Jakarta. Penyelamatan lingkungan dan hutan akhir-akhir ini semakin gencar dikampanyekan mulai dari tingkat lokal, nasional hingga global karena pengaruh perubahan iklim yang kian dirasakan.
Bahkan, Hari Lingkungan Hidup yang diperingati setiap 5 Juni kali ini tema yang ditetapkan United Nations Environment Programme (UNEP) adalah Forest: Nature At Your Service yang disesuaikan dengan konteks Indonesia menjadi Hutan Penyangga Kehidupan.
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono membuka Pekan Lingkungan Indonesia 2011 yang gelar dalam rangka Hari Lingkungan Hidup yang berlangsung sejak Rabu, 1 Juni hingga Minggu 5 Juni di Parkir Timur Senayan Jakarta.
Menko Kesra Agung Laksono mengatakan, Indonesia sebagai negara yang mempunyai hutan terbesar ketiga di dunia harus lebih serius memperhatikan kondisi hutan yang dimilikinya.
"Kerusakan-kerusakan hutan akibat ilegal logging, kebakaran hutan atau pengalihan lahan memperparah kondisi lingkungan hidup dan menambah daftar bencana yang terjadi di tanah air kita," katanya.
Hutan sebagai sumber penyedia keanekaragaman hayati tertinggi tidak hanya menyimpan sumber daya alam berupa kayu, tetapi juga berfungsi dan mempunyai peranan penting dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global.
Hutan memiliki lebih dari 5.000 jenis produk, mulai dari minyak yang diolah dari daun yang digunakan sebagai obat-obatan herbal, bahan bakar, pangan, furnitur dan pakaian, mencegah erosi tanah dan membantu mengatur iklim, menyediakan air bersih, serta penting untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan rakyat diseluruh dunia.
Berdasarkan hasil pengukuran taksonomi pada 2007, keragaman spesies tumbuhan tinggi Indonesia yang telah terekam dan dipertelakan/diteliti hingga saat ini adalah 31.746 spesies.
Dalam hal keanekaragaman spesies, jumlah spesies tumbuhan di Indonesia termasuk dalam lima besar dunia, dan 55 persen diantaranya merupakan tumbuhan endemik.
"Mempertahankan kekayaan keanekaragaman hayati hutan akan membantu kita untuk menghadapi krisis iklim, mengurangi kemiskinan, mendukung kesehatan manusia, dan mewariskan dengan keindahan hutan seperti yang masih kita nikmati hari ini kepada anak dan cucu kita," katanya.
Membangun kesadaran masyarakat untuk lebih mencintai lingkungan dan melindungi hutan adalah sebuah tantangan. Guna menjawab tantangan itu dikatakan Agung, perlu dibuat program-program cinta lingkungan yang melibatkan partisipasi masyarakat.
Kerusakan Hutan
Data Kementerian Kehutanan pada 2008 menyebutkan bahwa luas hutan Indonesia mencapai 120,35 juta hektare namun setiap tahunnya jumlahnya terus berkurang.
Apabila laju deforestasi mampu dikurangi sampai 2020 dan mampu mengembalikan 15 persen dari hutan yang terdegradasi, serta mengelola semua hutan lestari, dan meningkatkan cakupan kawasan lindung menjadi 17 persen, maka Indonesia tidak hanya berperan dalam mencapai target global tetapi juga sekaligus melestarikan hutan.
Sementara itu Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta menambahkan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengentaskan masyarakat dari garis kemiskinan, khususnya masyarakat sekitar hutan perlu lebih ditingkatkan.
Gusti mengatakan, Kementerian Lingkungan Hidup memiliki program dalam melindungi dan meningkatkan peranan lingkungan,terutama menghadapi dampak perubahan iklim.
Dikatakannya, pemerintah mempunyai kebijakan menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 26 persen pada 2020 serta berbagai kebijakan menurunkan kerusakan hutan.
"Seluas 1,6 juta hektare hutan Indonesia berkurang setiap tahunnya, sedangkan kemampuan menanam hanya setengahnya, namun saat ini dengan program yang dilakukan bersama kemampuan penanaman 1,06 juta hektare," katanya.
Dikatakan Gusti, kerusakan lingkungan yang terjadi semua karena ulah manusia, dari berbagai kegiatan dan teknologi yang digunakan sehari-hari.
Bahkan Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Bambang Sudibyo mengatakan lingkungan menjadi isu sentral dalam Al Quran, karena isu itu dibahas dalam beberapa surat.
"Isu lingkungan sangat sentral dalam Al Quran dalam beberapa suratnya terdapat ayat-ayat yang membahas lingkungan," katanya.
Inpres Moratorium Hutan
Keseriusan pemerintah dalam perlindungan hutan salah satunya adalah melalui moratorium hutan dengan mengatur penggunaan hutan primer dan lahan gambut terutama untuk mengurangi emisi.
Inpres moratorium sendiri sudah ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Kamis (19/5). Inpres tersebut merupakan penjabaran dari Letter of Intent (LoI) antara Indonesia dengan Norwegia atau disebut Kesepakatan Oslo.
Kesepakatan Oslo merupakan kerja sama konservasi kehutanan untuk mengurangi emisi karbon senilai satu miliar dolar AS antara Pemerintah Indonesia dan Norwegia yang ditandatangani pada 26 Mei 2010 di Oslo, Norwegia.
Saat ini berbagai program sudah dilakukan pemerintah di antaranya penanaman pohon yang sudah mencapai 1,3 miliar pohon, program One Man One Tree dan program perempuan menanam.
"Mari mengubah pola pikir kita untuk berusaha menanam pada setiap kesempatan meskipun hanya sebutir biji pohon dan harus berpikir seribu kali untuk menebang pohon. Dengan menanam pohon kita dapat mewariskan kepada anak cucu kita berupa lingkungan hidup yang lebih baik," ujar Agung Laksono.
Kementerian Lingkungan Hidup juga menggandeng Kementerian Pendidikan Nasional untuk memasukkan materi lingkungan hidup dalam kurikulum di semua jenjang pendidikan agar melahirkan kesadaran generasi muda untuk mencintai lingkungan.
Program lain yang dicanangkan pemerintah adalah membuat prasasti Taman Keanekaragaman Hayati untuk Propinsi Jawa Barat, Provinsi Sulawesi Utara dan Jawa Timur.
Taman Keanekaragaman Hayati merupakan wujud komitmen Pemerintah Daerah dalam pelestarian keanekaragaman hayati, khususnya sumber daya genetik lokal dan endemik.
Sementara Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan juga mengajak ikut mensukseskan program Adopsi Pohon untuk merehabilitasi dan restorasi lahan kritis di kawasan konservasi khususnya di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Komitmen Untuk Lingkungan
Perlindungan dan perbaikan lingkungan hidup terus dilakukan tanpa mengenal batas usia, seperti komitmen mantan Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar yang terus memperjuangkan perbaikan lingkungan diusianya yang ke-70 tahun.
"Insya Allah saya akan terus berjuang, tidak ada istilah pensiun atau berhenti," kata Rachmat pada perayaan ulang tahunnya ke-70 yang digelar di Jakarta, Jumat (3/6) malam.
Pada hajatan ulang tahun itu juga sekaligus diluncurkan buku "Rachmat Witoelar dan Perubahan Iklim".
Melalui buku tersebut, pesan yang ingin disampaikan adalah masalah lingkungan hidup dalam hal ini perubahan iklim perlu menjadi kepedulian masyarakat sebab tidak bisa hanya diatasi oleh pemerintah maupun lembaga tertentu.
Di balik perubahan iklim dan lingkungan juga rusak karena masyarakat, karena itu melalui buku tersebut ia mengajak masyarakat untuk membayar kembali apa yang dinikmati dari lingkungan hidup.
"Kita ini hidup dari lingkungan, hutan yang baik, air yang jernih. Manusia yang merusaknya maka kita harus mengembalikan dan itu akan menjadi panggilan hidup saya," tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar