Tampilkan postingan dengan label Gabah Petani. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gabah Petani. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 14 Mei 2011

Berita Pertanian : Bulog Siap Beli Gabah Petani Berbagai Kualitas

Jakarta. Perum Bulog siap melakukan pembelian gabah petani dengan berbagai macam kualitas untuk meningkatkan pengadaan beras dalam negeri.
Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso di Jakarta, Kamis (12/5) mengatakan, selama ini perusahaan pangan milik negara tersebut mensyaratkan kualitas tertentu terhadap gabah petani yang akan dibeli dengan harga pembelian pemerintah (HPP).

Namun demikian, lanjutnya, dengan kondisi anomali iklim dan cuaca ekstrem seperti saat ini, persyaratan tersebut sulit dicapai petani dan dampaknya Bulog terkendala melakukan pengadaan beras dalam negeri. "Oleh karena itu Bulog tak akan menolak beras dengan kualitas apapun," katanya.

Berdasarkan Inpres no 7 tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan disebutkan, gabah dan beras yang dapat dibeli Bulog dengan kualitas untuk GKP di tingkat petani kadar air maksimum 25%, kadar hampa/kotoran maksimum 10%, GKP di penggilingan kadar air maksimum 25%, kadar hampa/kotoran maksimum 10%.

Sedangkan GKP di penggilingan kadar air maksimum 14%, kadar hampa/kotoran maksimum 3%, GKP di gudang Bulog kadar air maksimum 14%, kadar hampa/kotoran maksimum 3%. Untuk beras di gudang Bulog dengan kadar air maksimum 14%, butir patah maksimum 20%, kadar menir maksimum 2% dan derajat sosoh minimum 95%.

Sutarto mengatakan, gabah dari petani tersebut nantinya tidak langsung disalurkan Bulog untuk program pelayanan publik (PSO). Gabah tersebut, akan dibeli oleh Unit Penggilingan Gabah dan Beras (UPBG) milik Bulog untuk dilakukan pemrosesan sehingga kualitasnya meningkat baru kemudian dimanfaatkan untuk PSO.

Sutarto mengemukakan, hingga saat ini (12/5) realisasi pengadaan gabah dan beras dalam negeri mencapai 827.043 ton dari kontrak sebanyak 897.601 ton.

Selain melakukan pembelian gabah dan beras dengan berbagai macam kualitas, Bulog juga memanfaatkan pembelian secara komersial yang saat ini mencapai 67.538 ton dari kontrak 84.513 ton. Dengan demikian, total beras yang ada di gudang Bulog dari pengadaan dalam negeri sebanyak 911.556 ton. (ant)

Rabu, 04 Mei 2011

Berita Pertanian : Harga Gabah Masih Bertahan Tinggi

Cilacap. Harga gabah di tingkat petani di Cilacap bertahan tinggi di atas harga pembelian pemerintah (HPP) meskipun sebagian wilayah di kabupaten ini telah memasuki masa panen.
"Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani saat ini masih bertahan pada Rp2.800 per kg atau lebih tinggi dari HPP hanya Rp2.640 per kg," kata Sulardi (45), pemasok gabah untuk kebutuhan salah satu penggilingan padi di Desa Kalikudi, Kecamatan Adipala, Cilacap, Selasa (3/5).

Sementara untuk gabah kering giling (GKG), kata dia, hingga saat ini masih sesuai HPP, yakni sebesar Rp3.300 per kg. Kendati demikian, dia mengaku, hingga saat ini masih mudah untuk memperoleh pasokan gabah karena sebagian wilayah Kecamatan Adipala mulai memasuki masa panen. "Kalau di Kecamatan Maos, sebagian besar sudah selesai panen, hanya di Desa Mrenek saja yang masih panen," katanya.

Secara terpisah, Kepala Bulog Subdivre IV Banyumas, Witono melalui Kepala Humas, M Priyono, mengatakan pihaknya optimistis bisa mencapai target prognosa tahun 2011 sebesar 95 ribu ton setara beras meskipun hingga saat ini baru tercapai sekitar 47%. "Hingga saat ini kami telah menyerap sekitar 47 persen dari prognosa tahun 2011 atau sekitar 45 ribu ton setara beras," katanya.

Dia mengakui, pembelian gabah dan beras dari petani oleh para mitra kerja Bulog mengalami kendala cuaca yang tidak menentu. Dalam hal ini, kata dia, faktor cuaca sangat memengaruhi proses penjemuran gabah. "Cuaca yang kadang panas dan kadang hujan mengakibatkan penjemurannya kurang maksimal. Selain itu, wilayah yang memasuki masa panen juga berkurang," katanya.

Meskipun demikian, dia mengatakan, sebagian wilayah Kabupaten Cilacap dan Banyumas akan memasuki masa panen pada pertengahan Mei, antara lain Kecamatan Kawunganten (Cilacap) dan wilayah timur Banyumas. "Kalau sekarang memang ada yang sudah mulai panen seperti di Kecamatan Adipala, tetapi masih sedikit," katanya. (ant)