Bengkulu. Komoditas kelapa sawit sampai saat ini tetap menjadi andalan petani di Propinsi Bengkulu, meskipun harganya berfluktuasi namun petani berupaya memperluas areal tanaman.
Hal itu terbukti lahan tidur milik masyarakat dan bahkan areal persawahan dialihfungsikan menjadi kebun kelapa sawit, kata Ketua Persatuan Perkebunan Bengkulu Ir Holman Situmpul, Selasa (6/9).Ia mengatakan, sebelum komoditas kelapa sawit menjadi andalan petani Bengkulu, warga memilih tanaman karet, kopi dan coklat, namun sejak sepuluh tahun silam kelapa sawit menjadi andalan utama setelah karet.
Petani Bengkulu mulai cerdik dalam menghitung keuntungan, dengan menanam komoditas lain karena tanaman kelapa sawit bisa menghasilkan dua kali dalam sebulan dan tergantung pemeliharaan dan pemupukan.
Sedangkan harganya hingga saat ini tetap berpluktuasi dan tergantung pasaran minyak kelapa sawit dunia dan terakhir harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit ditingkat petani berkisar antara Rp1.250 hingga Rp1.300 per kilogram.
Awalnya petani kelapa sawit masih didominasi plasma perkebunan besar, namun akhir-akhir ini berkembang menjadi kebun pribadi dan justru lebih luas dari areal tanaman kebun perusahaan besar.
Ia menjelaskan, keuntungan menanam kelapa sawit setiap hetare bisa menghasilkan buah segar berkisar tiga hingga lima ton dan dua kali panen, bila dijual dengan harga Rp1.300 per kilogram, petani menghasilkan Rp6 juta per bulan.
Kalau menanam padi sawah tadah hujan setiap panen paling tinggi menghasilkan gabah kering panen dua ton, dengan harga Rp3.000 atau mendapatkan uang Rp900 ribu pertiga bulan.
Dengan perhitungan tersebut, maka petani lebih memilih menanam kelapa sawit meskipun lahannya hanya satu hektare, bila dibandingkan menanam padi sawah tadah hujan, ujarnya.
Kepala Dinas Perkebunan Propinsi Bengkulu Ir Riky Gunarwan mengatakan, komoditas kayu manis sebagian besar dihasilkan petani di Kabupaten Lebong, Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Mukomuko.
Luas areal perkebunan pinang di Propinsi Bengkulu mencapai 1.514 hektare dengan produksi mencapai 789.74 ton per tahun dan daerah sentra perkebunan pinang antara lain Kabupaten Bengkulu Utara dengan luas 355 hektare, Seluma 446 hektare dan Kaur 168 hektare.
Sedangkan tanaman kayu manis luas seluruhnya tercatat 1.105 hektare dengan produksi sekitar 678,51 ton kulit kering per tahun, dengan jumlah petani sebanyak 2.019 kepala keluarga (KK).
Luas perkebunan sawit rakyat dan perkebunan besar di daerah ini mencapai 212.727 hektare dengan produksi 2,3 juta ton TBS per tahun. Sentra perkebunan sawit di Bengkulu, terdapat di Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, Kota Bengkulu, Seluma, Kaur dan Kabupaten Mukomuko.
Seorang petani kelapa sawit di Bengkulu Utara Sudirman mengatakan, sejak akhir bulan lalu mereka bergairah merawat tanamannya karena harga pada tingkat pedagang pengumpul naik menjadi Rp1.300 dari sebelumnya bertahan Rp1.000 per kilogram.
"Perasaan putus asa kami dalam memelihara tanaman kelapa sawit kembali segar setelah harga naik pekan ini dan mudah-mudahan terus berlanjut," katanya.
Pedagang pengumpul membeli buah kelapa sawit petani sebelumnya bertahan rendah, dengan alasan harga pada tingkat pabrik juga turun, sedangkan produksi buah kelapa sawit petani sedang panen raya.
"Bila harga terus bertahan Rp1.000 petani akan kesulitan memelihara kebun sawitnya dan berdampak terhadap produksi ke depan, terlebih kelapa sawit tanaman tua sangat membutuhkan pupuk," ujarnya.
Idealnya harga buah kelapa sawit pada tingkat petani berkisar antara Rp1.400 sampai Rp1.450 per kilogram, dengan harga itu sudah bisa mengimbangi pengeluaran perawatan dan pemupukan. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar