Himpunan Pramuwisata Indonesia Jambi menilai para petani di Kabupaten Kerinci bersikap ramah terhadap koloni burung kuntul dan bangau dengan turut menjaga kelestarian serta populasinya.
(antaranews)
"Itu sangat baik. Salah satu pesona wisata Kerinci adalah burung kuntul dan bangau yang hingga kini tetap terjaga keberadaannya, seperti yang terlihat di sawah-sawah petani setempat. Petani tidak mengusik apalagi memburunya," kata Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Jambi Ir Guntur di Jambi, Senin.
Guntur yang mengaku telah menjadi pemandu wisata sejak berumur 12 tahun, yakni saat duduk di kelas I SMP menyatakan, sejak dulu keberadaan koloni burung kuntul dan bangau di tengah sawah menjadi salah satu pesona pariwisata Kerinci yang banyak menarik minat dan perhatian para pelancong.
Sejak dulu dulu hingga kini keberadaan koloni burung kuntul berwarna putih pemakan cacing dan serangga di sawah dan tubuh kerbau, serta burung bangau berwarna coklat dan berbadan lebih besar ternyata tetap ada di saat banyak aset dan potensi lainnya secara perlahan telah menghilang dari bumi Kerinci, seperti spesies beberapa satwa dan tumbuhan di hutan yang semula lebat hijau dan rimbun.
Menurut catatan Guntur, sepuluh tahun lalu diperkirakan ada ribuan burung kuntul yang mencari makan di sawah-sawah di Kerinci khususnya saat musim panen tiba, dan ratusan burung bangau yang biasanya lebih ramai ketika musim panen tiba.
Kini jumlah tersebut diperkirakan telah meningkat sampai dua atau tiga kali lipat dari sebelumnya.
"Ada beberapa faktor yang menyebabkan terus lestarinya keberadaan burung kuntul dan bangau. Meskipun diketahui masyarakat daging burung kuntul gurih dan halal dikonsumsi, namun sikap burung kuntul terlihat jinak dan bersahabat ditambah bentuk tubuh dan bulunya yang indah membuat burung ini justeru menimbulkan empati bagi petani," ujarnya.
Apalagi burung ini sangat bermanfaat bagi pembasmi hama seperti wereng, belalang atau jenis serangga lainnya yang merusak tanaman.
Selain itu, Kerinci merupakan salah satu daerah pelintasan burung-burung imigran dari belahan utara ke selatan pada setiap musim dingin termasuk jenis bangau. Saat singgah di Kerinci mereka justeru menetap karena tertinggal koloninya atau lebih tertarik terhadap kekayaan dan ketersedian mineral dan nutrisi serta pakan di daerah tersebut.
Yang terpenting, para petani di Kerinci tidak memburu burung kuntul tersebut seperti halnya burung-burung imigran lainnya seperti belibis, bahkan mereka percaya pada mitos bahwa keberadaan burung kuntul justeru akan menandakan hasil panen. Ssemakin banyak koloni burung kuntul di sawah semakin besar hasil panen yang akan diperoleh petani.
Karena telah menjadi sebagai salah satu pesona wisata yang unik dan asri, HPI menilai ke depan pemerintah melalui dinas dan instansi terkait perlu memprogramkan pelestarian burung tersebut.
Bahkan bila perlu masyarakat setempat bisa didorong untuk melestarikannya dengan program-program penangkaran. Petani bisa kembali berternak burung tersebut dengan metoda yang jauh lebih profesional dan modern. Burung tersebut juga layak jadi bahan produk kuliner, tambahnya.
Guntur yang mengaku telah menjadi pemandu wisata sejak berumur 12 tahun, yakni saat duduk di kelas I SMP menyatakan, sejak dulu keberadaan koloni burung kuntul dan bangau di tengah sawah menjadi salah satu pesona pariwisata Kerinci yang banyak menarik minat dan perhatian para pelancong.
Sejak dulu dulu hingga kini keberadaan koloni burung kuntul berwarna putih pemakan cacing dan serangga di sawah dan tubuh kerbau, serta burung bangau berwarna coklat dan berbadan lebih besar ternyata tetap ada di saat banyak aset dan potensi lainnya secara perlahan telah menghilang dari bumi Kerinci, seperti spesies beberapa satwa dan tumbuhan di hutan yang semula lebat hijau dan rimbun.
Menurut catatan Guntur, sepuluh tahun lalu diperkirakan ada ribuan burung kuntul yang mencari makan di sawah-sawah di Kerinci khususnya saat musim panen tiba, dan ratusan burung bangau yang biasanya lebih ramai ketika musim panen tiba.
Kini jumlah tersebut diperkirakan telah meningkat sampai dua atau tiga kali lipat dari sebelumnya.
"Ada beberapa faktor yang menyebabkan terus lestarinya keberadaan burung kuntul dan bangau. Meskipun diketahui masyarakat daging burung kuntul gurih dan halal dikonsumsi, namun sikap burung kuntul terlihat jinak dan bersahabat ditambah bentuk tubuh dan bulunya yang indah membuat burung ini justeru menimbulkan empati bagi petani," ujarnya.
Apalagi burung ini sangat bermanfaat bagi pembasmi hama seperti wereng, belalang atau jenis serangga lainnya yang merusak tanaman.
Selain itu, Kerinci merupakan salah satu daerah pelintasan burung-burung imigran dari belahan utara ke selatan pada setiap musim dingin termasuk jenis bangau. Saat singgah di Kerinci mereka justeru menetap karena tertinggal koloninya atau lebih tertarik terhadap kekayaan dan ketersedian mineral dan nutrisi serta pakan di daerah tersebut.
Yang terpenting, para petani di Kerinci tidak memburu burung kuntul tersebut seperti halnya burung-burung imigran lainnya seperti belibis, bahkan mereka percaya pada mitos bahwa keberadaan burung kuntul justeru akan menandakan hasil panen. Ssemakin banyak koloni burung kuntul di sawah semakin besar hasil panen yang akan diperoleh petani.
Karena telah menjadi sebagai salah satu pesona wisata yang unik dan asri, HPI menilai ke depan pemerintah melalui dinas dan instansi terkait perlu memprogramkan pelestarian burung tersebut.
Bahkan bila perlu masyarakat setempat bisa didorong untuk melestarikannya dengan program-program penangkaran. Petani bisa kembali berternak burung tersebut dengan metoda yang jauh lebih profesional dan modern. Burung tersebut juga layak jadi bahan produk kuliner, tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar