Medan. Jahe impor asal China mulai mendominasi pasar di Sumatera Utara (Sumut). Ini terlihat sebagian besar pedagang di sejumlah pasar tradisional di Medan banyak menjual jahe China daripada jahe lokal.
"Harga jahe China lebih murah daripada jahe lokal," kata Tuti (27), salah seorang pedagang di Pusat Pasar Medan, yang ditemui, Jumat (6/5).Dia mengakui konsumen sekarang cenderung membeli jahe asal China karena harganya yang lebih murah walaupun secara kualitas jahe lokal lebih unggul. "Jahe lokal kualitasnya lebih unggul dari jahe impor, tapi pembeli lebih suka cari yang murah,"paparnya.
Menurutnya, jahe impor asal China tersebut kadar airnya sangat tinggi, dan rasa pedas khas jahenya agak kurang. Lain halnya dengan jahe lokal yang lebih padat, kadar airnya sedikit, rasanya pun lebih bagus. "Cuma itu tadi, harga jahe lokal lebih mahal," katanya lagi.
Tuti mengakui, sekarang ini jumlah jahe lokal yang ada di pasaran sangat minim, tidak sampai 50% dari pedagang yang ada Pusat Pasar yang menjual jahe lokal. Harga jahe impor asal China sekarang berkisar antara Rp 12.000 sampai Rp 14.000 per kg, sedangkan harga jahe lokal berkisar Rp 18.000 sampai Rp 22.000 per kg.
Marbun (54), pedagang jahe di Pusat Pasar juga mengakui hal yang sama. Menurutnya, selisih harga jahe impor dan jahe lokal sangat tinggi membuat jahe impor lebih diminati pelanggan. "Sekarang kan pasar bebas, barang-barang dari China gampang masuk, harganya lebih murah lagi, jahe lokal agak susah bersaing dalam hal harga," kata Marbun.
Menurutnya, kebanyakan pedagang yang ada di sana lebih memilih menjual jahe impor. Karena perputaran barangnya yang cepat. "Selama jahe impor masih terus masuk, selama itu pula jahe lokal akan terus terpinggirkan, walaupun kualitasnya lebih bagus," paparnya.
Marbun mengatakan, pedagang seperti mereka hanya menuruti apa yang menjadi permintaan konsumen. Konsumen cenderung meminta barang sejenis yang lebih murah daripada yang mahal, walaupun kualitas barangnya berbeda jauh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar