JAKARTA. Bekerja sama dengan International Rice Research Institute (IRRI), pemerintah kini melakukan penelitian padi transgenik dengan nama Golden Rice. Padi hasil rekayasa genetik ini rencananya akan dirilis dalam dua tahun ke depan.
"Golden Rice akan dirilis sekitar dua tahun ke depan untuk memberikan kontribusi bagi cadangan pangan bagi kita," ujar Menteri Pertanian Suswono di Jakarta, Kamis (20/1).
Varietas ini, imbuh Suswono, merupakan varietas yang kandungan vitamin A nya tinggi.
Deputi Direktur Jenderal Penelitian (IRRI) Achim Dobermann mengamini kemungkinan rilis dalam dua tahun ini. Syaratnya, tim peneliti dari IRRI mempercepat penelitian biodiversitasnya, serta pemerintah setempat mendukung dengan menerbitkan regulasinya.
"Meski ini secara substansial merupakan varietas lama, tapi karena ada teknologi baru di dalamnya, maka pemerintah harus membuat regulasi baru mengenai varietas transgenik ini seperti yang telah dilakukan oleh Bangladesh dan Filipina," kata Achim.
Ia menambahkan, teknologi yang akan digunakan ialah menyertakan betakaroten atau vitamin E dengan menggunakan gen tertentu dari jagung. Gen ini akan diimplikasikan sesuai dengan varietas padi dan jenis tanah yang akan digunakan.
Rencananya, padi yang akan diimplan adalah IR 64 yang memang banyak ditanam oleh petani Indonesia sehingga padi itu bisa tumbuh dan panen dengan stabil sekaligus mengandung vitamin E. Uniknya lagi, bulir padi yang dihasilkan akan berwarna oranye kekuningan, bukan putih seperti bulir padi pada umumnya di Indonesia.
"Bulir padi yang berwarna oranye kekuningan itu mengindikasikan adanya vitamin A di dalam bulir padi tersebut," imbuh Achim.
Hingga kini, para peneliti telah memasuki fase yang sangat spesifik dalam penelitian ini, termasuk apakah vitamin E itu benar-benar masuk di bulir padi serta manfaatnya untuk kesehatan manusia. Mereka pun harus memastikan beras itu aman untuk lingkungan maupun biodiversitas.
"Dari segi penelitian, kami bisa menjamin beras transgenik ini aman dikonsumsi oleh manusia, juga tidak merusak lingkungan," ujarnya.
Hal ini juga disampaikan Achim terkait masyarakat yang kerap paranoid mengenai produk transgenik yang merupakan produk makanan rekayasa genetik. Dari segi peneliti, Achim menyatakan belum pernah menemukan bukti transgenik yang membahayakan manusia.
"Konsumen biasanya selalu khawatir ada bahaya dalam segala hal yang berbau transgenik karena ini produk artificial dan dianggap berbahaya, padahal itu tidak demikian. Kami peneliti belum pernah menemukan kerugian akan konsumsi makanan transgenik," ungkapnya.
Meski produk transgenik telah membanjiri pasar dunia, khususnya Eropa dan Amerika Serikat, belum ada satu negara pun yang pernah menanam beras transgenik. Filipina direncanakan menjadi negara pertama yang merilis beras transgenik ini pada akhir 2012, sementara beras transgenik Indonesia dijadwalkan baru bisa rilis pada 2013. (media indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar