Bojonegoro. Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), Subekti mengatakan serangan hama wereng pada tanaman padi di wilayahnya seluas 5.000 hektare tidak memengaruhi ketersediaan pangan.
"Kami optimistis ketersediaan pangan tidak terganggu, sebab luas areal tanaman padi di Bojonegoro selama setahun bisa mencapai 110 ribu hektare," katanya, Senin (13/6).
Menurut dia, selama ini target luas tanaman padi di Bojonegoro, seluas 110 hektare selalu terlampaui, karena adanya areal tanaman padi di sepanjang Bengawan Solo dan tanah tegalan kawasan hutan yang dibuka masyarakat yang ikut menanam padi.
Dengan target seluas 110 ribu hektare itu, dan produksi rata-rata 6,5 ton gabah kering panen (GKP), menurut dia mampu mencukupi kebutuhan ketersediaan pangan bagi warga di Bojonegoro yang jumlahnya 1,3 juta jiwa, bahkan mungkin masih berlebih. "Dalam tahun ini masih ada dua kali tanam yaitu areal sawah di sepanjang Bengawan Solo dan musim hujan," katanya.
Namun, kata Subekti, mengantisipasi kemungkinan terjadinya serangan hama wereng, juga hama lainnya, para petani harus mengganti varietas tanaman padinya.
Ia mencontohkan di Desa Sumengko Kecamatan Kalitidu, para petani mengganti tanaman padi varietas Situbagendit dan Mikongga yang dikenal tahan wereng.
Selain itu, di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, juga ada varietas Inpari 13 yang tahan terhadap serangan hama wereng. "Pengertian tahan, bukan berarti hama wereng tidak bisa menyerang," ujar Subekti.
Ia meminta dalam musim tanam berikutnya, para petani melakukan tanam serentak untuk menghindari terjadinya serangan berbagai macam hama tanaman padi."Kami tetap optimis pada musim tanam berikutnya bisa berhasil," katanya.
Berdasarkan data di Dinas Pertanian Bojonegoro, serangan hama wereng di Bojonegoro, terjadi sejak Oktober 2010 lalu. Pada musim tanam (MT) I, luas areal tanaman padi yang diserang hama wereng mencapai 5.000 hektare tersebar di 11 kecamatan, antara lain, di Kecamatan Dander, Balen, Kapas, Trucuk, Ngambon, Baureno, Temayang dan Kepohbaru. (ant)
Menurut dia, selama ini target luas tanaman padi di Bojonegoro, seluas 110 hektare selalu terlampaui, karena adanya areal tanaman padi di sepanjang Bengawan Solo dan tanah tegalan kawasan hutan yang dibuka masyarakat yang ikut menanam padi.
Dengan target seluas 110 ribu hektare itu, dan produksi rata-rata 6,5 ton gabah kering panen (GKP), menurut dia mampu mencukupi kebutuhan ketersediaan pangan bagi warga di Bojonegoro yang jumlahnya 1,3 juta jiwa, bahkan mungkin masih berlebih. "Dalam tahun ini masih ada dua kali tanam yaitu areal sawah di sepanjang Bengawan Solo dan musim hujan," katanya.
Namun, kata Subekti, mengantisipasi kemungkinan terjadinya serangan hama wereng, juga hama lainnya, para petani harus mengganti varietas tanaman padinya.
Ia mencontohkan di Desa Sumengko Kecamatan Kalitidu, para petani mengganti tanaman padi varietas Situbagendit dan Mikongga yang dikenal tahan wereng.
Selain itu, di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, juga ada varietas Inpari 13 yang tahan terhadap serangan hama wereng. "Pengertian tahan, bukan berarti hama wereng tidak bisa menyerang," ujar Subekti.
Ia meminta dalam musim tanam berikutnya, para petani melakukan tanam serentak untuk menghindari terjadinya serangan berbagai macam hama tanaman padi."Kami tetap optimis pada musim tanam berikutnya bisa berhasil," katanya.
Berdasarkan data di Dinas Pertanian Bojonegoro, serangan hama wereng di Bojonegoro, terjadi sejak Oktober 2010 lalu. Pada musim tanam (MT) I, luas areal tanaman padi yang diserang hama wereng mencapai 5.000 hektare tersebar di 11 kecamatan, antara lain, di Kecamatan Dander, Balen, Kapas, Trucuk, Ngambon, Baureno, Temayang dan Kepohbaru. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar