Tampilkan postingan dengan label baho. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label baho. Tampilkan semua postingan

Selasa, 19 April 2011

Berita Pertanian : Akibat Hujan Es, Tanaman Jeruk Terancam Gagal Panen

Berastagi. Hujan es yang terjadi Sabtu (16/4) sekitar pukul 16.25 Wib di Desa Lingga Julu Kecamatan Simpang Empat, membuat para petani jeruk kehilangan produksi.

Salah seorang petani jeruk yang mengalami kerugian akibat hujan es tersebut, Join Ginting kepada pada MedanBisnis di ladangnya, mengatakan, kondisi jeruk mereka pada Minggu (17/4) berubah warna menjadi kehitaman (lembam). Padahal, kondisi buah jeruk sudah mulai membesar. “Melihat kondisi buah jeruk yang kehitaman itu, sepertinya tidak akan bisa pulih seperti sediakala. Kalau itu terjadi, petani jeruk di Desa Lingga akan mengalami kerugian yang cukup besar. Karena buah jeruk sudah besar,” jelasnya.

Peristiwa yang sama juga banyak di alami para petani, bahkan ada juga yang mengalami di luar Desa Lingga Julu, seperti di Desa Dukumsiroga. Dari penelusuran MedanBisnis di beberapa lokasi buah jeruk yang terancam gagal itu bisa menjapi puluhan ton. Belum lagi yang terjadi pada sayuran kol, dan beberapa macam jenis tanaman yang siap panen yang terkena hujan es tersebut menjadi busuk.

Selasa, 08 Maret 2011

Berita Pertanian : Hujan Es di Karo Rusak Pertanian Warga


Tanah Karo. Tanaman kubis (kol) jenis KR dan gren nova di Kecamatan Barusjahe Tanah Karo, rusak akibat hujan es mengguyur lahan pertanian warga, Sabtu (5/3) lalu.

Hujan es mengguyur pertanian di Barusjahe, seperti di Desa Basam, Tanjung Barus (Lajangen), Desa Kabung, Gurisen, Barusjulu, Rumah Rih dan Siberteng.

Lahan pertanian warga yang terkena hujan es, diperkirakan sekitar kurang lebih seribu hektar dengan beragam tanaman warga. Tetapi tanaman hortikultura yang paling banyak rusak seperti tanaman kol, kentang ataupun cabe.

Warga Desa Kabung Teraman Barus (53) dan Rijal Siregar warga desa Kabung dan J. Ginting warga Tanjung Barus kepada wartawan Senin (7/3) membenarkan hal itu.

Mereka mengatakan, tanaman kol miliknya saat ini berumur 90 hari dan sudah mulai dapat dipotong.Tetapi kondisinya sangat parah.

Kol dengan bentuk bulat, setelah terkena hujan es, kulit bagian luar berlubang-lubang dan warna kehitam-hitaman. Demikian pula dengan tanaman cabe milik Rizal Siregar, sebagian cabang patah dan bunga berguguran.

"Diperediksi, bunga cabe yang kemaren terlihat semerbak dan gagal akan menjadi buah," kata Rizal.

Samri Barus warga desa Sikab menyebutkan, batang kentang miliknya yang berumur 1 bulan, 15 persen rontok akibat hujan es yang diperkirakan sebesar guli itu.

Namun Barus tidak menyalahkan siapa-siapa, karena hal ini termasuk bencana alam yang kerap menimpa lahan pertanian warga terlebih di sekitar gunung, jelas Barus.

Simalungun

Sementara, komoditi unggulan pertanian hortikultura berupa sayuran dan buah di antaranya kol, nenas, terong, sawi putih, ciwis, kentang dan ubi, berhasil di Simalungun menembus pasar internasional.

Negara-negara yang menjadi tujuan ekpor untuk komoditi itu, di antarnya Singapura, Jepang dan Thailand serta Korea.

Sesuai dengan permintaan ke negara tujuan itu, Kabupaten Simalungun mengekspor setiap minggu sebanyak 20 ton nenas, 2 ton terong, sawi putih 15 ton, kentang 8 ton, ubi taiwan 5 ton dan ubi jepang 5 ton. Namun untuk beby col (ciwis) 800 kg per 2 hari, hingga dalam seminggu untuk komoditas ini sebanyak 2,5 ton.

Kadis Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Ir Amran Sinaga melalui Kasie Pembinaan, Pengelolaan dan Pengembangan Hasil Rosmariah Gultom SP di ruang kerjanya, Kamis (3/3) mengatakan, semua komoditas itu dibeli dari petani melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).

Selain dari Gapoktan, Pemkab Simalungun melalui PT Vindi Agro juga mengekspor komoditas ubi jepang, lobak dan wortel.

"Di antara komoditi itu, paling diperlukan negara konsumen, Ciwis. Karena itu, pengirimannya dilakukan dua hari sekali yaitu, 800 kg hingga dalam seminggu bisa mencapai 2,5 ton," kata Rosmariah.

Rosmariah mengatakan, dalam memenuhi kebutuhan pasar ekspor, pihaknya berupaya untuk memenuhi kebutuhan para petani, terutama penyediaan bibit yang baik dan memberikan penyuluhan bagi para petani.

Pada awal Maret 2011, Kabupaten Simalungun melalui Gapoktan Dolok Mariah Kecamatan Silimakuta mengekspor sebanyak 15 ton kol ke Singapura bersama komoditi unggulan pertanian holtikultura dari Kabupaten Karo berupa sayuran dan buah.