Tampilkan postingan dengan label ekspor karet. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ekspor karet. Tampilkan semua postingan

Selasa, 19 April 2011

Berita Pertanian : Volume Ekspor Karet Diprediksi Terus Menguat

Medan. Volume ekspor karet SIR 20 dari Sumatera Utara diprediksi terus menguat setelah pada Februari sempat melemah menjadi 41.956 ton dari realisasi Januari yang tercatat 47.902 ton.

Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah di Medan, Senin (18/4), mengatakan, prediksi kenaikan ekspor itu mengacu pada tren menguatnya volume ekspor karet mulai Maret menjadi 54.903 ton dari 41.956 ton pada Februari dan Januari sebanyak 47.902 ton.

"Peningkatan volume ekspor itu dipicu meningkatnya kebutuhan, sedangkan pasokan yang kembali agak ketat dan harga di pasar internasonal yang masih stabil dengan tren melemah sekitar 5 dolar AS per kg," katanya.

Pada Maret lalu, komoditas itu sempat membanjiri pasar karena ulah spekulan yang melepas stok secara besar-besar dengan alasan khawatir harga karet yang ketika itu sebesar 6 dolar AS per kg dan dinilai sudah terlalu tinggi, tiba-tiba anjlok.

Aksi spekulan ketika itu langsung membuat harga ekspor karet anjlok menjadi hanya 4,53 dolar AS per kg dan kini perlahan pulih lagi menjadi sekitar 5 dolar AS per kg.

Harga SIR 20 di bursa karet Singapura pada 15 April lalu ditutup pada 5,01 dolar As per kg untuk pengapalan Mei.

"Harga ekspor yang bertahan stabil itu juga membuat harga bokar (bahan olah karet) di pabrikan Sumut tetap di kisaran Rp36.000 -Rp39.000 per kg," katanya.

Meski harga menurun, volume ekspor karet dari Sumut terlihat meningkat.

Pada triwulan I/2011, volume ekspor karet Sumut sudah mencapai 144.763 ton atau bertambah 17.772 ton dari realisasi periode yang sama 2010 yang masih 126.991 ton. (Ant)

Jumat, 18 Maret 2011

Berita Pertanian : Industri Karet Padang Terimbas Bencana Tsunami Jepang

Padang. Kalangan industri karet di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) mengalami kerugian dampak bencana tsunami yang melanda Jepang, karena harga jual karet merosot tajam di pasaran ekspor.
Djaswir, Jumat (18/3) di Padang menjelaskan, saat ini posisi harga beli karet tingkat industri di Padang, turun antara Rp17.000 sampai Rp18.000 per kg dari sebelumnya senilai Rp40.000 per kg.

Namun kini harga anjlok dengan perselisihan harga yang cukup besar dengan posisi sebelum terjadi pasca bencana tsunami Jepang. "Selisih harga yang mencapai Rp20 ribu per kg itu, bukan suatu hal yang mudah untuk menutupinya. Ini yang manjadi pukulan berat bagi pengusaha industri karet di Padang,” katanya.

Penurunan harga drastis itu, karena kalangan pengusaha besar di pasar dunia terutama di Jepang yang selama ini menyimpan stok, pasca bencana gempa dan tsunami berbondong menjual/melepasnya. "Sumbar secara langsung tak terkena dampaknya, karena negara tujuan ekspor karet ke China dan AS. Namun, sistem pasar global imbasnya jelas dirasakan," katanya.

Kendati demikian, jangka panjang dampaknya bisa saja lebih besar, bilamana kalangan industri mobil di Jepang banyak yang belum beroperasi dan ditambah dengan kekhawatiran akibat bencana nuklir.

Menurut Djaswir, pukulan besar terutama jelas dialami kalangan pedagang karet dan pengusaha industri di Kalimantan Timur dan Sumatra Selatan, karena negara tujuan ekspornya Jepang.

Selain itu, kekhawatiran terus berlangsungnya krisis di Timur Tengah, yang bisa mengancam perekonomian dunia, tentu sedikit banyak imbasnya akan dialami Indonesia.

Data Disbun Sumbar, total luas kebun karet rakyat dan perusahaan di Sumbar, sudah mencapai 150.985 hektare dengan produksi mencapai 134.401 ton pada 2010. (ant)