Deli Serdang. Gang Medisran ini sangat hijau. Sepanjang jalan terlihat bunga-bunga dan anakan tanaman menghiasi gang tersebut. Membuat mata tak jenuh dan selalu hendak berlama-lama tinggal di tempat ini. Rasa penat terasa hilang, begitu kita menikmati dedaunan hijau dan warni-warni bunga yang sejuk dan jauh dari kebisingan kota.
Gang sepanjang 10 km ini menjadi lokasi kunjungan wisata bagi para pecinta tanaman buah dan tanaman hias di Sumut. Memasuki Desa Medistran, Kecamatan Tanjungmorawa, Kabupaten Deliserdang terasa sangat jauh berbeda bila dibandingkan saat kita memasuki desa-desa pada umumnya di Sumut.Jauh dari keramaian kota, Desa Bangun Sari tepatnya di Gg Medisran, telah disulap menjadi sentra tanaman sejak 1980 yang lalu. Lebih mengesankan lagi, gang yang tergolong luas ini umumnya dihuni suku Batak Toba dan Jawa. Penduduknya 90% bekerja dan menggantungkan hidupnya dari hasil penangkaran tanaman.
Meski demikian, desa yang berpenduduk sekira 350 kepala keluarga ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Penghasilan mereka dari penangkaran tanaman telah mampu mengangkat perekonomian warganya untuk hidup mapan.
Dulunya, penduduk gang Medisran hanya berkerja sebagai petani padi dan cengkeh. Kehidupan warga pas-pasan dan tergolong kurang mampu bersaing dengan warga desa lainnya yang tinggalnya di pinggiran jalan Medan. Tapi peruntungan datang menghampiri gang ini lewat buah tangan seorang lelaki paruh baya.
Menurut keterangan penduduk Gang Medisran, seorang sarjana pertanian bermarga Sihombing telah mengawali penangkaran tanaman di gang tersebut. Dari dia, warga mulai meniru dan belajar melakukan pengembangan tanaman dan hasilnyapun, warga menuai sukses hingga sekarang.
Madame Boru Sihite yang kerap dipanggil ibu Lamtiur merupakan satu dari sekian banyak penangkar di gang tersebut. Perempuan berusia 54 tahun ini mengaku hidupnya banyak berubah sejak menekuni usaha penangkaran ini.
Ketika ditemui MedanBisnis baru-baru ini di kediamannya yang asri, Madame menuturkan kalau perekonomian warga jauh meningkat berkat usaha penangkaran ini. "Dulu, di gang ini penduduknya paling hanya dua orang saja yang punya mobil pribadi. Tapi sekarang, hampir tiap rumah ada mobil mulai dari yang biasa sampai yang mewah. Anak-anak juga kebanyakan kuliah dan sarjana," terangnya menggambarkan betapa besar perubahan taraf hidup warga di gang tersebut.
Warga di gang Medisran memamfaatkan pekarangan rumahnya sebagai sumber penghasilan utama. Tak anyal lagi, ketika Madamne ditanyakan perkiraan pendapat penduduk per keluarga di gang tersebut, dengan senyum sumringah Madame menuturkan hampir Rp 8 juta per keluarga per bulannya.
Gang Medisran juga telah ditetapkan sebagai sentra tanaman hias, dan pembeli yang datang ke tempat ini tak hanya datang dari kota sekitar atau Sumut saja. Bahkan dari Thailand dan beberapa negara lainnya serta propinsi di luar Sumut juga banyak melakukan transaksi pembelian ke Medisran.
Bagi penduduk Medisran, tanah mereka tinggal merupakan tanah surga yang sangat sulit ditiru desa lainnya. Keseragaman dan kebersamaan menjadi motto mereka dalam menjalani usaha tersebut. "Ini tanah ‘surga’, dan kami mensykuri ada orang yang membuka mata kami untuk berusaha penangkaran di gang ini," tutur pak Juni (57) warga lainnya di gang tersebut yang juga berprofesi sebagai penangkar.(MB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar