MAKASSAR. Sulsel terus menggenjot produksi udangnya untuk program kebangkitan udang dengan Better Management Practice (BMP). Tahun ini, Sulsel menargetkan produksi sebesar 26.774 ton.
Demikian diungkapkan Kepala Bidang Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel, Sulkaf Latief, dalam rapat evaluasi perkembangan kerjasama Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) dan Pemprov Sulsel di Hotel Santika, Rabu, 6 April.
Hadir pada kesempatan tersebut Project Coordinator ACIAR untuk pengembangan Udang Sulsel, Dr Richard Callinan, Prof Peter Edwards, (Penilai Kemajuan Proyek ACIAR), Dr Ageng Herianto (Project Coordinator Pengembangan Udang Sulsel dari UGM), juga Arief Taslihan dari BBAP (Balai Budidaya Air Payau) Jepara, dan M Natsir Amin, dari BBAP Takalar.
Pencapaian 2010 sebut Sulkaf, 92,90 persen dari target 23.918 ton atau sekitar 22.220,2 ton. Pencapaian tersebut lebih tinggi dari pencapaian 2009. Pada 2009, pencapaian sebesar 82,9 persen dari target 21.498 ton. Dinas Perikanan dan Kelautan Sulsel sendiri kata Sulkaf, telah melakukan pembinaan pembudidaya sebanyak 228 kelompok. Pada 2009, sebanyak 112 kelompok tersebar di 18 kabupaten kota dengan jumlah paket bantuan sarana produksi sebanyak 1.830 paket.
Sedangkan pada 2010, kelompok yang dibina 106 kelompok di 19 kota dengan jumlah paket bantuan 1.910 paket. "Pada 2011, paket bantuan sarana produksi 1.020 pake," jelasnya.
Dr Richard Callinan, didampingi Ageng Herianto menjelaskan, proyek BMP ini sudah berjalan empat tahun, pihaknya mengkonsentrasikan pembudidayaan udang rakyat di Sulsel dan Jateng untuk udang windu. Masalah utama pembudidayaan udang windu kata Richard adalah penyakit yang tidak tertanggulangi. "Kita mengemas hasil penelitian dari India untuk diadaptasikan ke Indonesia," paparnya.
Hal pertama yang diliat kata dia, bukan produksi, tapi penyakit khususnya penyakit bintik putih. Jika penyakit itu sudah tertanggulangi maka produksi udang dengan sendirinya akan meningkat. Budidaya udang itu sebut Richard, lahannya sudah tidak ideal karena kondisi lingkungan.
"Kita mau sesuaikan dulu dengan kondisi lingkungan. Kata kuncinya menyesuaikan pada tebarnya. Petani maunya menebar sebanyak-banyaknya, tapi kita harus sesuaikan dulu dengan lokasinya," sahutnya.
Penyakit bintik putih sudah dikenal tahun 90-an tapi belum ada obatnya. Jika penyakit ini menyerang dalam waktu dua tiga hari udang akan habis. Porgram budidaya ini sendiri diberlakukan di Pinrang, Barru, dan setelah itu ke Pangkep. Udang windu idealnya dua ekor per meter persegi. Udang windu ini potensial di Pangkep, Barru, Pinrang, dan Bone. Juga didukung Sinjai, Bulukumba dan Luwu Raya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar