TOBA SAMOSIR. Penyebab matinya sejumlah ikan mas peliharaan milik warga di Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir, Sumaera Utara, belum bisa dipastikan sebagai akibat pembuangan limbah pabrik yang mengalir ke sungai Sitoman di daerah tersebut.
"Penyebab matinya ikan dimaksud belum bisa dipastikan sebagai akibat buangan limbah pabrik tapioka PT. Hutahaean yang berlokasi dalam wilayah tersebut, karena masih dalam tahap penelitian lebih lanjut," ujar Kabid Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), Tua Pangaribuan.
Ia mengatakan, pihaknya telah melakukan pengujian sample air sebelum dan sesudah berdirinya pabrik tersebut dan dikirimkan ke laboratorium Dinas Kelautan Provsu, yang ternyata hasilnya memang menunjukkan sejumlah parameter yang berbeda.
"Tetapi kita belum bisa memastikan matinya ikan-ikan tersebut akibat pembuangan limbah pabrik yang mengalir ke sungai Sitoman yang ada di daerah tersebut," jelas Pangaribuan.
Sebab, menurutnya, ada tiga hal yang dapat mempengaruhi kesehatan ikan, yakni karena limbah, lingkungan kotor dan akibat penyakit.
Sebelumnya, warga Desa Ujung Tanduk, Gasaribu dan desa Pintubosi mengeluhkan ikan mas peliharaan mereka ditemukan mati mendadak, diduga akibat pencemaran yang terjadi di Sungai Sitioman, dan telah dilaporkan ke instansi terkait untuk ditindak lanjuti.
Selanjutnya, Dinas Lingkungan Hidup Tobasa melakukan kajian cepat dan menyurati PT Hutahaean supaya melakukan uji laboratorium pada air kolam atau sungai untuk dikirimkan ke PT Sucofindo Medan, menguji kualitas air yang kemungkinan menjadi penyebab matinya ikan tersebut.
General Manager Pabrik Tapioka PT Hutahaean, Ferry Syahflansein, didampingi HRD Dungdung Simanjuntak disaksikan Kapolsek Laguboti, Dan Ramil, Camat Laguboti serta masing-masing Kepala Desa dan Sekdes ketiga desa dimaksud telah menyerahkan bantuan sebagai ganti rugi bagi warga.
Dungdung Simanjuntak menjelaskan, begitu ada laporan warga, pihaknya langsung meresponnya, sebab menurutnya visi dan misi pabrik Tapioka PT.Hutahaean adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Perusahaan tidak berniat merugikan warga, bahkan berupaya meningkatkan kesejahteraan, terbukti dari kerja sama sistem plasma antara perusahaan dengan warga yang sudah mencapai sekitar 300 hektar tanaman singkong yang tenaga kerjanya hampir 90 persen warga Laguboti," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar