Surabaya. Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur (Jatim) segera mematenkan bibit padi Wisanggeni temuan Jumari, petani asal Kabupaten Ngawi, yang sempat dipamerkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika melakukan kunjungan kerja ke Sidoarjo pada 14 Januari 2011.
"Tahun ini kami segera mematenkan bibit padi Wisanggeni," kata Kepala Dinas Pertanian Jawa Timyr (Jatim) Wibowo Ekoputro di Surabaya, Kamis (27/1).Bibit padi varietas terbaru itu dinilai tepat untuk dikembangkan pada saat anomali cuaca karena memiliki ketahanan terhadap hama dan tahan rebah saat hujan, banjir, dan angin kencang. Wisanggeni merupakan terobosan petani biasa tanpa campur tangan lembaga riset.
Wibowo menjelaskan bahwa Wisanggeni mampu menghasilkan gabah kering panen seberat tujuh sampai delapan ton per hektar. "Ini juga salah satu kelebihan Wisanggeni. Oleh sebab itu, potensi varietas padi baru ini harus segera dipatenkan," katanya.
Sejumlah keunggulan pada benih padi ini kini masih menjadi perhatian Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Holtikultura (BPSBTP) Propinsi Jawa Timur di Madiun.
BPSB TPH bersama Dinas Pertanian Ngawi saat ini sedang mengusulkan Wisanggeni pada BPSB Pusat untuk diteliti sebelum dipatenkan. Rencana mematenkan padi yang bisa dipanen empat kali dalam setahun itu mendapat dukungan penuh dari Gubernur Jatim Soekarwo.
Benih padi Wisanggeni merupakan hasil ekperimen Jumari dari sekitar 20 benih padi lokal. Waktu itu, Gabungan Kelompok Tani Mulyo yang diketuai Jumari mendapat kiriman sekitar 20 varietas benih padi lokal dari balai benih.
Setelah itu satu per satu dicoba hingga akhirnya menghasilkan benih padi Wisanggeni yang lebih tahan hama dan tahan roboh saat cuaca buruk melanda.
Nama Wisanggeni diambil dari nama anak kedua Jumari yang masih berusia sekitar lima tahun. Selain tahan hama dan tahan roboh, hasil panen dari benih Wisanggeni ini dinilai juga lebih besar dibandingkan benih padi lainnya.
Ini terbukti dari perbedaan jumlah batang produksi bulir padi dari satu rumpun tanaman padi. Satu rumpun tanaman dari benih Wisanggeni memiliki 20-30 batang, sedangkan tanaman padi lainnya di bawah 20, sehingga, hasil panen petani juga bertambah setiap hektarnya.
Jumari telah mengajukan 11 varian benih padi Wisanggeni ke Dinas Pertanian Kab Ngawi dan Satker BPSB Jawa Timur di Madiun. Dari benih nomor 1 hingga nomor 11 itu, hanya nomor 5 yang gagal karena kurang layak. Benih nomor 1-6 untuk kategori usia tanam pendek, dan benih nomor 9-11 untuk usia tanam sedang.
Tanaman padi dari benih Wisanggeni nomor 1-6, bisa menghasilkan enam sampai tujuh ton gabah per hektare dengan usia tanam 90-95 hari. Sementara itu Wisanggeni nomor 9 yang paling diunggulkan, bisa menghasilkan 9-10 ton gabah per hektar dengan usia tanam mencapai 100-110 hari.
Saat ini, benih padi Wisanggeni telah ditanam sejumlah petani di atas lahan seluas 500 hektar di wilayah Kabupaten Ngawi, Madiun, dan Nganjuk.
Hasil panen pun lebih besar dibanding padi jenis lain yang rata-rata tujuh hingga delapan ton gabah per hektare, sedangkan masa munculnya malai atau batang produktif berbulir padi. Untuk Wisanggeni nomor 1 hingga nomor 6 sekitar 50 hari, sementara Wisanggeni nomor 9 di atas 50 hari. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar