Tampilkan postingan dengan label wirausaha pertanian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label wirausaha pertanian. Tampilkan semua postingan

Senin, 20 Juni 2011

Bambang, dari Pengelola Hotel Jadi Petani Kopi












Bermodalkan hanya kebun seluas dua hektar, dan pengetahuan dari pelatihan, maka jadilah Bambang Sriono menjadi salah satu dari 14 pengusaha kopi bubuk di Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, yang terus bertahan hingga kini.

Bambang, yang juga Ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APEKI) Bondowoso, menyebutkan menjadi petani merupakan pekerjaan yang mendatangkan kesejahteraan dibandingkan dengan pekerjaan sebelumnya. Ia sempat menjadi sales bahan bangunan, hingga pengelola hotel. "Jadi, kalau dilihat dari latar belakang pendidikan itu nggak ada. (Pendidikan) saya dari teknik kimia. Sekarang petani kopi," ungkapnya sembari tertawa kecil, kepada Kompas.com, usai menghadiri peluncuran perdana kopi hasil perkebunan rakyat ke Swiss, di Bondowoso, 10 Juni 2011 lalu.

"Jadi ilmu saya yang saya dapat dari Puslit, saya terapkan. Ya, jadi modalnya kemauan," sebutnya.

Menurutnya ilmu dan tanah, juga kemauan tersebut menjadi modal awalnya baginya, sehingga ia merasa tidak terkendala oleh dana. Bahkan saat ini, lembaga perbankan ramai menawarkan bantuan dana. "Seperti Bank Indonesia ini lewat CSR (Corporate Social Responsbility)-nya. Terus, dari Puslit, ilmu dan teknologinya," ungkapnya.

Ia pun mulai bertani sejak tahun 2000 . Selang enam tahun kemudian, ( 2006 ), ia pun mulai menelurkan merek Rajawali, untuk kopi bubuk arabika dan robusta. "Cuma waktu itu kemasannya pakai seperti itu (kemasan plastik biasa)," ungkapnya. Akhirnya kemasan pun berubah seiring dengan masukan dari Bupati setempat.

Saat itu, ia mematok harga produknya hanya Rp 3.500 per 200 gram. Kini harganya mencapai Rp 8000 per 160 gram untuk robusta, Rp 15.000 untuk arabika dengan satuan berat yang sama.

Ia mengaku bahwa dialah petani yang mengawali memanen kopi dengan "petik merah," dan proses menggunakan proses basah (wet process), di Bondowoso. Apa maksudnya petik merah? Ia menyebutkan selama ini panen yang dilakukan petani di wilayah tersebut, masih mencampur antara biji kopi yang berwarna merah, kuning, dan hijau pada saat panen. "Nah, kalau kami sudah petik merah dari 2005 . Jadi khusus yang buah merah segar dan sehat (BMSS), sebagai syarat untuk mendapatkan mutu berkualitas ekspor," tambahnya.

Petik merah baru dilakukan di lima kelompok tani, atau sekitar 152 petani kopi, mulai tahun 2011 ini, setelah mendapatkan binaan langsung dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. "Jadi saya yang pertama kali melakukan itu di tingkat petani di Bondowoso," sebutnya.

Menurut dia, sebenarnya pada pelatihan yang dikirim oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan Bondowoso tersebut, ada beberapa petani yang juga dikirim selain dirinya. Tetapi hanya dia yang mengaplikasikannya sendiri.

Adapun proses basah adalah pengolahan pasca-panen dengan menggunakan air. Media ini digunakan untuk memisahkan biji yang bagus untuk diolah lebih lanjut dengan biji yang tidak bagus. "Selama ini petani kan pakai dry process (DP). Begitu dapat dari kebun langsung dijemur dengan kulitnya," ungkapnya.

Cara pengerjaan ini memang terbilang repot, dan butuh ketelatenan. Oleh karena itu, ia menyebutkan, mungkin ini menjadi alasan dari petani yang juga ikut dikirim bersama dengan dia, tidak menerapkannya. Sekarang banyak yang tertarik ikut melakukan proses ini, setelah melihat harga yang didapat lumayan besar.

"Kalau sekarang ini dengan didampingi Puslit (Kopi dan Kakao), terus ada BI (Bank Indonesia), terus semuanya komponen ada. Rupanya kita jadi tahu pasarnya. Jadi lewat eksportir, kita sudah tahu harganya dan jelas pasarnya," ungkapnya.

Sekarang memang sudah dibangun kluster kopi di Bondowoso, oleh sejumlah pihak seperti Pemerintah Daerah Kabupaten Bondosowoso, Bank Indonesia, Bank Jatim, ADN Perhutani, eksportir, serta APEKI, untuk mengembangkan produk.

Saat ini, ia pun mempunyai lima pekerja dalam mengolah kopi bubuknya, dan mengelola kebunnya yang seluas dua hektar. "Jadi sebelum dikemas, kita perlu uji dulu cita rasa dan timbangannya," tuturnya, yang merupakan bagian dari pekerjaannya selain mengawasi kebun dan pengolahan.

Pada tahun 2007 , produk kopi bubuk Rajawali, baik arabika dan robusta, dipasarkan ke Sumatera, termasuk Jakarta, Semarang, dan Malang. Namun, pemasaran ke kota-kota tersebut masih kecil, dengan 10-20 kilogram per bulannya. Awalnya pemasaran ke kota-kota tersebut, tidak dilakukan secara resmi. "Dititipkan lewat saudara-saudara, baru kemudian berkembang," ungkapnya.

Saat ini, ekspor produk Rajawali ini pun belum dilakukan. Ekspor masih dalam bentuk biji bersama dengan kelompok tani lainnya, yang melakukan pemasaran internasional secara perdana ke Swiss pada November nanti, sebanyak 1 kontainer atau sekitar 18 ton.

Lagipula, lanjut dia, produksi kopi ini pun masih terbatas. Sehingga memenuhi permintaan pasar masih sering kewalahan. Apalagi menjelang Hari Raya Lebaran, di mana banyak pesanan parcel diisi dengan produk kopinya.

Rencana ke depan, ia berkeinginan untuk memperluas lahannya. "Kalau mau mencermati nggak ada sejarahnya kopi bubuk itu harganya turun," sebutnya. Maka ia pun heran, kalau ada pelaku usaha kopi bubuk yang kurang menekuni usahanya.

Selain perluasan lahan, Bambang, yang juga Ketua Forum 'Ahli' Pertanian Madani (Rumah Tani) Bondowoso, pun akan mencoba diversifikasi produk kopi, seperti buat dodol kopi, dan permen rasa kopi.

Senin, 25 April 2011

Peluang Usaha Pertanian : Jamur Krispi Gerobak














Usaha jamur krispi makin banyak bertebaran seiring berkembangnya budidaya aneka jamur. Usaha jamur krispi dipicu penemuan akan cara budidaya yang cepat dan tepat membuat bahan baku jadi mudah didapat dan murah.

Oleh: Yuyun Anwar
Konsultan dan Penulis Buku Kuliner Indonesia

Sebut saja jamur tiram yang paling mudah ditumbuhkan. Kemudahan pencarian bahan baku itu menjadi salah pemicu munculnya aneka jajanan dari jamur. Salah satunya jamur krispi.

Jamur krispi adalah jajanan dari jamur yang dibalut tepung yang digoreng sehingga mudah untuk disajikan dengan saus cocolan. Di beberapa mal, pusat jajanan, sampai kaki lima banyak bermunculan gerobak jamur krispi yang dikelola secara kemitraan atau franchise. Jamur disajikan dengan menggunakan gerobak yang cantik dan menarik. Sementara jamur disajikan dalam wadah siap saji atau sekali buang.

Jamur krispi digemari karena memiliki rasa yang gurih, renyah, sedap, dan tekstur kenyal yang hampir mirip ayam. Kandungan vitamin dan serat dalam jamur menjadikan olahan ini makin dipilih oleh banyak orang. Cara menyajikan yang sangat praktis menjadikan usaha ini bisa dikelola oleh siapa pun.

Tren menikmati snack jamur krispi menjadikan usaha ini berkembang. Paling banyak memang dikelola secara franchise. Usaha ini sebenarnya bisa dikelola sendiri tanpa harus menyediakan modal yang banyak sebagaimana usaha franchise. Dengan mengetahui sumber bahan baku jamur yang tepat serta teknik pengolahan yang tepat, jamur krispi sudah bisa dimulai dari dapur.

Syarat Desain Gerobak

Dalam mengembang usaha jajan modern tak lepas dari peran gerobak. Penampilan jamur krispi terlihat lebih modern karena dijual dalam gerobak yang bagus dan menarik. Aneka bentuk gerobak bisa dipilih bahkan jika mungkin gerobak harus didesain khusus mewakili karakter khusus produk yang dijual. Beberapa ketentuan desain gerobak yang baik adalah sebagai berikut.

  1. Pemilihan bahan, gunakan bahan yang relatif awet, mudah dibersihkan, dan tidak berjamur. Jika mudah kotor atau cepat berjamur akan memberi kesan kumuh sehingga pembeli enggan datang.
  2. Ergonomis, bahwa gerobak dapat berdiri dengan baik dan memudahkan penjual dalam menyiapkan makanan. Tidak timpang atau berat sebelah sehingga mudah untuk diletakan di mana pun. Jika perlu beri roda agar bisa bergerak dengan mudah.
  3. Pilih warna cat khusus yang menjadi ciri atau citra produk yang hendak dijual. Hal ini penting karena untuk menjadi juragan gerobak yang akan memiliki puluhan gerobak, kesamaan desain warna menjadi syarat utama. Misal, jika gerobak yang dibuat adalah dominan warna jingga dengan foto jamur krispi aneka rasa di bagian depan, maka pastikan gerobak yang dibuat berikutnya adalah warna dan kombinasinya sama sehingga gerobak jamur krispi di semua wilayah adalah sama.
  4. Aman untuk menyimpan perlengkapan. Gerobak tidak hanya menjadi tempat berjualan semata. Pastikan bahwa gerobak yang juga berfungsi untuk menyimpan barang saat tutup. Jadi ketika karyawan pulang atau balik jualan tidak perlu membawa peralatan lagi. Pastikan bahwa desain gerobak bisa menjadi penyimpan yang aman dan bisa dikunci. Hal ini untuk menghindari terjadinya kerusakan atau pencurian peralatan dari pihak yang tidak bertanggung jawab saat ditinggal pulang.
  5. Jika ingin terlihat lebih menarik bisa menggunakan banner dan neon box nama produk dan foto produk.
  6. Memberi nama brand atau merek gerobak jajanan yang akan dijual sesuai dengan tren yang sedang berkembang. Gunakan merek dan nama yang terlihat modern dan mudah untuk diucap. Jika mungkin gunakan tagline yang bisa menggambarkan keunggulan makanan yang dijual. Misal: Jamur Krispi Krezzz, Krispinya Teruszz, atau Jagonya Jamur Renyah.
  7. Informasi produk dan foto produk yang menarik sekaligus informasi harga perlu dicantumkan sehingga pembeli bisa langsung mendapatkan gambaran jelas. Dengan begitu pembeli tinggal tunjuk. Gambar yang bagus dan mengundang selera secara psikologi mampu menarik pembeli untuk ingin mencicipi makanan yang dijual.
  8. Pastikan bahwa foto produk yang dipasang benar-benar bagus dan menarik dilihat. Nama produk dan keunggulan perlu disampaikan. Gerobak tidak hanya tempat berjualan, tetapi juga informasi atau iklan untuk menyampaikan keunggulan makanan yang dijual. Pernyataan untuk menunjukkan kelebihan makanan bisa dicantumkan. Contoh, pasang gambar jamur krispi balado dengan potongan jamur besar dan bumbu balado yang pedasnya menggugah selera. Kemudian beri tulisan Lebih Renyah dan Bumbu Balado Super Pedas.

Pembuatan Jamur Krispi

Bahan yang diperlukan silakan dilihat pada table, pada kolom asumsi analisis usaha jamur. Coba dulu hingga benar-benar mendapatkan rasa dan kerenyahan yang diharapkan.

Bersihkan 5 kg jamur tiram dari kotorannya. Potong agak kecil-kecil. Cuci bersih. Kukus selama 10-15 menit sampai setengah matang. Peras jamur agak kering atau sedikit ditekan-tekan sehingga air keluar. Jamur yang terlalu banyak mengandung air akan berminyak saat digoreng, sehingga kurang renyah. Sisihkan.

Tepung Kering

Campurkan tepung terigu dan beras, aduk sampai tercampur rata. Sisihkan.

Tepung Celup

Campurkan semua bahan tepung celup menjadi satu. Aduk rata. Tambahkan air dingin sambil dikocok dengan pengocok telur atau mixer sampai kental dan tercampur rata.

Gulingkan jamur yang sudah ditiriskan di atas tepung kering. Masukkan dalam dalam tepung celup, angkat dengan menggunakan saringan atau garpu, gulingkan kembali ke atas tepung kering.

Goreng dalam minyak panas sampai mengapung dan warna kuning keemasan. Tiriskan dan sajikan kondisi hangat dengan taburan balado sapi.

Selasa, 08 Maret 2011

Manisnya Bisnis Donat Ubi


Selain kentang, kini ubi juga bisa menjadi campuran bahan baku pembuatan donat. Potensi bisnisnya masih besar karena ubi yang mempunyai rasa manis alami cocok untuk penderita diabetes. Pemain usaha ini juga masih sedikit.

Ubi (Ipomoea batatas) sering diolah menjadi makanan kecil atau camilan. Tak hanya disajikan dalam bentuk gorengan, kini ubi juga bisa menjadi bahan baku donat layaknya kentang.

Sebagai bahan baku donat, ubi mempunyai tekstur lebih lembut. Tak heran, donat yang terbuat dari ubi kini banyak peminatnya. "Kini ubi bisa menjadi alternatif bahan baku donat," ucap Halim Wibowo, pemilik Oishii Donut, pembuat kue yang tengahnya bolong itu dengan memakai ubi.

Produsen donat asal Surabaya, Jawa Timur, ini bahkan mengklaim sebagai pembuat donat pertama berbahan ubi. "Kami menemukan ubi sebagai alternatif bahan baku donat," ujar Halim. Selain di Surabaya, pembuatan donat ubi juga berkembang di Cimahi, Jawa Barat. Satu pemainnya, Donat Ubi Doni.

Bukan cuma menjadi camilan yang hangat di mulut dan mengenyangkan perut, ubi juga memiliki manfaat yang bagus untuk kesehatan. Selain kaya akan serat, Halim mengatakan, donat ubi memiliki kandungan beta karoten, vitamin A, dan antioksidan yang menangkal radikal bebas.

Tak ketinggalan, Halim pun berpromosi donat buatannya kaya akan kandungan serat larut yang berguna untuk mengikat kolesterol dalam darah. Selain itu, ada juga kandungan oligosakarida yang berfungsi sebagai prebiotik dan kandungan vitamin A, B6, E, serta K.

Berbeda dengan donat kentang, pembuatan donat ubi memiliki beberapa keunikan, seperti tekstur dan warna. Tekstur donat berbahan dasar ubi lebih lembut dari donat kentang. "Warna yang dihasilkan juga lebih beragam tergantung pada jenis ubi yang dipakai," tutur Dian Firdaus, pemilik Donut Ubi Doni.

Aroma donat ubi pun lebih khas. Bahan baku ubi juga memberikan rasa manis alami. "Rasanya tak terlalu manis sehingga penikmatnya tak cepat enek," tutur Halim.

Seperti donat kentang, dalam proses produksi donat ubi, para produsen juga masih menggunakan tepung terigu. "Untuk membuat 1 kilogram bahan donat, biasanya digunakan 200 gram ubi dan 800 gram tepung terigu," ujar Dian. Ubi yang dipakai bisa ubi yang dagingnya berwarna ungu dan kuning.

Dalam satu kali proses produksi donat donat ubi, Donat Ubi Doni bisa membuat hingga 200 donat. Mereka membanderol harga donatnya antara Rp 2.500 hingga Rp 5.000 per buah.

Harga ini tergantung pada ukuran dan jenis topping-nya. Contohnya, harga donat dengan topping gula halus hanya dipatok Rp 2.500. Adapun harga donat berbalut cokelat Rp 3.500 dan donat bertabur keju Rp 4.000.

Dian juga menjual donat berisi selai dengan harga Rp 5.000 per buah. Selain di Cimahi, Dian juga sudah memasarkan donat ubi di Bandung dan Jakarta. "Banyak juga teman saya di luar kota yang memesannya," tutur Dian.

Meski skala usahanya masih mungil, dalam sebulan Dian bisa mengumpulkan omzet hingga Rp 15 juta. Adapun Halim, yang hanya menjual donatnya di Surabaya, bisa meraup omzet antara Rp 10 juta sampai Rp 12 juta.

Halim juga menjamin donatnya bisa bertahan hingga 36 jam. Melihat potensi pasar donat ubi yang besar, ia pun berniat membuat cabang baru. (kompas)

Minggu, 06 Februari 2011

Sukses Dari Pelepah Pisang


Lamongan. Sebagian masyarakat masih menganggap pohon pisang tidak banyak nilai manfaatnya. Ini menyebabkan pelepah pisang belum banyak disentuh. Padahal, dari bahan baku ini bisa dihasilkan karya kerajinan yang unggul dan punyai nilai jual cukup tinggi.

Batang pisang atau pelepah pisang yang mudah didapatkan dan tak mengenal musim itu mengilhami H Romli (37) warga Dusun Pengaron, Desa Pangumbulandadi, Kecamatan Tikung, Lamongan, untuk memanfaatkan menjadi kerajinan.

Ketertarikannya mengolah pelepah pisang ini sebenarnya bukan kebetulan saja. Perajin tas yang sehari-hari berkutat dengan enceng gondok ini, memang tengah mencari bahan baku alternatif untuk pembuatan tas.
“Pasar kerajinan tas dari enceng gondok terus menurun pasarnya. Karena itu, saya mencoba mencari alternatif bahan baku yang mudah didapat dan harga yang murah,” terang Romli, yang mengaku telah mempertahankan usaha tas dari enceng gondok sejak 2000 silam.

Menurutnya, enceng gondok tidak mudah didapatkan. Biasanya hanya ada pada musim penghujan saja, selain pengolahannya terlalu susah. Beda dengan pelepah pisang, yang cara mendapatkannya juga lebih mudah.

Inisiatif mendesain tas dari pelepah pisang dimulainya sejak 2007. Pengalaman membuat tas dari enceng gondok, ia kembangkan ke bahan baku dari pelepah pisang. “Ternyata, peminat tas pelepah pisang lebih banyak dan berkembang,” tutur Romli, yang akhirnya mengurangi pembuatan tas dari enceng gondok dan dialihkan ke tas pelepah pisang.
Bukan hanya bahan baku yang beralih, perajin yang mendirikan Pengaron Craft ini, juga memanfaatkan tenaga kerja yang sebelumnya membantunya membuat tas dari enceng gondok. Bahan baku banyak dipasok dari warga sekitarnya yang mengambil dari Desa Pelang, Cekel dan Kalikapas.
Ingin praktis, ia hanya menerima pelepah pisang kering dengan harga Rp 1.500/kg. Namun jika musim penghujan, harganya meningkat hingga Rp 2.500/kg. “Kalau penghujan kan petani repot mengeringkan dan butuh waktu lama. Jadi wajar jika ada kenaikan harga saat musim penghujan,” ujar suami Nurhayati ini.
Pelepah pisang kering itu ia beli dalam kondisi bersih, tinggal menganyam dan membentuk tamparan. Besar kecilnya tamparan tergantung dari bentuk dan ukuran tas. Romli memang tidak menempatkan pekerja di rumahnya, tapi bahan baku diambil perajin selanjutnya dikerjakan di rumah masing-masing.

Mereka terbagi, penganyam 20 orang, 4 tukang jahit dan vanishing 4 pekerja. Cara kerjanya, sama dengan pembuatan tas dari enceng gondok. Bentuk tas sudah ditentukan sesuai ukuran yang terbuat dari kain, spon topi, busa angin dan juga benang.

Sementara 20 pekerja anyaman khusus mengerjakan anyaman pelapah pisang yang dibentuk menjadi bahan setengah jadi atau tamparan. Jahitan tas dan tamparan disetor para pekerja yang kemudian dikirim oleh Romli ke tenaga vanishing.

Di tempat ini, tamparan pelepah pisang dan spon, serta tas setengah jadi, dibalut atau dililitkan dengan anyaman pelepang pisang menggunakan lem dan sebagian dijahit. “Kalau perlu agar tampil lebih cantik, tas-tas itu ditambah borji berbagai ukuran dan warna,” jelas Romli.

Dulu kali pertama membuat, pelepah hanya berbentuk lembaran yang langsung ditempel. Tapi setelah dilinting menjadi berbentuk tamparan menghasilkan motif lebih bagus dan peminatnya lebih banyak.

Ia mengakui, tidak ada cara teknis mengawetkan pelepah pisang sebelum dianyam, hanya sebatas pengeringan dengan memanfaatkan sinar matahari. Sebenarnya ada cara pengawetan dengan bahan kimia, namun belum dicoba.
Hanya, para pemasok ‘diwajibkan’ setor pelepah pisang yang benar-benar sudah kering. Selama ini tidak ada pemasok yang mengelabuinya dengan setor pelepah masih setengah basah.
”Dari awal saya tekankan kalau masih belum kering betul akan saya kembalikan,” tegas bapak dua putra ini. Selain pelepah kering, untuk pengawetan biasanya disemprot dengan milamin untuk menghasilkan tas agar tahan jamur dan mengkilat.

Penggajian pada pekerja secara borongan, atau tergantung dari jumlah yang mereka kerjakan. Dengan harga tas bervariasi mulai Rp 15.000 hingga Rp 70.000, saat ini omzet yang berhasil dikantongi rata–rata mencapai Rp 20 juta per bulan.

Tas–tas cantik produksi Pengaron Craft hingga kini belum dipasarkan ke mancanegara. Pasalnya, Romli masih fokus memenuhi pesanan domestik. Hasil kerajinannya 70 persen di kirim ke Bali, selebihnya ke Bandung, Tarakan, Kalimantan dan Surabaya.