Medan. Tenaga penyuluh pertanian di Sumatera Utara (Sumut) masih sangat minim dan belum sesuai dengan kebutuhan. Akibatnya, setiap tenaga penyuluh harus bertugas di dua atau tiga desa, padahal idealnya satu tenaga penyuluh bertugas untuk satu desa.
Demikian dikatakan Kepala Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Bakorlu) Sumut, Pulung Hutabarat, melalui Kepala Bidang SMD Penyuluhan, Erpison Moeis, akhir pekan lalu.
Disebutkannya, saat ini jumlah tenaga penyuluh pertanian baru sebanyak 2.987 orang terdiri dari 1.143 Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 1.844 orang Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu (THLTB). "Ini masih kekurangan sekitar 2.493 orang bila dibandingkan jumlah desa sebanyak 5.434 desa se Sumut," ujarnya.
Menurutnya, dengan kondisi jumlah tenaga penyuluh yang dimiliki, maka satu orang tenaga penyuluh harus bertanggung jawab atas 2 atau 3 desa. Kekurangan ini dikhawatirkan berdampak terhadap peningkatan produksi hasil-hasil pertanian khususnya tanaman pangan.
"Kekurangan tenaga penyuluh ini terjadi hampir di semua daerah di Indonesia. Namun, penambahan tenaga yang menjadi pendamping petani ini memang sangat dibutuhkan tapi tetap menghandalkan yang ada," ucapnya.
Petani, kata dia, butuh penyuluh pertanian guna memberi pengawasan dan latihan untuk meningkatkan produktivitas tanamannya. Apalagi dengan perubahan iklim yang terjadi saat ini, penyuluh sangat diperlukan sekali keberadaannya di lapangan.
Untuk itu, tambahnya, pihaknya terus melakukan peningkatan kinerja penyuluh berupa pemantapan latihan, kunjungan, supervisi dan evaluasi (Lakususi). "Jadi, kalau ada perubahan iklim yang berdampak pada serangan hama dan penyakit dapat diatasi dengan cepat. Langkah-langkah yang dilakukan penyuluh di lapangan sesuai dengan kemampuannya. Tapi, jika terjadi hal yang sangat mengkhawatirkan dapat dilaporkan ke lembaga-lembaga berwenang sehingga antisipasi dapat segera dilakukan," tuturnya.
Selain itu, Bakorlu tetap mempersiapkan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) pada seluruh penyuluh pertanian di Sumut, khususnya dalam menguasai teknologi perubahan iklim atau anomali agar dapat mengatur pola tanam lebih baik sehingga produksi tidak terganggu.
Dikatakannya, langkah-langkah penyuluhan pada pencapaian target produksi padi tahun 2011 yakni menyediakan breakdown target tanam dan panen perbulan disetiap kabupaten/kota sebagai instrument monitoring ditingkat propinsi. Selanjutnya juga melaksanakan Pos Simpul Koordinasi penyuluhan 1x1 bulan pada minggu ke dua yang dihadiri seluruh institusi penyelenggara penyuluhan kabupaten/kota.
"Langkah-langkah ini sudah kita koordinasi keseluruh kabupaten/kota agar dapat meningkatkan peran dan fungsi penyuluh pertanian," jelasnya.
Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Sumut, Tatty Habib menambahkan, keberadaan tenaga penyuluh pertanian sangat diharapkan petani apalagi saat terjadinya perubahan iklim. Sebab, petani harus diberitahukan masa tanam yang sesuai dengan iklim sehingga tidak menganggu target produksi.
"Pemerintah kurang perhatian terhadap petani. Karena tidak semuanya petani itu pintar. Karena itu harus didampingi terus sehingga target swasembada pangan bisa tercapai," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar