Jakarta. Pertumbuhan kinerja industri pupuk mengalami penurunan pada triwulan pertama 2011 karena rendahnya penyerapan pupuk bersubsidi pada Januari-April yang hanya 79%
"Penurunan kinerja industri pupuk terjadi karena daya serap petani turun akibat cuaca yang tidak menentu sejak enam bulan terakhir," kata Direktur Kimia Dasar, Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Tony Tanduk di Jakarta, Jumat (6/5).
Berdasarkan data BPS yang diolah Kemenperin, pada triwulan pertama 2011 kelompok industri pupuk, kimia, dan barang dari karet mengalami pertumbuhan negatif 0,07%. Padahal pada periode yang sama 2010, pertumbuhan kelompok industri tersebut mencapai 4,45%. "Pupuk, kimia, dan karet memberi kontribusi yang sama dalam kelompok industri tersebut," katanya.
Tony mengatakan, penyerapan pupuk bersubsidi oleh petani masih rendah sampai triwulan pertama 2011, yaitu di bawah 80%. Padahal pupuk bersubsidi menguasai sekitar 80% produksi pupuk nasional yang tahun ini diproyeksi mencapai 7,1 juta sampai 7,5 juta ton, dari total kapasitas produksi sebesar 8,3 juta ton. "Pupuk bersubsidi terutama urea menguasai hampir 80 persen pasar. Jadi penurunan penyerapan pupuk bersubsidi sangat mempengaruhi kinerja industri tersebut," katanya.
Meskipun ada pasar ekspor dan perkebunan, kata dia, tidak berpengaruh besar terhadap kinerja industri pupuk. Apalagi, lanjut Tony, pupuk difokuskan untuk pasar dalam negeri guna mendukung ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, meskipun harga pupuk internasional melonjak, ekspor pupuk bukan menjadi prioritas. "Saya berharap pada Juni, ada pertumbuhan (permintaan pupuk) kembali," kata Tony.
Sementara itu, Direktur Pemasaran PT Pupuk Sriwijaya (Persero) Bambang Tjahyono mengakui bahwa pada Januari-April 2011 penyerapan pupuk bersubsidi baik urea, NPK, SP-36, ZA, dan organik, rata-rata mencapai 79%.
Penyerapan pupuk urea, lanjut dia, mencapai 84%, SP-36 sebesar 88%, ZA sebesar 97%, NPK sebesar 63%, dan organik 59%. "Dari sisi produksi dan pasokan, tidak ada masalah, kami bisa memenuhi kebutuhan pupuk nasional," katanya.
Namun, lanjut dia, secara total kinerja pabrik pupuk yang berada di bawah koordinasi perusahaan induk PT Pupuk Sriwijaya (Persero) mengalami peningkatan. "Penjualan secara nilai meningkat, dan produksi pun tidak mengalami gangguan," katanya. (ant)
Berdasarkan data BPS yang diolah Kemenperin, pada triwulan pertama 2011 kelompok industri pupuk, kimia, dan barang dari karet mengalami pertumbuhan negatif 0,07%. Padahal pada periode yang sama 2010, pertumbuhan kelompok industri tersebut mencapai 4,45%. "Pupuk, kimia, dan karet memberi kontribusi yang sama dalam kelompok industri tersebut," katanya.
Tony mengatakan, penyerapan pupuk bersubsidi oleh petani masih rendah sampai triwulan pertama 2011, yaitu di bawah 80%. Padahal pupuk bersubsidi menguasai sekitar 80% produksi pupuk nasional yang tahun ini diproyeksi mencapai 7,1 juta sampai 7,5 juta ton, dari total kapasitas produksi sebesar 8,3 juta ton. "Pupuk bersubsidi terutama urea menguasai hampir 80 persen pasar. Jadi penurunan penyerapan pupuk bersubsidi sangat mempengaruhi kinerja industri tersebut," katanya.
Meskipun ada pasar ekspor dan perkebunan, kata dia, tidak berpengaruh besar terhadap kinerja industri pupuk. Apalagi, lanjut Tony, pupuk difokuskan untuk pasar dalam negeri guna mendukung ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, meskipun harga pupuk internasional melonjak, ekspor pupuk bukan menjadi prioritas. "Saya berharap pada Juni, ada pertumbuhan (permintaan pupuk) kembali," kata Tony.
Sementara itu, Direktur Pemasaran PT Pupuk Sriwijaya (Persero) Bambang Tjahyono mengakui bahwa pada Januari-April 2011 penyerapan pupuk bersubsidi baik urea, NPK, SP-36, ZA, dan organik, rata-rata mencapai 79%.
Penyerapan pupuk urea, lanjut dia, mencapai 84%, SP-36 sebesar 88%, ZA sebesar 97%, NPK sebesar 63%, dan organik 59%. "Dari sisi produksi dan pasokan, tidak ada masalah, kami bisa memenuhi kebutuhan pupuk nasional," katanya.
Namun, lanjut dia, secara total kinerja pabrik pupuk yang berada di bawah koordinasi perusahaan induk PT Pupuk Sriwijaya (Persero) mengalami peningkatan. "Penjualan secara nilai meningkat, dan produksi pun tidak mengalami gangguan," katanya. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar