Medan. Kabupaten Karo secara potensial dapat mengembangkan sekitar 680.000 ekor kambing mengingat luas tanaman jeruk di kabupaten itu mencapai 17.000 hektare dan merupakan milik perorangan dengan rata-rata pemilikan antara 0,5 hingga 5 hektare.
Namun demikian, usaha ternak yang baik didukung oleh tersedianya sumber pakan ternak yang berlimpah dengan jumlah dan kualitas yang tepat dan berkesinambungan. Salah satu jenis pakan ternak yang murah adalah hijauan pakan ternak (HPT) yang unggul.
HPT tersebut kata dia harus bersifat spesifik oleh sebab itu perlu diketahui jenisnya secara jelas. Dan, dari hasil pengujian terhadap 6 jenis HPT campuran di bawah tanaman jeruk yang sudah berproduksi di sentra produksi jeruk di Desa Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe menunjukkan tiga jenis rumput HPT unggul, yaitu Ruzi (Brachiaria ruziziensis), Steno (Stenotaphrum secundatum), dan Paspalum (Paspalum gueonarum). “Ketiga jenis rumput ini dapat dikembangkan di kebun jeruk sebagai sumber hijauan untuk ternak kambing,” katanya.
Secara keseluruhan hasil pengujian yang dilakukan selama 2 tahun (2009-2010) ini kata dia, menunjukkan produktivitas hijauan rumput introduksi mulai stabil sejak panen ke empat atau umur sekitar 6 bulan. Di mana hasil hijauan rata-rata berkisar antara 8,76 ton bahan kering (BK) sampai 15,4 ton BK per hektare per tahun atau 54,75 ton - 96,25 ton bahan segar per hektare per tahun.
Hasil hijauan ini cukup untuk menampung 56-97 ekor kambing dewasa per hektare. Dan, berdasarkan kepemilikan lahan jeruk 0,5 hektare per KK, skala usaha ternak kambing dapat mencapai 35 ekor per KK.
Dikatakan Siti, kandungan nutrisi hijauan rumput unggul seluruhnya cukup baik, seperti kandungan protein kasar (11,4 – 13,9 %) dan energi (3,12 – 3,23 Mkal/kg). “Dari ketiga jenis rumput introduksi, rumput steno memiliki kandungan nutrisi yang sedikit lebih baik dibandingkan lainnya. Ini ditunjukkan dengan tingginya kandungan protein kasar dan rendahnya serat kasar,” jelasnya.
Sementara mengenai komposisi botanis tanaman pakan ternak, Siti mengatakan, perkembangan komposisi botanis ditunjukkan oleh perkembangan gulma yang cenderung naik pada campuran rumput paspalum/legum atau steno/legum. Namun secara konsisten dapat ditekan oleh rumput ruzi.
Komponen rumput introduksi tetap mendominasi HPT campuran rumput/legum, dominasi terlihat jelas pada rumput ruzi yang berhasil menekan pertumbuhan gulma. Namun demikian, rumput ini begitu agresif sehingga menekan pertumbuhan legum. Karena itu rumput Ruzi sebaiknya ditanam secara monokultur sedangkan rumput Steno semakin menunjukkan toleransinya terhadap kondisi naungan sehingga cukup sesuai ditanam campur dengan legum arachis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar