Bondowoso. Peneliti kopi dari Pusat Penelitian (Puslit) Kopi dan Kakao Indonesia Surip Mawardi menyatakan bahwa produksi kopi arabika di Indonesia masih minim dibandingkan kopi robusta. "Produksi kopi arabika sekitar 70.000 ton per tahun, sedangkan kopi robusta mencapai 600.000 ton per tahun," tutur Surip di sela-sela acara ekspor perdana kopi arabika di Bondowoso, Jawa Timur, Jumat (10/6).
Menurut dia, lahan tanaman kopi arabika di Pulau Jawa sebagian besar tersebar di PTPN XII yang berada di Kabupaten Bondowoso dan Situbondo yakni Kebun Kalisat Jampit, Kebun Blawan, Kebun Pancur, dan Kebun Kayumas. "Banyak potensi lahan yang cukup bagus untuk ditanami kopi arabika, namun banyak petani yang belum paham untuk menanam kopi tersebut," tuturnya.
Untuk itu, Puslit Kopi dan Kakao Indonesia yang ada di Kabupaten Jember bekerja sama dengan sejumlah pihak seperti Bank Indonesia dan Pemkab Bondowoso untuk pengembangan klaster kopi arabika. "Lahan di lereng Gunung Raung yang berada di Kabupaten Bondowoso memiliki potensi bagus untuk pengembangan kopi arabika, namun sebagian besar lahan kopi berada di lahan Perum Perhutani," paparnya.
Surip mengemukakan kualitas kopi arabika di lahan kopi rakyat Desa Sukorejo, Kecamatan Sumberwringin, Bondowoso merupakan kategori kopi spesial yang disukai oleh konsumen di pasar internasional. "Puslit Kopi dan Kakao tidak hanya membina petani kopi di Pulau Jawa, namun petani yang kami bina juga ada di Flores dan Pulau Bali," katanya.
Dijelaskannya, ciri-ciri kualitas kopi spesial yakni berdasarkan cita rasa kopi yang berkualitas seperti tidak boleh ada cacat rasa dalam kopi, tidak ada bau jamur, tidak boleh kotor atau bau debu, dan harus punya karakter rasa yang enak seperti bau rempah-rempah. "Dari segi fisik, kopi yang berkualitas spesial harus bersih, tidak boleh berjamur, dan ukurannya harus seragam. Sebanyak 90 persen kopi arabika masuk dalam kategori spesial kopi yang biasa dikenal dengan "Java Coffee"," paparnya.
Ahli kopi dari Puslit Kopi dan Kakao Jember itu menuturkan bahwa harga ekspor kopi arabika terus membaik, saat ini harganya Rp48.800 per kg. "Peluang dan prospek kopi arabika di pasaran baik skala nasional maupun ekspor sangat menjanjikan, sehingga pengembangan produksi kopi arabika di sejumlah daerah harus didukung sepenuhnya," katanya, menambahkan.
Data di Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor kopi naik 27,9% dari US$ 113,2 juta menjadi US$ 282,2 juta pada kuartal I 2011 dibanding periode yang sama di 2010. "Sebagian besar tujuan ekspor kopi arabika ke Amerika Serikat seperti gerai kopi Starbucks, Eropa dan Jepang," ucap Surip.
Untuk itu, Puslit Kopi dan Kakao Indonesia yang ada di Kabupaten Jember bekerja sama dengan sejumlah pihak seperti Bank Indonesia dan Pemkab Bondowoso untuk pengembangan klaster kopi arabika. "Lahan di lereng Gunung Raung yang berada di Kabupaten Bondowoso memiliki potensi bagus untuk pengembangan kopi arabika, namun sebagian besar lahan kopi berada di lahan Perum Perhutani," paparnya.
Surip mengemukakan kualitas kopi arabika di lahan kopi rakyat Desa Sukorejo, Kecamatan Sumberwringin, Bondowoso merupakan kategori kopi spesial yang disukai oleh konsumen di pasar internasional. "Puslit Kopi dan Kakao tidak hanya membina petani kopi di Pulau Jawa, namun petani yang kami bina juga ada di Flores dan Pulau Bali," katanya.
Dijelaskannya, ciri-ciri kualitas kopi spesial yakni berdasarkan cita rasa kopi yang berkualitas seperti tidak boleh ada cacat rasa dalam kopi, tidak ada bau jamur, tidak boleh kotor atau bau debu, dan harus punya karakter rasa yang enak seperti bau rempah-rempah. "Dari segi fisik, kopi yang berkualitas spesial harus bersih, tidak boleh berjamur, dan ukurannya harus seragam. Sebanyak 90 persen kopi arabika masuk dalam kategori spesial kopi yang biasa dikenal dengan "Java Coffee"," paparnya.
Ahli kopi dari Puslit Kopi dan Kakao Jember itu menuturkan bahwa harga ekspor kopi arabika terus membaik, saat ini harganya Rp48.800 per kg. "Peluang dan prospek kopi arabika di pasaran baik skala nasional maupun ekspor sangat menjanjikan, sehingga pengembangan produksi kopi arabika di sejumlah daerah harus didukung sepenuhnya," katanya, menambahkan.
Data di Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor kopi naik 27,9% dari US$ 113,2 juta menjadi US$ 282,2 juta pada kuartal I 2011 dibanding periode yang sama di 2010. "Sebagian besar tujuan ekspor kopi arabika ke Amerika Serikat seperti gerai kopi Starbucks, Eropa dan Jepang," ucap Surip.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar