Medan. Meski saat ini permintaan jagung mengalami peningkatan untuk kebutuhan bahan baku pakan ternak, namun harga jagung di tingkat petani malah mengalami penurunan akibat masuknya jagung impor. Bila pada bulan lalu harganya masih berkisar Rp2.900/kg, kini turun menjadi Rp2.200 hingga Rp2.500/kg.
Ketua Himpunan Petani Jagung Indonesia (Hipajagi) Sumut, Jemat Sebayang mengatakan, harga jagung sudah mengalami penurunan sejak sebulan lalu. Apalagi dengan meningkatnya kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan membuat pengusaha banyak membutuhkan dan juga masih mendatangkan jagung impor.
"Menjelang puasa dan Lebaran kemarin, kebutuhan pakan ternak meningkat. Sedangkan jagung ditingkat petani diklaim tidak banyak dan mendatangkan jagung impor," ujarnya, Jumat (26/8).
Dikatakannya, harga jagung ditingkat petani hanya berkisar Rp2.200 hingga Rp2.500/kg atau turun dibandingkan bulan sebulannya yang telah mencapai Rp2.900/kg. "Masa panen raya sudah siap yang dimulai dari Juni. Sedangkan saat ini produksi menipis dan malah jagung impor banyak," katanya.
Turunnya harga jagung ini, katanya, membuat petani merugi ditambah lagi dengan penurunan produksi akibat serangan penyakit hawar daun. "Produksi turun sampai 30% dan ditambah lagi dengan harganya yang anjlok. Ini membuat petani semakin menderita," jelasnya.
Menurutnya, turunnya harga jagung di tingkat petani selain karena panen raya juga masih banyaknya beredar jagung impor yang menjadi pilihan pengusaha pakan ternak untuk bahan baku. Padahal seharusnya, saat panen tiba, pengusaha pakan ternak harus lebih mengutamakan jagung lokal.
"Biaya produksi sudah mendapai Rp12 juta/hektare dengan hasil 10 ton/hektare, jadi dengan penyakit ini petani rugi Rp3 juta/hektare dan sangat sulit mengembangkan tanaman lainnya," jelas Jemat.
Untuk mengantisipasi turunnya harga pada saat panen nanti, ia juga meminta kepada pemerintah Propinsi Sumut untuk menetapkan Harga Referensi Daerah (HRD) jagung yang baru dari Rp1.600 per kg menjadi Rp2.500 per kg.
"Penetapan HRD itu sudah dua tahun tidak diganti, padahal kebutuhan biaya produksi semakin meningkat dan harga pakan ternak juga naik. Pemerintah harus pro kepada petani kalau mau mencapai target swasembada jagung," tegasnya.
Sementara untuk peningkatan produksi, ditambahkan Jemat, pihaknya juga sedang mengupayakan melakukan kerja sama pada pihak Perkebunan yang lahannya tidak dipakai untuk bisa ditanami jagung oleh petani sehingga di tahun 2011 ini target produksi di Sumut tinggi.
Kepala Dinas Pertanian Sumut, Muhammad Roem, mengatakan, target produksi jagung tahun 2011 ditetapkan sebanyak 1,5 juta ton atau naik dibandingkan tahun yang lalu sebanyak 1,377 juta ton. Untuk produksi dari hasil panen hingga Mei 2011 telah mencapai 520.511 ton dari realisasi panen 102.245 hektare. "Target produksi naik dan kita optimis dapat tercapai karena harga dipasaran tinggi sehingga petani bergairah mengembangkannya," katanya.
Pemerintah, tambahnya, memberi Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) seluas 13.600 hektare atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya seluas 7.500 hektare. Bantuan akan didistribusikan pada 18 kabupaten/kota seperti Kabupaten Karo, Dairi dan Simalungun dengan masing-masing seluas 1.995 hektare.
"Kita optimis target produksi dapat meningkat dilihat dari produktivitas tanaman jagung yang mencapai 50,13 kwintal per hektare dengan luas tanam 269.000 hektare," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar