Tampilkan postingan dengan label bibit jagung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bibit jagung. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 25 Juni 2011

Berita Pertanian : Bibit Mahal, Petani Enggan Menanam Jagung Manis

Medan. Mahalnya harga bibit jagung manis dan sulitnya mendapatkan bibit tersebut, membuat sebagian petani enggan menanam kembali komoditas tersebut. Padahal melihat gampangnya memelihara tanaman jagung dapat menjadi pilihan petani untuk memperoleh keuntungan lebih.
Karjono, salah seorang petani jagung manis di Marendal Pasar 3 Desa Sigara-gara Kecamatan Patumbak Kabupaten Deliserdang mengatakan, sudah satu bulan belakangan ini dirinya tidak menanam jagung manis karena harga bibit yang mahal dan sulit dicari.

"Dua bulan lalu kami sudah panen, tapi saat mau menanam kembali bibit susah dicari dan harganya mahal. Memang rata-rata bibit jagung manis berasal dari Pulau Jawa," ujarnya Jumat (24/6).

Dikatakannya, bibit yang digunakan selama ini yakni Bonanza dengan harga Rp 60.000 perkemasan dengan ukuran 200 gram atau sebanyak 1.700 butir. Tapi sekarang dengan jenis bibit yang sama dijual dengan harga Rp 18.000 persachet isi 200 butir.

"Dengan isi sachet sekarang kami sama sekali tidak dapat untung. Karena dalam satu hektare lahan memerlukan sekitar 8 kg bibit," katanya yang memiliki luas lahan 5 hektare tersebut.

Sementara untuk harga jual jagung manis kata dia, tidak menentu berkisar Rp 120.000 pergoni ukuran 60 kg atau sebanyak 150 tongkol. Belum lagi menanam jagung manis memerlukan perawatan khusus dalam panen nya yakni tidak boleh terlalu lama dikutip setelah memasuki masa panen. "Dalam 70 hari tanaman, semua buah harus selesai panen. Kalau tidak jagung akan kering dan tidak laku untuk dijual," imbuhnya seraya menambahkan penyakit bulai juga telah banyak menyerang tanaman jagung petani.

Dijelaskan Karjono, jagung manis bisa menambah pendapatan bagi petani karena dalam satu batang biasanya memiliki satu hingga tiga tongkol. Belum lagi buah muda jagung bisa dipanen dan dijual untuk konsumsi sayur pada umur 50 hari.

"Jagung yang telah dipanen tidak sulit untuk dipasarkan karena pasti ada agen membelinya. Tapi memang harga nya bisa terus berubah sedangkan persediaan bibit tidak banyak di lapangan," tuturnya.

Sama halnya dengan petani jagung manis lainnya di Kabupaten Karo. Rahmat menyatakan, bibit jagung manis sulit dicari dan jika ada harganya mahal. Dengan begitu biaya produksi akan bertambah sedangkan harga jualnya tidak ada kenaikan. "Biasanya kami memang tanam jagung manis. Tapi kini bibitnya mahal. Jadi memilih tanam jagung biasa dan info yang kami terima harganya lumayan tinggi mencapai Rp 3.000 perkg," katanya.

Minggu, 06 Februari 2011

Berita Pertanian : Benih Jagung Hibrida P29 Tahan Penyakit Hawar Daun

Kabanjahe. Pioneer kembali menjawab tantangan dan keinginan petani jagung untuk mendapatkan jagung hibrida dengan mutu terbaik. Di awal tahun 2011 ini, Pioneer kembali meluncurkan varietas Jagung Hibrida terbaru P29 yang hasilnya jauh lebih baik dari jagung hibrida sebelumnya.
”Jagung hibrida dengan hasil sangat tinggi, selalu menjadi permintaan petani jagung dari waktu ke waktu. Di sisi lain, petani khususnya di daerah dataran tinggi juga mengharapkan jagung hibrida yang lebih tahan terhadap beberapa penyakit utama seperti hawar daun dan busuk tongkol, serta mempunyai perakaran yang kokoh dan batang yang kuat. Kombinasi keduanya akan menjamin hasil panen yang memuaskan bagi petani,” kata National Sales Manager PT DuPont Indonesia Tri Susetyo dalam rilisnya, Jumat (4/2).

Acara Peluncuran P29 Harimau di Desa Kacaribu Kabanjahe tersebut yang dihadiri oleh sekitar 2.500 petani jagung dari Kabupaten Karo, Dairi dan Simalungun.

Menurut Susetyo, Pioneer sebagai produsen benih jagung hibrida telah melakukan riset secara terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan para petani jagung.

”P29 memiliki semua karakteristik jagung hibrida yang diinginkan petani, seperti hasil tinggi, tahan penyakit, serta memiliki batang dan perakaran yang kokoh. Khusus di daerah pertanaman dataran tinggi, P29 juga tahan terhadap penyakit busuk tongkol dan hawar daun, sehingga dapat tetap berproduksi tinggi. Sifat-sifat tersebutlah yang membuat P29 dijuluki Jagung Harimau,” katanya lagi.

Pioneer, lanjutnya, memahami kesulitan petani di dataran tinggi untuk bertanam jagung, apalagi pada saat curah hujan cukup tinggi. Tingginya serangan penyakit menyebabkan penurunan produktivitas tanaman jagung. ”P29 Harimau ini bisa diandalkan walau pada kondisi cuaca yang tidak menguntungkan,” sebutnya.

District Sales Manager PT Dupont Indonesia Wilayah Sumatera Utara (Sumut), Suwandy Purba, mengatakan, P29 Harimau adalah benih yang tepat untuk budidaya tanaman jagung di dataran tinggi. Pada jenis lahan dan ketinggian yang berbeda, kebutuhan benih tidak bisa diseragamkan. “Kami selalu berusaha memberikan teknologi terbaik bagi petani agar mendapatkan panen yang tinggi,” kata Suwandy.

Penyakit hawar daun dan busuk tongkol yang lazim menyerang tanaman jagung di dataran tinggi, menurut dia, sangat berisiko menurunkan hasil panen. “Di Kabupaten Karo, Dairi dan daerah Simalungun, benih Hibrida P29 Harimau terbukti tahan terhadap penyakit hawar daun dan busuk tongkol,” jelasnya sembari menambahkan potensi produksi varietas P29 Harimau mencapai 12 ton per hektar.

Sementara itu, District Agronomist PT Dupont Indonesia, Erwin Batubara dan Budi Jalu Raharjo menambahkan, benih unggul harus diikuti oleh cara tanam dan pemeliharaan yang tepat. “Kami menganjurkan pengaturan jarak tanam 75 x 20 centimeter, penggunaan satu benih per lubang, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan berimbang. Kombinasi benih unggul dan budidaya yang tepat akan mengoptimalkan panen petani,” kata Erwin.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karo Nomi Sinuhaji yang juga hadir dalam acara tersebut menyatakan, Kabupaten Karo merupakan sentra penghasil jagung terbesar di Sumut. “Harapan kami, dengan pemilihan benih yang tepat dan budidaya yang tepat, panen petani akan meningkat. Dengan demikian, pendapatan petani juga meningkat,” jelasnya.