Tampilkan postingan dengan label genetika pertanian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label genetika pertanian. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 16 Februari 2013

Genetika Berpotensi Memakmurkan Bangsa

Bogor. Guru Besar Fakultas Institut Pertanian Bogor Prof Hadi S Alikodra mengemukakan bahwa potensi nilai-nilai genetika di Indonesia berpeluang besar bagi upaya mencapai kemakmuran bangsa.
"Karena itu, salah satu potensi penting yang perlu segera mendapatkan perhatian adalah potensi genetika," katanya melalui Kantor Humas IPB di Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/2).

Dalam acara diskusi bulanan bertema "Keanekaragaman Hayati Bagi Ketahanan Nasional Bangsa Indonesia" dalam rangka Ulang Tahun Emas 50 tahun Fakultas Kehutanan IPB, ia menjelaskan dalam amanatnya ia sampai pada kesimpulan bahwa bangsa ini mempunyai potensi kuat menjadi bangsa besar dan kokoh.

"Tentunya, jika konsekuen mampu menjadikan kekuatan utama keanekaragaman hayati bagi pembangunan nasional," kata Guru Besar Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fahutan IPB itu.

Pada diskusi yang dimoderatori Haryanto R Putro, dan menghadirkan pembahas Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI Prof Dedy Darnaedi dan Asisten Deputi Urusan Keanekargaman Hayati dan Pengendalian Kerusakan Lahan Deputi III Kementerian Lingkungan Hidup Atung Dedi Radiansyah, ia mengemukakan dalam rangka mengamankan keanekaragam hayati yang dimilikinya, pemerintah sudah menerbitkan berbagai undang-undang tentang keanekaragaman hayati.

"Undang-undang tersebut berperan penting bagi implementasi kebijakan konservasi keanekaragaman hayati nasional, dan bagi peran pemerintah Indonesia dalam forum internasional," katanya.

Untuk itu, menurut Hadi, keanekaragaman hayati Indonesia merupakan aset nasional yang perlu dimanfaatkan dan dilindungi."Keanekaragaman hayati wajib terus dijaga keberadaannya, termasuk dengan semakin maraknya upaya pihak asing untuk mengambil manfaatnya secara ilegal bagi kesehatan atau pun ilmu pengetahuan," katanya. (ant)

Selasa, 19 April 2011

Berita Pertanian : Produk Rekayasa Genetika Harus Aman Secara Hayati

Jakarta. Balai Kliring Keamanan Hayati Indonesia (BKKHI/BCH Indonesia) menyatakan setiap Produk Rekayasa Genetika (PRG) sebelum beredar harus dijamin keamanan hayati, keamanan lingkungan, keamanan pangan dan pakan.
"Ini wajib bagi negara yang meratifikasi protokol Cartagena," kata Kepala Koordinator BKKHI, Pusat Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Puspita Deswina di Bogor, Senin (18/4).

Oleh karena itu, tambahnya, setiap PRG dari luar negeri yang akan masuk ke Indonesia harus meratifikasi atau mengkonfirmasi baha produk pangan tersebut adalah hasil rekayasa genetika. Begitu juga jika di dalam negeri menetapkan suatu varietas PRG, lanjutnya, maka harus dilaporkan ke Balai Kliring Keamanan Hayati Indonesia.

Menurut peneliti Balai Besar Bioteknologi (BB Biogen) Bogor, M Herman penelitian PRG di Indonesia telah dilakukan sejak lama bahkan sejak 1999 sudah ada beberapa varietas yang dinyatakan statusnya aman bagi lingkungan yakni jagung toleran herbisida (jagung RR), jagung tahan hama (jagung BT), kedelai toleran herbisida (kedelai RR) kapas tahan hama (kapas BT) dan kapas toleran herbisida (kapas RR).

Sedangkan varietas yang sudah mendapat rekomendasi keamanan pangan yakni jagung NK 603, jagung PRG Mon 89034 dan kedelai GTS40-3-2. "Sementara varietas yang sudah aman lingkungan dan mendapat rekomendasi aman pangan adalah kedelai toleran herbisida," katanya.

Herman yang juga mantan Kepala BB Biogen itu menyatakan hingga saat ini belum ada yang secara komersial aman terhadap lingkungan. Dikatakannya, hanya kapas BT yang sudah dilakukan uji multilokasi, namun belum aman pangan sehingga pemerintah menghentikan uji coba tersebut.

Menurut Herman, tujuan produk rekayasa genetika adalah memberikan nilai tambah bagi sumber daya genetik yang ada agar lebih kompetitif dan bisa diserap industri.

Untuk itu, tambahnya, hasil yang diharapkan dari produk tersebut adalah tahan cekaman biotis yakni hama dan penyakit, toleran terhadap cekaman abiotis seperti kekeringan dan panas serta modifikasi kualitas yakni penambahan vitamin, perubahan warna dan perubahan kandungan. (ant)