Panyabungan. Dengan modal berkisar Rp 7 juta hingga Rp 10 juta Ahmad Duroni Nasution, seorang petani tomat jenis permata di Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dapat meraup laba hingga jutaan rupiah dari hasil panen tomatnya apabila cuaca mendukung.
Roni –panggilan akrab Duroni-menjelaskan, tanaman tomat yang dikembangkannya di atas lahan 3.300 meter per seg. Dia bisa menanam sebanyak 4.000 batang. “Tanaman tomat saya saat ini sudah berumur 2, 5 bulan dan sudah panen. Dan, kami baru dua kali panen dengan hasil panen pertama sebanyak 413 kg dan panen kedua mencapai 914 kg,” katanya, Senin (13/6) ketika memeriksa tanaman tomat miliknya.Dan, saat ini kata Roni, harga jual tomat kepada pengumpul antara Rp 5.500 hingga Rp 6.000 per kg. sementara harga tomat di pasar sudah mencapai Rp 7.000 sampai Rp 8.000 per kg.
Dikatakannya, apabila cuaca tidak hujan, tanaman tomatnya bisa dipanen antara 20 sampai 30 kali. "Kami melihat cuaca kalau musim penghujan risiko serangan hama akan banyak mulai dari ulat, penggerek daun, batang, kutu dan hal ini membuat kami banyak mengeluarkan biaya untuk mengatasi serangan tersebut," jelas Roni.
Dijelaskannya, tomat permata dari Panah Merah lebih diminati masyarakat untuk konsumsi dapur daripada tomat jenis marta. Karena jenis marta lebih cocok untuk dibuat jus, untuk soto dan lainnya. "Kami lebih memilih tomat jenis permata dengan pangsa pasar untuk kebutuhan rumah tangga karena lebih diminati para ibu,” aku Roni.
Pantauan di Pasar Baru Panyabungan harga tomat dalam beberapa hari terakhir melonjak dari Rp 4.000 menjadi Rp 7.000 – Rp 8.000 per kg, dan pedagang tidak mengetahui secara jelas kanaikan harga tersebut. "Kita tidak tahu persis kenapa harga tomat melonjak, padahal pasokan tidak kurang," ujar Nur Br Nasution seorang pedagang sayur mayur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar