Oleh : Rindu Rumapea.
Medan telah dikenal sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia setelah kota Jakarta dan Surabaya. Peringkat ini tentulah menjadi penanda bahwa kota Medan menjadi salah satu kota diluar Jawa yang sedang berkembang pesat. Kehidupan perekonomian berkembang dengan ditandai suburnya bidang industri dan perdagangan, mulai dari perdagangan/indusri yang sederhana hingga modern. Siapa yang menyangka kalau kota diujung pulau Sumatera ini menjadi kota besar, mengingat bahwa sistem pembangunan yang top down-mengutamakan pembangunan pusat ibukota yang berimbas pada daerah sekitar pulau Jawa barulah pembangunan diluar pulau Jawa.
Kota Panas
Medan telah dikenal sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia setelah kota Jakarta dan Surabaya. Peringkat ini tentulah menjadi penanda bahwa kota Medan menjadi salah satu kota diluar Jawa yang sedang berkembang pesat. Kehidupan perekonomian berkembang dengan ditandai suburnya bidang industri dan perdagangan, mulai dari perdagangan/indusri yang sederhana hingga modern. Siapa yang menyangka kalau kota diujung pulau Sumatera ini menjadi kota besar, mengingat bahwa sistem pembangunan yang top down-mengutamakan pembangunan pusat ibukota yang berimbas pada daerah sekitar pulau Jawa barulah pembangunan diluar pulau Jawa.
Akhir-akhir ini, apa yang banyak orang katakan bahwa dunia sedang mengalami pemanasan global barulah terasa, salah satunya dikota Medan. Gelar sebagai kota terbesar tersebut bak seperti sisi mata uang, ada baiknya dan ada buruknya. Baiknya, terjadi modernisasi dimana orang-orang Medan tidak ketinggalan mode atau perkembangan jaman sehingga tren hidup semakin tinggi. Anak-anak pun sudah mengenal teknologi-teknologi canggih. Buruknya, kota Medan sarat akan polusi, mulai dari polusi udara, air, suara hingga polusi moral. Ketenangan dan kenyamanan hidup sulit didapatkan di kota yang seperti pabrik. Hal ini juga berbanding lurus dengan pesatnya pertumbuhan kota, bahkan daerah pinggiran kota Medan saja telah berdiri pusat-pusat perbelanjaan yang modern, berdiri pula perumahan-perumahan elit. Jalan pun sudah hampir tidak bisa menampung banyaknya kendaraan, maka kemacetan di daerah perkotaan sudah menjadi pemandangan yang biasa.
Pesatnya perkembangan kota sejalan dengan pesatnya pertambahan suhu udara. Kota Medan telah menjadi kota yang panas udara dan mudah panas (emosi) orangnya. Suhu kamarnya pun sudah tidak sekitaran 24oC-26oC. Pada dini hari saja suhu udara sudah membuat tubuh berkeringat padahal sedang tidur sehingga ketika terbangun tubuh sudah basah kuyup, dan tak jarang pula terbangun karena kepanasan. Maka banyak orang-orang yang kurang tidur atau menderita penyakit susah tidur.
Panasnya udara kota Medan juga menambah komsumsi peralatan pendingin di rumah atau di kantor. Sudah sangat jamak kita lihat bahwa kantor-kantor di Medan telah memakai pendingin ruangan (AC), paling tidak ada kipas angin yang tergantung di atas ruangan. Demikian juga dengan sekolah atau kampus, menawarkan ruangan berAC untuk kenyamanan belajar. Kebiasaan ini juga dilakukan oleh masyarakat yang perekonomiannya menengah kebawah. AC atau kipas angin yang sebelumnya merupakan kebutuhan sekunder atau tersier, kini menjadi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Jika ingin nyenyak tidur atau nyaman bekerja maka harus ada kipas atau AC yang menemani. Masyarakat yang miskin rela mengumpulkan sedikit demi sedikit uangnya hanya untuk membeli sebuah kipas angin.
Tempat Favorit
Panasnya udara kota Medan tidak sampai menyentuh daerah Brastagi atau Kabupaten Kabanjahe. Brastagi seperti sebuah ruangan berAC, namun AC alami yang bersumber dari alam. Daerah Brastagi merupakan daerah tertinggi (puncak) di Sumatera Utara dan dihuni banyak pepohonan. Sangat kontras berbeda dengan kota Medan yang rendah, rawan banjir, sangat sedikit pohonnya, banyak polusi udara, polusi air dan polusi suara, bahkan banyak polisi juga.
Dinginnya Brastagi telah menyejukkan panasnya orang Medan yang datang berkunjung atau biasanya refreshing ke Brastagi. Ketika memasuki daerah Brastagi maka mata akan disenangkan dengan pemandangan nan indah, pemandangan pepohonan yang hijau, hutan, ladang yang tertata rapi. Tubuh pun disejukkan dengan udara yang terasa nyaman untuk dihirup dari pagi hingga malam baik didalam atau diluar ruangan, bebas membuka hidung menghirup sebanyak-banyaknya udara yang ada. Demikian juga dengan dahaga yang disegarkan dengan air jernih dari mata air pegunungan tanpa ada senyawa kimia yang digunakan untuk menghilangkan bau atau bibit penyakit yang ada didalam air.
Semua hal yang didapatkan tersebut menjadikan Brastagi sebagai kota favorit anak Medan, apalagi ditambah dengan segarnya sayur dan buah-buahan. Terasa umur makin bertambah panjang ketika datang ke Brastagi, membuat tubuh yang semakin sehat. Malam hari pun, mata diajak untuk tidur karena belaian sejuknya udara malam Brastagi sehingga ketika terbangun pagi harinya, ada semangat baru untuk memulai aktivitas sehari-hari.
Seandainya Medan dan Brastagi jaraknya sangat dekat maka Medan akan dijadikan hanya sebagai tempat kerja, kantor, sedangkan Brastagi menjadi tempat kediaman. Akan tetapi seandainya itu terjadi maka-saya yakin-Brastagi pun akan sama seperti kota Medan karena dipenuhi oleh banyak orang yang nantinya akan mendirikan kantor atau perusahaannya di Brastagi agar lebih dekat dengan kantor/tempat bekerja, begitulah sifat manusia yang selalu menginginkan yang terbaik dan tak pernah bisa puas.
Meskipun hanya sesekali ke Brastagi untuk menyejukkan diri, saya berharap biarlah tetap seperti itu sehingga Brastagi tetaplah menjadi kota yang sejuk, kota tempat beristirahat sementara, kota tempat menenangkan diri dari polusi dan kesibukan di kota Medan sehingga tetap terjadi keseimbangan hidup orang-orang yang ada di kota Medan. Kota Medan memang akan selalu mengajak kita untuk terus maju dan berkembang, untuk terus berusaha meraih sukses akan tetapi Brastagi akan mengingatkan kita untuk menikmati hidup selama-lamanya. Medan dan Brastagi menjadi kombinasi yang pas untuk orang-orang di Sumatera Utara.
Penulis adalah Peminat Alam Brastagi dan Mahasiswa Jurusan Matematika Universitas Negeri Medan. Aktif di Perkamen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar