Hal ini disampaikan oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu saat ditemui di Istana Presiden, Jakarta, Rabu (31/8). "Harga jinak karena stok cukup. Semua pihak tahun ini berkoordinasi dengan baik," jelas Mari.
Mari mengatakan, jika ada pergerakan harga yang naik saat Lebaran ini karena memang pemasok bahan pangan sedang libur Lebaran, dan transportasi belum lancar. "Tapi untuk bahan pokok yang segar biasanya H+1 dan H+2 sudah balik kok," kata Mari.
"Jadi tentunya cuaca jauh lebih bersahabat tahun ini dibandingkan tahun lalu," tukas Mari.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia, Dadi Sudiana mengatakan dua hari sebelum Lebaran, harga sayur mayur seperti cabai mengalami kenaikan harga secara drastis. Permintaan yang tinggi untuk kebutuhan bumbu masakan Lebaran menjadi penyebabnya.
Jika dihitung, kenaikan harga mencapai hampir 70%. Namun Dadi meyakini sesuai hukum permintaan, harga cabai dengan sendirinya akan turun karena faktor berkurangnya permintaan sesudah Lebaran. "Tetapi nanti selanjutnya pembeli sudah pada pulang, tidak akan terjadi lonjakan lagi," jelasnya.
Jauh-jauh hari pemerintah sudah mewaspadai puncak lonjakan harga pangan terjadi pada H-3 Lebaran. Kenaikan harga pangan ini terjadi karena aktivitas banyak pedagang di pasar berhenti setelah H-3 Lebaran di antaranya karena aktivitas mudik atau pulang kampung.
Ketua Umum Pusat Informasi Pasar (Pinsar) Unggas, Hartono juga mengatakan, harga telur dan daging ayam dipastikan akan terus mengalami kenaikan pasca Lebaran. Pasokan yang kurang menjadi penyebab kenaikan tersebut.
Hartono mengatakan kenaikan itu karena disebabkan oleh suplai telur dan ayam yang turun 10% hingga 20% pasca Lebaran di beberapa wilayah. Sementara diperkirakan permintaan turun hanya maksimal 10%. (dtf)
Mari mengatakan, jika ada pergerakan harga yang naik saat Lebaran ini karena memang pemasok bahan pangan sedang libur Lebaran, dan transportasi belum lancar. "Tapi untuk bahan pokok yang segar biasanya H+1 dan H+2 sudah balik kok," kata Mari.
"Jadi tentunya cuaca jauh lebih bersahabat tahun ini dibandingkan tahun lalu," tukas Mari.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia, Dadi Sudiana mengatakan dua hari sebelum Lebaran, harga sayur mayur seperti cabai mengalami kenaikan harga secara drastis. Permintaan yang tinggi untuk kebutuhan bumbu masakan Lebaran menjadi penyebabnya.
Jika dihitung, kenaikan harga mencapai hampir 70%. Namun Dadi meyakini sesuai hukum permintaan, harga cabai dengan sendirinya akan turun karena faktor berkurangnya permintaan sesudah Lebaran. "Tetapi nanti selanjutnya pembeli sudah pada pulang, tidak akan terjadi lonjakan lagi," jelasnya.
Jauh-jauh hari pemerintah sudah mewaspadai puncak lonjakan harga pangan terjadi pada H-3 Lebaran. Kenaikan harga pangan ini terjadi karena aktivitas banyak pedagang di pasar berhenti setelah H-3 Lebaran di antaranya karena aktivitas mudik atau pulang kampung.
Ketua Umum Pusat Informasi Pasar (Pinsar) Unggas, Hartono juga mengatakan, harga telur dan daging ayam dipastikan akan terus mengalami kenaikan pasca Lebaran. Pasokan yang kurang menjadi penyebab kenaikan tersebut.
Hartono mengatakan kenaikan itu karena disebabkan oleh suplai telur dan ayam yang turun 10% hingga 20% pasca Lebaran di beberapa wilayah. Sementara diperkirakan permintaan turun hanya maksimal 10%. (dtf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar