Seperti yang dilakoni Amin Gamayel, untuk dapat bertahan memenuhi kebutuhan keluarga yang dikaruniai putri 4 orang, dua sudah kuliah dan dua lagi tengah menempuh pendidikan tingkat SD dan SMP, ia berjuanlan serabi, cenil dan lupis sudah dilakoninya selama setahun terakhir ini.
Setelah hampir 25 tahun bergelut membuka usaha kedai kopi dengan menata ekstra hiburan film lokal dan import menggunakan telivisi 21 inci, kiranya mulai kurang peminat akibat merambahnya teknologi internet. Ekstra hiburan di kedai kopi yang selama ini mengandalkan CD (compact disc) sudah mulai ditinggalkan peminat yang mulai beralih ke internet di rumah. Sehingga tiada jalan lain harus banting stir mensiasati dengan menjual serabi, cenil dan lupis sebagai penganan jajanan bagi semua kalangan, katanya kepada penulis ketika membuka sejarah jalan hidupnya di Berastagi belum lama ini
Amin yang dikenal keturunan India ini, mengaku jajanan yang ditekuninya kini, sangat diminati masyarakat Berastagi baik tua, muda dan anak sekolah. Jajanan itu terlihat laris manis dengan harga terjangkau mulai tiga sampai lima ribuan satu porsi sekira 3-5 buah lupis yang dibumbui gula aren yang manis.
Kalau bicara tentang penghasilan tentunya cukup untuk satu keluarga plus biaya empat putrinya yang tengah menempuh pendidikan di perguruan tinggi, ya sekitar seratus sampai seratus lima puluh ribu dapatlah Bang, katanya santai.
Tidak berlebihanlah Bang, putri saya pertama Syila (20) sudah tiga semester di salah satu perguruan tinggi bahasa asing di Medan, putri kedua Billkes (19) sudah semester dua fakultas ekonomi di Universitas Quality Kabanjahe, putri ketiga Sonia (13) pelajar salah satu SMP dan keempat Roja (11) pelajar SD di Berastagi.
Pasang surut usaha yang ditekuni Amin (47) sudah malang melintang sejak membuka usaha kedai kopi yang disambil ekstra hiburan film lokal dan import itu, mulai surut sejak setahun lalu akibat maraknya perkembangan internet. Maka jalan alternatif harus disiasati tambahan dagang jajanan ringan yang murah meriah serta diminati semua kalangan.
Dalam kesehariannya, ia mengatakan, hidup sederhana dan tidak banyak tuntutan. Kalau penghasilannya cukup biaya sehari-hari, biaya anak kuliah dan sekolah sudah sangat bersyukur.
"Saya tidak pernah banyak tuntutan seperti layaknya banyak orang, apakah itu mobil, sepeda motor dan rumah serta perabotan yang mahal. Itu bikin kita tak pernah damai dan tenteram menata hidup ini," kata Amin.
Pria brewok ini, dikenal supel bergaul dan selalu berkelakar pada setiap kesempatan, sehingga kedai kopi yang dikelolanya selalu ramai peminat. Selain humoris bapak empat anak ini, rajin membaca media cetak dan menekuni berita politik di media elektronik sehingga acapkali dijadikan bahasan dan kajian bagi konsumen dan tamu-tamunya, sehingga suasana hiburan dan bahasan politik lokal dan nasional menjadi menu tambahan mengasyikkan disana.
Sementara itu, Ir Elia Sembiring MM yang sehari-harinya dosen fakultas ilmu komputer di STT Poliprofesi di Medan menambahkan, kegiatan ekonomi rakyat yang digeluti Amin Gamayel ini, merupakan hal yang layak di dukung perbankan, yang dikenal dengan alokasi dana KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang besarannya triliyunan rupiah dikucurkan setiap tahun.
"KUR sangat diharapkan dari perbankan untuk menopang kehidupan ekonomi kerakyatan, sehingga program pembangunan ekonomi rakyat yang dikenal dengan urat nadi perekonomian negara dapat berjalan sesuai harapan, tidak hanya berkarya diatas kertas saja melainkan terlihat nyata bermanfaat bagi masyarakat ekonomi lemah, seperti pedagang kaki lima yang memiliki kreatifitas yang baik, harapnya. (Sofyan Ginting)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar