Tampilkan postingan dengan label gudang pangan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label gudang pangan. Tampilkan semua postingan

Senin, 02 Mei 2011

Berita Pertanian : Harapan Baru Menguatkan Permodalan Petani










Dengan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang


SELAMA
ini petani selalu mengeluhkan kesulitan mengakses permodalan, baik dari perbankan maupun dari lembaga keuangan lainnya. Akan tetapi, kehadiran sistem resi gudang dan pasar lelang, memberi harapan baru bagi kalangan petani.

Resi gudang adalah salah satu bentuk tunda jual yang menjadi alternatif dalam meningkatkan nilai tukar petani. Di era perdagangan bebas seperti sekarang ini, resi gudang sangat diperlukan untuk membentuk petani menjadi petani pengusaha dan petani mandiri. Sistem resi gudang juga bisa memangkas pola perdagangan komoditi, sehingga petani bisa mendapatkan harga yang layak.

Atas dasar itu, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Selatan serta kalangan perbankan dan akademisi menyiapkan Peraturan Tata Tertib (PTT) Pasar Lelang dan Resi Gudang yang digodok di Hotel Yasmin, Rabu, 27 April lalu. Hadir, Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulsel, Hadi Basalamah mewakili Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulsel, Andi Murny Amien Situru, Kabag. Pengawas Pasar Lelang Bappebti, Dharmayugo Hermansyah, Humas Bank Indonesia Makassar, Gusti Raizal Eka Putra, dan Tim Promotor PTT Resi Gudang, Prof. Syahnur Said.

Yoga, sapaan akrab Dharmayugo Hermansyah mengungkapkan, dengan sistem resi gudang ini, petani akan mendapat bantuan permodalan dengan menitipkan komoditasnya di gudang dan mereka akan mendapatkan dana sebesar 70 persen dari nilai komoditas yang dititipkan. Sulsel merupakan salah satu daerah yang ditunjuk untuk mengelola pasar lelang dan resi gudang. Daerah lainnya adalah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali.

Di Sulsel, sistem resi gudang baru diterapkan di Sidenreng Rappang (Sidrap). Sidrap dikenal sebagai penghasil beras terbesar di Sulsel. Untuk itu, pemerintah membangun gudang senilai Rp3,9 miliar dengan kapasitas 1.500 ton untuk komoditas beras yang sifatnya plat atau 400 ton untuk silo. Tahun ini, pemerintah juga akan membangun gudang serupa di Pinrang dan Bantaeng. Juga sementara menjajaki Kota Palopo.

Humas Bank Indonesia Makassar, Gusti Raizal Eka Putra mengatakan, sistem resi gudang ini sangat membantu petani yang mengalami masalah pokok di permodalan. Keterlibatan perbankan sendiri sebagai bentuk komitmen untuk mendorong sektor riil, pasalnya kalau sektor riil tidak jalan, maka sektor moneter juga akan terlambat. Pasar Lelang yang diterapkan pada sistem resi gudang akan menciptakan mekanisme pasar yang sehat bagi petani dalam menjual produk mereka.

"Saat ini, perbankan yang main di resi gudang baru BRI, tapi kami akan mendorong seluruh perbankan untuk masuk di resi gudang," ungkapnya.

Minggu, 01 Mei 2011

Berita Pertanian : Pemprov Segera Bangun Gudang Pangan











Pernan Bulog Dinilai Tak Maksimal

MAKASSAR
. Tak puas dengan kemampuan daya serap Perum Bulog Sulsel, Pemerintah Provinsi Sulsel bernencana membangun gudang pangan alternatif. Gudang tersebut, untuk memaksimalkan serapan komoditas pangan terutama beras.

Rapat persiapan pembentukan gudang alternatif digelar, Jumat, 29 April, di Kantor Gubernur Sulsel diikuti SKPD terkait, antara lain Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan dan Hortikultura, Badan Ketahanan Pangan Nasional dan beberapa UPTD.

Sekretaris Provinsi Sulsel Andi Muallim usai menggelar rapat mengungkapkan, Sulsel segera mencari solusi jika memang Bulog tidak bisa memaksimalkan penyerapan beras produksi petani Sulsel tahun ini. Menurutnya, sistem pengelolaan gudang pangan alternatif tersebut sudah sangat dibutuhkan karena pada saatnya nanti kemampuan Bulog.

Menurut dia, Bulog hanya menyerap beras berdasarkan kemampuan keuangan atau anggaran yang kucur dari APBN. "Ini sering tidak seimbang antara jumlah kemampuan dengan keinginan petani. Adakalanya juga faktor cuaca atau faktor lain, rakyat menghendaki dibeli seketika padahal Bulog tidak bisa seperti itu," katanya.

Muallim memimpin rapat pembahasan rancangan pembentukan gudang pangan alternatif tersebut dengan membahas anggaran yang harus disiapkan serta struktur organisasi pengelolaannya. Bentuknya belum dipatenkan, namun menurut Muallim, alternatifnya bisa dibuatkan semacam Unit Pelaksana Tugas Dinas (UPTD) di bawah kendali Badan Ketahanan Pangan (BKP) atau Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikulura atau ke Perusahaan Daerah (Perusda) bekerjasama dengan bank pembangunan daerah.

"Jika hasil rancangannya telah disepakati, tinggal memikirkan pendistribusian beras yang telah diserap. Persoalannya ini kan ketataniagaan nasional. Kalau kita yang mengadakan selanjutnya bagaimana, setelah beras dibeli dibawa kemana," ujarnya.

Di berbagai kesempatan Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo sering mengeluhkan minimnya daya serap Bulog Sulsel. Karena itu wacana untuk mengambil alih peran Bulog di daerah terus mengemuka.

"Bulog jangan lagi mempersoalkan kualitas beras dan membelinya sesuai dengan harga yang ditetapkan terutama pada saat kondisi cuaca tak menentu seperti sekarang. Inilah saatnya Bulog mengambil peran dengan membantu petani," kata Syahrul.

Berita Pertanian : Resi Gudang Bantu Permodalan Petani











Bappebti Proyeksi Bangun Tiga Gudang


MAKASSAR
. Sistem resi gudang yang diberlakukan di Indonesia, sangat membantu permodalan petani.
Untuk mewujudkan program tersebut, saat ini Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulsel serta kalangan perbankan dan akademisi, menyiapkan peraturan tata tertib (PTT) pasar lelang dan resi gudang yang digodok di Hotel Yasmin, Rabu, 27 April.

Hadir pada kesempatan tersebut, Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulsel, Hadi Basalamah mewakili Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulsel, Andi Murny Amien Situru, Kabag Pengawasan Pasar Lelang Bappebti, Dharmayugo Hermansyah, Humas Bank Indonesia Makassar Gusti Raizal Eka Putra, dan Tim Promotor PTT Resi Gudang, Prof Syahnur Said.

Kabag Pengawasan Pasar Lelang Bappebti, Dharmayugo Hermansyah, pada kesempatan tersebut mengungkapkan, dengan sistem resi gudang ini, petani akan mendapatkan bantuan permodalan dengan menitipkan komoditasnya di gudang, dan mereka akan mendapatkan dana sebesar 70 persen dari nilai komoditas yang dititipkan.

Saat ini, resi gudang baru ada di Sidrap Sulsel. Pasalnya, gudang yang merupakan bantuan pemerintah tersebut baru ada di daerah Sidrap dengan nilai Rp3,9 miliar dan kapasitas 1.500 ton untuk komoditas beras yang sifatnya plat atau 400 ton untuk silo.

Tahun ini kata Yoga, sapaan akrab Dharmayugo, pihaknya akan membangun gudang di Pinrang dan Bantaeng. "Kita juga sementara menjajaki Palopo," sebutnya.

Humas BI Makassar, Gusti mengungkapkan, sistem resi gudang ini sangat membantu petani yang mengalami masalah pokok di permodalan. Keterlibatan perbankan sendiri sebut Gusti, sebagai bentuk komitmen untuk mendorong sektor riull.

Pasalnya kata dia, kalau sektor riil tidak jalan, maka sektor moneter juga akan terhambat. Pasar lelang yang diterapkan pada sistem resi gudang sebut dia, akan menciptakan mekanisme pasar yang sehat bagi petani dalam menjual produk mereka. Potensi Sulsel cukup bagus, dengan Produk Domestik Bruto (PDB) 8,18 persen dan sektor pertanian tumbuh 2,18 persen pada 2010.

Tim promosi PTT resi gudang, Prof Syahnur, pada kesempatan tersebut menjelaskan, pihaknya sementara menyusun standard operational procedure (SOP) juga menyusun business plan yang akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan pasar lelang dan resi gudang di Sulsel.

Selain Bali, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat, Sulsel adalah salah satu daerah yang ditunjuk untuk menjadi pengelola pasar lelang dan resi gudang

Kamis, 14 April 2011

Berita Pertanian : Bantu Petani Hadapi Masalah, Gudang Pangan Akan Dibangun di Simalungun

Pematangsiantar. Panen raya tiba, petani sering dihadapkan pada masalah anjloknya harga hingga pada tingkat yang tidak menguntungkan bagi petani. Selain itu, mereka juga mengalami kondisi yang sulit karena harus mempunyai uang tunai untuk musim tanam berikutnya.

Para petani juga sering diharuskan melakukan penjualan sebelum panen tiba, yang kerap jatuh kepada para tengkulak. Hal ini disebabkan keterbatasan sarana dan prasarana seperti, lantai jemur, gudang, transportasi dan sebagainya.

Guna membantu para petani dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi, pemerintah berupaya untuk mencari jalan keluar. Salah satu solusi yang dilakukan, dengan menerapkan pola sistem resi gudang (SRG)

Resi gudang merupakan dokumen yang membuktikan, suatu komoditas disimpan pada suatu gudang dan dokumen itu bisa ditransaksikan dan resi ini disamakan dengan surat berharga. Dengan resi gudang ini, petani dapat mengajukan pembiayaan ke lembaga keuangan (perbankan) untuk memenuhi kebutuhan uang tunai.

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu daerah sentra pertanian di Sumatera Utara. Dalam membantu para petani dan menjaga hasil produksi pertanian di daerah ini Pemkab Simalungun, pada tahun 2011 ini akan membangun gudang pangan dengan SRG.

Sebagai tahap awal, Sabtu, (9/4), tim dari Kementrian Perdagangan melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) bersama Dinas Perindag dan BP4K Hanpang Kabupaten melakukan peninjauan lokasi pembangunan SRG.

Rencana lokasi pembangunan SRG ini, oleh Pemkab Simalungun akan memanfaatkan aset milik Pemkab yang berada di Nagori Purba Tongah Kecamatan Purba (eks. UPT Dinas Peternakan) dengan luas arean 4.250 M². di lokasi ini tim disambut para kelopok tani dari Kecamatan Purba.

Sekretaris Bappebti Nizarli saat meninjau lokasi di hadapan koordinator PPL para kelompok tani Kecamatan Purba menjelaskan tentang manfaat SRG ini.

Jaga Kestabilan

Manfaat SRG ini, antara lain menjaga kestabilan dan keterkendalian harga komoditi, memberikan jaminan modal produksi karena ada pembiayaan dari lembaga keuangan, jaminan ketersediaan barang, menjaga stok nasional dalam menjaga ketahanan dan ketersediaan pangan nasional, mampu melakukan efisiensi baik logistik maupun distribusi memberikan kontribusi fiskal kepada pemerintah.

"SRG ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk membantu para petani saat musim panen tiba dan harga anjlok, hingga petani dirugikan. Melalui SRG ini diharapkan, walau pun hasil pertanian membludak dan seiring dengan itu harga turun, petani juga dapat menikmati hasilnya yaitu dapat melakukan pinjaman ke bank yang dihunjuk kementrian perdagangan dengan membawa dokumen di keluarkan petugas di SRG, dengan subsidi bunga yang ringan,"kata Nizrli

Nazarli didampingi Ka Biro Pasar, Fiki dan Jasa BAPPEBTI Sutrisno Edy dan Kasubbag Pengawasan dan Pengelola Agunan BAPPEBTI Marlan L Tungkup mengatakan, dengan SRG ini hasil produksi petani terjamin, karena SRG nantintinya juga dilengkapi dengan lantai jemur, penggilingan dan sarana transportasi.