Medan. Penyakit Antracnose yang juga dikenal dengan istilah "pathek" merupakan penyakit tanaman yang hingga saat ini masih menjadi momok bagi petani cabai. Buah yang menunggu panen dalam beberapa waktu bisa berubah menjadi busuk oleh penyakit ini.
Demikian dikatakan Siti Suryani, Staf Penyuluhan BPTP Sumut, Senin (8/8).
Siti mengatakan, gejala awal dari serangan penyakit ini adalah bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair, buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk. Ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan. Penyebab penyakit ini adalah jamur carnifora capsici.
Sedangkan untuk mencegah penyakit tersebut, ia mengaku pengendalian dengan membersihkan tanaman yang terserang agar tidak menyebar. Dan saat pemilihan benih harus dilakukan secara selektif, agar benih cabai yang ditanam memiliki ketahanan terhadap penyakit pathek. Secara kimia, disemprot dengan fungisida sistemik berbahan aktif triadianefon dicampur dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga hidroksida seperti Kocide 54WDG, atau yang berbahan aktif Mankozeb seperti Victory 80WP.
Jika tanaman cabai layu, penyakit ini disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum. Gejalanya tanaman yang sehat tiba-tiba saja layu yang dalam waktu tidak sampai 3 hari tanaman mati. Bakteri ini ditularkan melalui tanah, benih, bibit, sisa tanaman, pengairan, nematoda atau alat-alat pertanian.
Pengendalian untuk mengatasi penyakit tersebut yakni dengan membuang tanaman yang terserang, tetap menjaga bedengan tanaman selalu dalam kondisi kering, rotasi tanaman. Secara kimiawi, semprot dengan larutan Kocide 77WP konsentrasi 5 - 10 gr per liter pada lubang tanam sebanyak 200 ml per tanaman interval 10 - 14 hari dan dimulai saat tanaman mulai berbunga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar