Ketua PERPADI, Nellys Soekidi, di Jakarta, Selasa (13/9), menegaskan bahwa intensifikasi tersebut butuh kebijakan yang tepat serta konsisten dan berjangka panjang.
"Saat ini tidak ada yang peduli dengan alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan atau mall-mall, sementara nilai konsumsi beras terus bertambah seiring meningkatnya populasi warga Indonesia. Hal itu sangat bahaya bagi produksi maupun persediaan beras Indonesia," kata Nellys.
Selama ini, Indonesia terbantu dengan beras impor untuk memenuhi kurangnya persediaan beras dalam negeri, tapi seandainya negara pengekspor beras menghentikan kegiatan ekspornya, maka akan sangat bahaya bagi pangan nasional, ujar dia.
Menurut Nellys, beras impor yang sudah masuk ke Indonesia melalui Bulog sebanyak 500 ton dari Vietnam. "Harga modal beras impor asal Vietnam yang kualitasnya setara dengan IR2 asal Indonesia yaitu Rp5.700 per kilogram, sedangkan IR2 sendiri harganya Rp7.000," tambah Nellys.
Selain itu, menurut dia, pembukaan lahan baru perlu dilakukan untuk menambah produksi beras yang kurang, selain riset mengenai karakteristik tanah juga dibutuhkan untuk menghasilkan padi yang berkualitas dan tidak boleh sembarangan.
"Karakteristik tanah berbeda-beda, lahan irigasi strategis saja setahun sekali bisa tiga kali panen, lahan tadah hujan bisa dua kali panen, dan pemerintah harus bisa memaksimalkan potensi peneliti yang ada guna menghasilkan beras lebih banyak," ungkapnya.
Nellys mengatakan jika Indonesia tidak mempersiapkan diri untuk mulai memperbaiki pertanian padinya, maka kekurangan persediaan beras dalam negeri dikhawatirkan bisa sangat memburuk.
Persediaan Akhir Tahun
Sementara itu, menanggapi kebijakan pemerintah yang kembali melakukan impor beras, Nellys Soekidi menyatakan jika impor beras yang dilakukan Bulog saat ini untuk persediaan bulan Oktober, November, Desember dan Januari 2012. "Impor itu untuk mewaspadai persediaan dan peningkatan harga beras pada akhir tahun karena terjadinya kemarau dan hama wereng yang mempengaruhi produksi padi dalam negeri. Persediaan itu memang dibutuhkan sehingga pemerintah bisa melakukan intervensi pasar dengan menggelar operasi pasar bila harga beras meninggi," tutur Nellys.
Selain itu ada beberapa program yang dapat turut andil mengendalikan harga beras di pasaran seperti program "BUMN Peduli" dan mempercepat turunnya beras untuk rakyat miskin (raskin) sehingga tingkat pembelian beras grosir dari masyarakat menurun yang juga dapat menurunkan harga pasar.
Menurut PERPADI sejumlah wilayah di Jawa telah mengalami gagal panen seperti Jawa Timur, dan sekarang mulai merembet ke Jawa Tengah. "Gagal panen yang dialami sejumlah wilayah dikarenakan hama wereng dan terutama musim kemarau karena iklim yang tidak jelas," ungkap Nellys. (ant)
"Saat ini tidak ada yang peduli dengan alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan atau mall-mall, sementara nilai konsumsi beras terus bertambah seiring meningkatnya populasi warga Indonesia. Hal itu sangat bahaya bagi produksi maupun persediaan beras Indonesia," kata Nellys.
Selama ini, Indonesia terbantu dengan beras impor untuk memenuhi kurangnya persediaan beras dalam negeri, tapi seandainya negara pengekspor beras menghentikan kegiatan ekspornya, maka akan sangat bahaya bagi pangan nasional, ujar dia.
Menurut Nellys, beras impor yang sudah masuk ke Indonesia melalui Bulog sebanyak 500 ton dari Vietnam. "Harga modal beras impor asal Vietnam yang kualitasnya setara dengan IR2 asal Indonesia yaitu Rp5.700 per kilogram, sedangkan IR2 sendiri harganya Rp7.000," tambah Nellys.
Selain itu, menurut dia, pembukaan lahan baru perlu dilakukan untuk menambah produksi beras yang kurang, selain riset mengenai karakteristik tanah juga dibutuhkan untuk menghasilkan padi yang berkualitas dan tidak boleh sembarangan.
"Karakteristik tanah berbeda-beda, lahan irigasi strategis saja setahun sekali bisa tiga kali panen, lahan tadah hujan bisa dua kali panen, dan pemerintah harus bisa memaksimalkan potensi peneliti yang ada guna menghasilkan beras lebih banyak," ungkapnya.
Nellys mengatakan jika Indonesia tidak mempersiapkan diri untuk mulai memperbaiki pertanian padinya, maka kekurangan persediaan beras dalam negeri dikhawatirkan bisa sangat memburuk.
Persediaan Akhir Tahun
Sementara itu, menanggapi kebijakan pemerintah yang kembali melakukan impor beras, Nellys Soekidi menyatakan jika impor beras yang dilakukan Bulog saat ini untuk persediaan bulan Oktober, November, Desember dan Januari 2012. "Impor itu untuk mewaspadai persediaan dan peningkatan harga beras pada akhir tahun karena terjadinya kemarau dan hama wereng yang mempengaruhi produksi padi dalam negeri. Persediaan itu memang dibutuhkan sehingga pemerintah bisa melakukan intervensi pasar dengan menggelar operasi pasar bila harga beras meninggi," tutur Nellys.
Selain itu ada beberapa program yang dapat turut andil mengendalikan harga beras di pasaran seperti program "BUMN Peduli" dan mempercepat turunnya beras untuk rakyat miskin (raskin) sehingga tingkat pembelian beras grosir dari masyarakat menurun yang juga dapat menurunkan harga pasar.
Menurut PERPADI sejumlah wilayah di Jawa telah mengalami gagal panen seperti Jawa Timur, dan sekarang mulai merembet ke Jawa Tengah. "Gagal panen yang dialami sejumlah wilayah dikarenakan hama wereng dan terutama musim kemarau karena iklim yang tidak jelas," ungkap Nellys. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar