di Medan.Sejumlah pejabat Litbang yang ikut mendampingi Haryono yakni, Kepala Pusat (Kapus) Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Hasil Sembiring, Kapus Litbang Hortikultura Yusdar, Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner Hardiman, Kepala Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Astu Unadi, Kepala Besar Litbang Pasca Panen Rudy Tjahjohutomo dan Kepala Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian Agung Hendriadi.
Haryono mengatakan, dengan dijadikannya kedua daerah tersebut sebagai model laboratorium litbang, maka teknologi-teknologi yang dihasilkan oleh litbang Deptan akan langsung diterapkan sesuai dengan komoditasnya. “Jadi, kami akan mensurvei potensi-potensi apa yang ada untuk kita kembangkan dan dicarikan teknologinya,” kata Haryono sembari mengatakan, dukungan kedua kepala daerah tersebut untuk membangun pertanian sangat tinggi.
Mengenai komoditas yang akan dikembangkan di Pakpak Bharat, Bupati Pakpak Bharat Remigo Yolanda Berutu didampingi Asisten II Sustra Ginting dan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Mukhtar AW mengatakan, ada banyak komoditas pertanian baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan yang selama ini menjadi andalan daerah tersebut bisa dikembangkan.
Sebut saja, nilam, kopi, nenas dan gambir. “Komoditas pertanian yang bisa diunggulkan banyak tapi mulai tahun 2011 hingga 2015 mendatang, kami akan fokus pada pengembangan komoditas nilan, kopi, nenas dan gambir dengan tidak mengesampingkan komoditas lainnya,” kata Remigo.
Bahkan lanjut Remigo, untuk tahun 2011, pihaknya telah mengucurkan anggaran sebesar Rp 2 miliar untuk pengembangan satu juta gambir. Dan, sekarang sudah tahap pengadaan bibit untuk disalurkan ke masyarakat tani. “Jadi, gambir akan menjadi ikon Pakpak Bharat untuk dikembangkan. Selama ini gambir sudah dikenal di pasar luar negeri meskipun harga gambir di tingkat petani masih fluktuatif,” jelasnya.
Karena itu, untuk merangsang petani bersemangat mengembangkan gambir, Pemkab Pakpak Bharat kata Remigo akan mendirikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) khusus menangani tata niaga gambir. Sehingga ketika harga anjlok dan merugikan petani, BUMD ini yang akan menampung hasil–hasil pertanian khususnya gambir petani.
Namun, sebelumnya, antara BUMD dengan petani akan dibuat perjanjian khusus pembelian gambir. “Tetapi bukan berarti petani tidak bisa menjual hasil panennya ke pasar. Jika harga pasar lebih baik, silakan petani menjualnya ke pasar,” katanya.
Sementara itu, Bupati Karo Kena Ukur Karo Jambi Surbakti didampingi Staf Peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Medan Elianor Sembiring, mengatakan, pihaknya sangat mendukung pihak Litbang Deptan yang akan menjadikan Karo sebagai model laboratorium litbang.
Apalagi selama ini, lahan pertanian di Karo mulai gersang sehingga butuh pembenahan yang serius untuk meningkatkan hasil-hasil baik dari segi produksi mapun kualitas. “Namun yang paling penting adalah industrialisasi harus ada sehingga hasil pertanian dari Karo memiliki nilai jual yang lebih tinggi lagi,” jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar