Pemerintah diminta menyediakan kebutuhan pangan masyarakat dengan harga terjangkau di tengah ancaman kerawanan pangan dunia, dengan melakukan sejumlah program darurat dan jangka pendek.
"Pemerintah harus melakukan penajaman prioritas dengan fokus stabilisasi pangan sepanjang 2011 ini," kata Anggota Badan Anggaran DPR-RI Bambang Soesatyo dalam surat elektroniknya kepada ANTARA, di Jakarta, Senin (17/1).
Ia menilai stabilisasi pangan menjadi pilihan yang sulit dihindari, karena produksi bahan pangan di dalam negeri diperkirakan turun cukup tajam, akibat panen tanaman pangan yang gagal di sejumlah daerah menyusul anomali iklim.
Untuk itu, Bambang yang juga menjadi salah satu wakil ketua umum Kadin Indonesia mengusulkan agar pemerintah melakukan dua aksi dalam stabilisasi pangan yaitu `crash programme" ketersediaan pangan dan program jangka pendek untuk menjaga produktivitas pertanian, khususnya tanaman pangan, di tengah perubahaan iklim.
"Aksi `crash programme` sebaiknya dimulai pemerintah sejak sekarang, dengan menjajaki kontrak impor, terutama beras," kata Bambang. Sedangkan komoditas pangan lainnya, lanjut dia, seperti tepung terigu, susu atau minyak goreng, pemerintah perlu berkoordinasi dengan asosiasi produsen untuk mengetehui volume kebutuhan yang harus diimpor, jika produksi dalam negeri tidak mencukupi permintaan.
"Untuk program antisipasi perubahan iklim guna mengamankan produktivitas sektor pertanian dan tanaman pangan sebaiknya pemerintah mulai merealisasikan sejak Januari ini. Tujuannya, agar tahun mendatang kita lebih siap mencegah gagal panen," katanya.
Ia mengimbau agar kementerian Pertanian segera turun ke lapangan untuk menjelaskan kepada komunitas petani tentang perubahan iklim dan bagaimana antisipasinya agar produktivitas tidak terganggu. "Tentu saja faktor sarana produksi yang tepat harus diperkenalkan kepada petani," ujarnya.
Bambang meminta pemerintah tidak menyederhanakan masalah pangan. Menurut dia, tahun ini situasi yang dihadapi rakyat akan jauh lebih buruk dibanding tahun 2010, dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Hal itu ditandai dengan lonjakan beruntun harga bahan pangan saat ini. "Saya yakin, stabilitas sosial politik akan terjaga, jika ketersediaan bahan pangan selalu pada tingkat yang aman dengan harga terjangkau," ujarnya. BM atas Pangan Pokok dan Bahan Terkait Akan Dibebaskan
Pemerintah siap membebaskan bea masuk pangan pokok dan bahan terkait pangan sebagai langkah antisipatif untuk membendung kenaikan yang terus berlanjut. Pembebasan bea masuk pangan ini diharapkan bisa membantu stabilisasi harga. Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan upaya stabilisasi yang dilakukan pemerintah adalah memberikan pembebasan bea masukuntuk produk-produk beras, gandum, dan hal-hal yang terkait pakan ternak.
"Ini dalam upaya kita untuk membuat stabilisasi pangan dan juga inflasi yang harus kita jaga," ujarnya saat ditemui di kantornya, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Senin (17/1). Untuk pembebasan bea masuk ini, Hatta mengatakan, dibutuhkan beberapa peraturan menteri keuangan (PMK) yang terkait dengan pembebasan bea masuk.
Langkah stabilisasi lain yang diupayakan pemerintah adalah menerbitkan instruksi presiden (Inpres) yang mengatur upaya antisipasi Indonesia terhadap kondisi iklim ekstrim. Inpres ini terkait pembagian benih dan pupuk serta pengadaan subsidi benih.
"Penting juga diatur mengenai reaksi dan respons yang diperlukan bila terjadi sesuatu. Kami sudah berkoordinasi dengan beberapa menteri terkait dan dilanjutkan Rabu (19/1/2011) tentang stabilisasi pangan. Hari ini kami melakukan rapat mendengarkan masukan terkait dengan keputusan sebelumnya tentang pentingnya kita merespons suatu keadaan pangan dunia dan implikasinya terhadap pangan kita," urai Hatta.
Terakhir, pemerintah akan segera merumuskan penggunaan dana kontigensi senilai Rp 3 triliun dimana Rp 1 triliun aakan digunakan untuk stabilisasi pangan dan Rp 2 triliun untuk antisipasi iklim ekstrim. Saat ini Inpres sedang dirampungkan dan diharapkan selesai pada bulan ini.
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menambahkan pemerintah akan fokus pada bahan pokok dan bahan terkait panngan dalam upaya mengantisipasi kenaikan pangan dunia. "Intinya mengacu pada perlindungan stabilisasi harga pangan juga memperhatikan pemasukan-pemasukan agar hal ini menjadi perhatian kita secara keseluruhan," imbuh Mari. (antara news)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar