PADANG. Ulat bulu dengan diameter seukuran kelingking orang dewasa, Minggu (26/6/2011), merambati dinding tiga rumah dan sekolah di kawasan Kubu Dalam, Kelurahan Parak Karakah, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang, Sumatera Barat. Sejumlah warga mengatakan bahwa serangan ulat bulu itu sudah terjadi sejak empat hari terakhir dan belum kunjung berhenti.
Tiga rumah itu masing-masing ditempati Masni (51) berikut dua anggota keluarganya, Nurima (75) beserta lima anggota keluarga, serta Ani (54) dan tujuh anggota keluarganya. Selain rumah warga, ulat bulu juga mulai menyerang Sekolah Dasar Negeri 35 yang letaknya berseberangan.
Ulat-ulat bulu itu tampak merayapi dinding tembok dengan leluasa. Beberapa di antaranya bahkan bisa dengan tiba-tiba merayapi bagian tubuh orang, ini terbukti dengan sejumlah anak kecil yang merasakan dampak gatal-gatal.
Salah seorang warga, Defrizal (31), mengatakan, sejak empat hari lalu ulat bulu diketahui menyerang kawasan itu. "Tetapi yang parah terjadi dalam dua hari terakhir," katanya.
Ia menambahkan, serangan ulat bulu dalam jumlah banyak tersebut merupakan yang pertama kali terjadi sejak puluhan tahun terakhir. Defrizal mengatakan, ulat bulu dalam jumlah agak banyak sempat terlihat di kawasan itu sekitar dua bulan lalu.
Masni, warga yang lain, menuturkan, ulat-ulat bulu yang sempat masuk ke rumah warga itu pernah diberantas dengan racun semprot dan dibakar. "Sudah tiga kali dibakar dan disemprot oleh petugas dari kelurahan, tetapi tetap saja ulat bulu itu masih ada," ujarnya.
Metrizal (36), penjaga SDN 35, mengatakan, ulat-ulat bulu mulai memasuki ruang-ruang kelas pada Sabtu lalu. "Untungnya ulat-ulat bulu tersebut masuk setelah kegiatan bagi rapor selesai, setelah itu kan masuk musim liburan," katanya.
Serangan ulat bulu berasal dari lahan kosong yang ditumbuhi semak dan aneka pepohonan seperti mangga, durian, dan kwini. Lahan kosong yang mulai ada sejak dua tahun lalu tersebut memisahkan rumah-rumah warga dan bangunan belakang sekolah.
Dosen Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang, Dr Yaherwandi, pada hari yang sama mengatakan bahwa ledakan populasi ulat bulu itu akan berhenti pada siklusnya. "Mungkin dikurangi saja dengan cara disemprot," ujarnya.
Menurutnya, upaya menghentikan serangan ulat bulu tidak bisa dilakukan dengan cara menebang pepohonan yang ada. "Karena dengan begitu, ulat-ulat akan masuk ke rumah-rumah karena mencari tempat yang teduh pada siang hari," ujar Yaherwandi.
Ia menambahkan, serangan ulat bulu terjadi menyusul perubahan alam akibat keadaan cuaca yang tidak menentu. "Semestinya hujan malah panas, dan sebaliknya," tutur Yaherwandi.
Perubahan alam itu lantas menyebabkan terjadinya perubahan sistem reproduksi. Menurut Yaherwandi, hal itu masih ditambah dengan berkurangnya sejumlah predator alami seperti burung dan semut.Disemprotkan Cairan Cembunuh Ulat, Sempat Pingsan, Lalu Jalan Lagi
Rumah warga di RT 1 RW 8 Kubu Dalam, Kelurahan Parak Karakah, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang, Sumatera Barat, Minggu (26/6/2011), diserang ulat bulu. Setidaknya tiga rumah di kawasan itu dirambati ulat bulu berwarna coklat dengan setrip hitam, putih, dan jingga.
Selain itu, bangunan SD Negeri 35 yang berada di depan rumah-rumah warga tersebut juga dirambati ulat bulu pada bagian dindingnya. Rumah-rumah warga dan sekolah itu dipisahkan sebuah lahan kosong yang ditumbuhi semak belukar dan sejumlah pohon seperti pohon mangga, kuini, durian, dan rambutan.
Sejumlah warga mengatakan serangan ulat bulu terjadi mulai empat hari lalu. Sejumlah petugas juga telah menyemprotkan cairan pembunuh ulat, tetapi tidak ada hasilnya.
"Ulat bulu hanya terlihat agak semaput sebentar, setelah itu berjalan lagi," kata Masni (51), salah seorang warga. Upaya pembakaran semak-semak juga belum membuahkan hasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar