Sekjen Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Rachim Kartadibrata mengatakan harga kopi tahun ini mengalami kenaikan kalau dibandingkan awal tahun lalu. Disebutkan, harga kopi sebesar USD2,60 per ton. Sementara tahun lalu kurang dari USD2 per ton. "Karena itu kalau berdasarkan nilai mengalami kenaikan signifikan," katanya, Senin, 9 Mei.
Data Kementerian Perdagangan menunjukkan komoditas kopi termasuk dalam sepuluh produk utama dalam ekspor non migas. Sedangkan komoditas lain seperti sawit, kakao dan karet. Sementara kalau berdasar nilai mengalami kenaikan sebesar 77 persen dari periode sama tahun lalu.
Menurut dia kenaikan pada awal tahun ini terjadi karena profit taking di kalangan eksportir. Mereka menahan untuk menjual kopi ke pasar luar negeri pada tahun lalu. Kemudian menjual pada tahun ini ketika harga kopi global mengalami kenaikan.
"Karena itu dari sisi volume pun mengalami kenaikan. Sebab demand yang tinggi tanpa disertai suplai cukup mendorong kenaikan harga," ucap Rachim.
Oleh karena itu, kata dia, dari sisi produksi sebenarnya belum ada peningkatan kalau dibandingkan tahun lalu.
Malah dia memperkirakan produksi kopi tahun ini mengalami penurunan. Faktor cuaca membuat produksi tidak bisa maksimal. Dicontohkan produksi di Kolombia mengalami penurunan sehingga posisi sebagai negara penghasil kopi melorot ke urutan ke empat setelah Brazil, Vietnam dan Indonesia.
"Taksasi atau perkiraan besaran produksi tahun ini sekitar 550 ribu ton," sebut Rachim. Proyeksi produksi tersebut turun dari realisasi produksi tahun lalu yang membukukan 650 ribu ton. Berdasar realisasi tahun lalu sebanyak 180 ribu ton terserap untuk industri pengolahan dalam negeri. Sisanya sejumlah 470 ribu ton mengisi pasar luar negeri.
"Selama ini masih banyak diekspor ke sejumlah negara seperti Amerika, Eropa dan Jepang. Sebagian kecil ada yang diekspor ke Asean seperti Filipina, Malaysia dan Thailand," urainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar