Medan. Tingginya harga gabah di tingkat petani atau selalu di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yakni Rp 4.300/kg, membuat Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Sumut belum bisa melakukan pembelian gabah petani untuk pengadaan Bulog.
Dari survei harga produsen gabah selama Agustus 2011 pada 13 kabupaten terhadap 73 observasi di tingkat petani, diperoleh harga tertinggi senilai Rp4.300 per kg berasal dari gabah kualitas GKP varietas Ciherang di Kabupaten Langkat. Sedangkan harga terendah senilai Rp2.750 per kg berasal dari gabah kualitas GKG varietas Batubara di Kabupaten Mandailing Natal (Madina).Kemudian di tingkat penggilingan, harga tertinggi senilai Rp4.350 per kg juga berasal dari gabah kualitas GKP varietas Ciherang di Kabupaten Langkat. Dan harga terendah senilai Rp2.800 per kg berasal dari gabah kualitas GKG varietas Batubara di Madina.
Kepala Seksi Humas Perum Bulog Divre Sumut, Rusli, mengatakan sampai sekarang pihaknya belum bisa melakukan pengadaan lokal seperti yang ditargetkan pada awal tahun sebanyak 20.000 ton karena masih tingginya harga gabah.
"Harga gabah sangat jarang dibawah harga pembelian pemerintah (HPP). Kalaupun ada, kualitasnya tidak sesuai dengan ketentuan," katanya di Medan kepada wartawan, Selasa (6/9).
Dikatakannya, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah pada HPP, gabah akan dibeli jika gabah berada pada harga Rp2.640 per kg. Jika berada di bawah HPP, seringkali kualitasnya tidak sesuai dengan standar dan kondisi ini sudah terjadi sejak 2005. Untuk itu, katanya, Bulog memenuhi pasokan beras dari luar propinsi seperti dari Jawa Timur. Pasokan beras dari Pulau Jawa tersebut menjadi stok yang akan didistribusikan kepada masyarakat khususnya untuk program beras rakyat miskin (raskin). "Pengadaan dalam negeri sering dilakukan antarpulau karena tidak bisa langsung dari Sumut atau pengadaan lokal," ucapnya.
Wakil Ketua DPP Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Sumut Bilter A Sirait mengatakan, sebenarnya Bulog bisa langsung melakukan pembelian gabah apabila benar-benar turun langsung ke lapangan terutama saat harga rendah.
"Yang terpenting kalau harga rendah, Bulog benar-benar membeli gabah milik petani. Tidak penting berapa banyak yang ditargetkan," ucapnya.
Diakuinya, saat ini harga gabah ditingkat petani cukup tinggi dibandingkan HPP. Namun demikian bukan berarti Bulog tidak turun ke lapangan memantau perkembangan harga. Sebab dengan turun ke lapangan Bulog bisa langsung melakukan pembelian saat harga anjlok. "Kadang-kadang saat harga rendah mereka tidak turun ke lapangan. Petani terpaksa menjualnya ke tengkulak meski rugi," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar